Bedah Sampel Ikan Kerapu Cantang

Sebelum membaca artikel ini, disarankan untuk klik dan baca artikel dibawah ini terlebih dahulu ^^ :

~*O*~

Dilakukannya pembedahan ikan bertujuan agar kita benar yakin bahwa ikan yang kita budidayakan tidak memiliki penyakit mesoparasit, bakteri maupun jamur. Pembedahan ikan kerapu cantang dilakukan setelah beberapa minggu terdampak penyakit dan terjadi kematian massal.

Saya sangat bersyukur merasa terbantu ketika teman saya -- Engrid berencana melakukan penelitian tentang jamur yang tumbuh pada ikan kerapu cantang hasil budidaya nelayan Greges. Dia akan meneliti jamur tersebut di laboratorium Balai Karantina Juanda Surabaya dan meminta saya untuk ikut membantu. Sudah tentu saya siap kapan saja dia butuhkan.

Dihari yang telah ditentukan, pukul 10 pagi saya sampai di Balai Karantina Juanda. Sekitar 10 ekor sampel ikan kerapu cantang berukuran 20-25 cm yang baru diambil dari keramba jaring apung milik nelayan Greges siap untuk dibedah dan diambil organnya untuk diteliti adakah parasit/bakteri/virus jahat yang hidup pada tubuh ikan tersebut.

Kondisi kulit cerah, tidak berlendir, tidak ada cacat/lubang akibat manifestasi parasit/bakteri pada kulit dan sirip utuh

Seharusnya sebelum dilakukan transportasi (pengangkutan dan pemindahan lokasi), ikan kerapu cantang ini dipuasakan selama beberapa minimal 2 jam terlebih dulu. Namun karena ketidaktahuan dan kurangnya komunikasi dengan nelayan, ikan kerapu cantang ini di transportasikan setelah diberi pakan pagi. Alhasil sesampainya di laboratorium, ikan memuntahkan makanannya dan bergerak berlebihan yang kemudian menyebabkan tingkat stres ikan yang tinggi. Hal ini menyulitkan kami untuk melakukan proses pembedahan karena ikan terus berontak.

Setelah bu Laminem (selaku kepala laboratorium) memberikan instruksi, kami segera menyiapkan peralatan kemudian melakukan proses pembedahan. Bu Laminem berpesan pada saya agar dibuatkan beberapa potong organ dari insang, ginjal, lambung, usus dan sirip yang diletakkan pada kaca preparat untuk diteliti bakteri dan (mungkin) virus yang hidup dalam organ ikan. Saya pun bersyukur kembali karena sebenarnya saya akan mengusulkan hal yang sama pada beliau dengan seluruh biaya laboratorium dibebankan pada saya, namun keduluan bu Laminem yang mengatakan hal tersebut sehingga saya bisa langsung mengetahui hasilnya satu hingga tiga minggu kemudian tanpa menanggung biaya laboratorium.

Pada ikan kerapu cantang pertama, kami berdua butuh waktu yang lama untuk melemahkan ikan. Sempat heboh karena ikan yang akan kami bedah berontak, sering loncat dan membentur barang-barang di laboratorium. Tenaga ikan ini begitu besar.


Saya menusuk kepala ikan agar medula oblongata nya tidak mengirimkan sinyal keseluruh tubuh ikan sehingga ikan berhenti bergerak. Setelah ikan mulai melemah, Engrid memotong beberapa lembar insang dan meletakkannya di kaca preparat.

Warna lembaran insang yang cerah, tanda ikan sehat

Kemudian saya membedah bagian perut ikan. Pembedahan dimulai dengan menusukkan gunting bedah dari lubang anal (tempat keluarnya hasil ekskresi dan sperma) kemudian digunting hingga ke rahang. Setelah digunting, daging ikan disobek melebar hingga terlihat organ dalamnya.



Ternyata ikan yang kami bedah belum sepenuhnya mati, terlihat dari jantungnya yang masih berdenyut. Nampak sekali secara kasat mata bagian organ dalam nya sehat, warna cerah (terutama warna hati) dan tidak ada cacat. Organ dalam yang dibutuhkan dikeluarkan pelan-pelan (agar tidak sobek dan rusak). Organ dalam tersebut adalah lambung dan usus.


Karena posisi ginjal terletak diantara tulang punggung dan rongga organ dalam, saya harus menyayat selaput yang melindungi ginjal dengan pisau bedah secara perlahan agar ginjal tidak ikut tersayat. Ginjal tersebut berwarna merah segar dan bentuknya sangat kecil.


Langkah terakhir adalah pemotongan pada bagian sirip. Sirip yang diambil yaitu sirip bagian dorsal (punggung), pectoral (dada-dekat operculum insang), ventral (perut) dan caudal (ekor). Sirip-sirip ini dipotong dari pangkal hingga ujung.


Semua organ saya letakkan di kaca preparat dan diberi label dengan nama sesuai dengan organ yang diambil. Sementara teman saya, Engrid mempersiapkan ikan selanjutnya.


Setelah kami selesai dengan ikan pertama, kami melakukan pembedahan-pengambilan organ seperti prosedur pada ikan pertama, bedanya waktu yang kami perlukan menjadi lebih singkat karena ikan-ikan telah lemas sehingga kemungkinan untuk berontak menjadi sedikit. Kami harus lebih mempersingkat waktu agar ketika organ diambil, ikan baru mencapai post mortem (lebih baik sebelum mencapai post mortem), sehingga organ yang diambil masih dalam keadaan segar.

Preparat organ dibagi menjadi 2, milik Engrid untuk diteliti jamur dan milik bu Laminem untuk diteliti bakteri/virus.

Sementara organ dan tubuh ikan disisihkan dan dibuang karena tidak dibutuhkan lagi. Hal ini membuat saya jadi eman, karena daging ikan kerapu cantang yang demikian tebal bisa dimasak untuk makan malam. Walaupun seringnya saya terkena syndrom tidak nafsu makan ikan saat makan malam setelah membedah ikan pada siang harinya.

Sekitar pukul 3 sore kami baru menyelesaikan proses bedah ikan, mencuci semua peralatan dan membersihkan ruang laboratorium basah. Kami beristirahat sebentar lalu berkemas pulang.

Partner in uproar : Engrid dan Lisa

Kurang lebih tiga minggu setelah proses pembedahan, hasil laboratorium keluar. Dari sampel ikan kerapu cantang yang diambil dari lokasi budidaya sistem keramba jaring apung di wilayah Greges-Surabaya utara dinyatakan bebas dari parasit, bakteri dan virus yang berpotensi patogen. Ini adalah kabar gembira untuk nelayan Greges sehingga bisa lanjut budidaya dan bisa siap panen.

Walaupun pada organ ikan tidak terdapat penyakit patogen, nelayan Greges harus tetap waspada, karena bisa saja terdapat bakteri oportunistik yang hidup di perairan tempat ikan kerapu cantang dibudidayakan. Mengingat, di perairan Teluk Lamong terdapat banyak aktivitas kapal yang menghasilkan polutan air, tanah dan udara. Bakteri oportunistik dapat berubah menjadi bakteri patogen dan menyerang ikan apabila lingkungan mendukung (menjadi lebih buruk).

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.