Pertemanan Cerdas bersama Marine Buddies Surabaya


Suatu sore, saya yang kurang kerjaan ini sedang sekrol-sekrol timeline twitter. Beberapa orang yang pernah melihat timeline melalui twitter saya selalu mengatakan "...twittermu kok membosankan sih lis, isinya berita semua, kalo ga berita ya iklan lingkungan berbahasa inggris". Well, itu adalah sebuah selera yang tidak bisa diganggu gugat hehe. Tapi seperti kebanyakan orang, dari timeline twitter lah kita akan menemukan berita yang kita mau, oleh sebab itu selain balik memfollow teman-teman, kita sedikit wajib memfollow akun yang sesuai dengan bidang kita. De' iyee~

Sore itu berita komunitas Marine Buddies yang akan mengadakan acara diedarkan oleh tiga akun top yang saya follow. Tertarik, sudah tentu, itu sesuai bidang dan rasanya lama banget tidak mengikuti acara seperti ini. Ibarat iseng-iseng berhadiah saya buru-buru mencoba untuk daftar ke CP nya.



Kok ya alhamdulillah saya diikutkan mengingat kata CP nya kuota terbatas karena daya tampung ruangan (untuk peserta dan undangan) yang tidak banyak dan saya bukan bagian dari komunitas lingkungan. H-1 saya diingatkan untuk konfirmasi keikutsertaan. Dan yak, saya siap ikut acara ini.

Di hari H pertemuan, saya sempat kesasar karena letak lokasi acara yang tidak pernah saya kunjungi. Alhasil terlambat 7 menit. Saya beruntung masih bisa mengikuti film yang akan diputar karena pada saat saya memasuki ruangan, acara baru menapaki tahap perkenalan. Saya berkenalan dengan seseorang yang duduk tepat disamping kiri saya, seorang mahasiswi dari fakultas kedokteran UNAIR yang tidak sengaja saya melupakan namanya hahahaa (plis jangan dibully). Sedikit tidak nyambung ya, dari bidang kedokteran ikutan acara ini. Tapi kembali lagi, ini soal selera, mungkin adik calon ahli gizi ini menyukai hal-hal mengenai lingkungan. Saya panggil adik ya, karena umurnya jauh dibawah saya, duh berasa tua.

"Nonton bareng" dan "diskusi" bisa dijadikan keyword dalam kegiatan ini. 
Setelah kami dibagi kelompok dan diberikan waktu untuk berkenalan dengan teman-teman baru, kami diputarkan sebuah film berjudul Racing Extinction (2015) yang disutradarai oleh Louie Psihoyos. Semua orang dalam ruangan menjadi hening menyaksikan film tersebut.




Saya hampir mbrebes mili selama film diputar, bagaimana tidak menangis, dari film itu kita diperlihatkan bagaimana sadisnya sekelompok manusia menyakiti hewan-hewan sehingga menyebabkan kepunahan pada spesies hewan untuk kepentingan tertentu. Hal itu tidak hanya terjadi di luar negeri, Indonesia pun juga menjadi sorotan dalam film itu. Sebuah daerah bernama Lamakera (Nusa Tenggara Timur) menjadi sorotan karena setiap harinya para nelayan membunuh ikan Pari Manta untuk diambil insangnya dan diekspor ke China. FYI, ikan Pari Manta adalah raksasa lautan dan merupakan hewan yang terancam punah.

Ternyata tidak hanya saya yang hampir menangis, beberapa orang dalam ruangan (perempuan dan laki-laki) yang pertama kali melihat film tersebut juga sempat menitikkan air mata, tidak habis pikir bahwa manusia sebegitu kejamnya terhadap hewan-hewan demi memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk menceriakan suasana, oleh Beauty D. Sofranita a.k.a Bebe a.k.a fundraiser WWF region Surabaya, kelompok kami diacak kembali. Usai diacak, kami diberi waktu 3 menit untuk berdiskusi mengenai film dan bertukar pengalaman dalam menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi disekitar. Ada banyak komunitas lingkungan disini, ada banyak pula kegiatan yang dibahas, jelas waktu 3 menit ini sangatlah kurang. Ya, mau bagaimana lagi, selanjutnya satu persatu kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 

Berikut beberapa hasil diskusi yang sangat saya garis bawahi :

  1. Hutan lindung di jurang kuping, Benowo - Surabaya Barat, dulunya merupakan hutan lindung yang sangat bagus di Surabaya pada jaman pak Harto menjabat presiden. Hutan lindung tersebut menjadi daerah resapan air dan mencegah banjir serta tempat penghasil oksigen untuk kota Surabaya. Namun kini tempat tersebut beralih fungsi menjadi tempat prostitusi. Faktor perubahan fungsi hutan karena ekonomi masyarakat serta tidak terurusnya hutan lindung tersebut oleh pemerintah.
  2. Jangan menjadi turis dadakan yang sok-sokan mencintai alam, yang pada kenyataanya hanya karena mengikuti tren dan mengabaikan kelestarian lingkungan.
  3. Di Indonesia, dana APBD untuk lingkungan (spesifikasi perbaikan lingkungan dan kelestarian alam/mahluk hidup) adalah paling sedikit kedua setelah bidang riset dan teknologi. Besarnya dana APBD hanya digunakan sepenuhnya untuk infrastruktur.
  4. Tidak perlu menyalahkan pemerintah karena tidak bisa memperbaiki lingkungan yang rusak. Kita harus berkaca pada diri sendiri, sudahkah kita berkontribusi terhadap perbaikan lingkungan?
  5. Media sosial kebanyakan hanya memberikan berita kekecewaan, sehingga kita tumbuh dengan pola pikir yang frontal.
  6. Jangan berfokus pada ketidakmungkinan! Kita harus berhati-hati dengan yang namanya pesimisme. Kita harus bisa mengendalikan sifat pesimis dalam diri, agar kita terhindar dari sifat apatis.
  7. Nomor 4, 5, dan 6 saling berhubungan jika kita dapat resapi.
  8. Jangan pernah menyerah dan kehilangan harapan untuk mengajak orang-orang peduli dengan lingkungan. Jika omongan tidak digubris, maka tunjukkan suri tauladan dengan perilaku nyata.
  9. Bumi kita mengadopsi ajaran Yin Yang, keseimbangan. Jika dari kita tidak melakukan hal yang baik terhadap lingkungan, maka akan timbul masalah dari bumi yang juga akan merugikan kita.
  10. Ada beberapa organisasi di dunia yang memberikan label pada pabrik yang memproduksi produk secara besar-besaran namun tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan serta berkontribusi langsung terhadap perbaikan lingkungan. Contoh organisasi MSC (Marine Stewardship Council) dan FSC (Forest Stewardship Council). Carilah produk yang kemasannya berlogo dan atau bertuliskan MSC dan FSC.

Usai berdiskusi, salah satu panitia menutup acara.

Terima kasih : Marine Buddies, Sea Soldier, Earth Hour, Komunitas Anti Narkoba, dan beberapa peserta Umum.

Walaupun acara telah berakhir, kegiatan untuk melestarikan lingkungan tidak diperbolehkan berakhir. Dengan adanya perkenalan berbagai komunitas disini, kami menjalin kerjasama untuk melestarikan lingkungan dengan cara yang unik, baik dan out of the box. Kami peduli terhadap kelestarian lingkungan dan akan dibuktikan secara nyata, serta dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.

In Ocean We Live! with  dek Bebe.

Saya bersyukur bisa mengikuti acara ini. Acara pertemanan cerdas bersama marine buddies serasa menampar batin, menyadarkan saya bahwa lingkungan kita telah krisis, banyak hewan yang punah dan kitapun sedang mendekati waktu kepunahan massal. Hal yang tidak pernah saya duga akan datang secepat ini.

Mari kita sama-sama peduli terhadap lingkungan. Dalam hati individu tekankan bahwa melakukan hal kecil untuk menyelamatkan lingkungan sangat bermakna, dan jika sedang berkelompok cetuskan ide besar-besaran untuk memperlambat kepunahan massal.

Beberapa Pesan dari Ilmuwan Dunia untuk Kita, Baca!



Mungkin manusialah penyebab peristiwa kepunahan massal.
~ The Financial Times. 

Taukah temans jika suatu waktu nanti, manusia akan punah seperti halnya beberapa hewan dari berbagai kingdom. Diprediksikan oleh beberapa ilmuwan bahwa kepunahan manusia ini disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri.

Ada beberapa gelintir manusia yang peduli dan berusaha untuk menyelamatkan generasi Anthropocene (The Age of Man) yakni generasi sekarang, generasi dimana umat manusia meninggalkan dampak terburuk ketika meninggalkan jejaknya yang sebagai penanda dalam catatan fosil jauh dimasa yang akan datang, yang juga bisa diumpamakan sebagai suatu bencana terhadap kehancuran Bumi. Beberapa gelintir manusia itu membuat sebuah film, berjudul Racing Extinction (2015). Tulisan berikut diadaptasi dari film tersebut, karena saya merasa : wah that's amazing film to share! And I must tell everyone to watch it.


Dimulai dari melihat sejarah Bumi, sudah terjadi 5 jenis kepunahan di Bumi yakni periode Ordovician; periode Devonian; periode Permian, periode Triassic or Jurassic; dan periode KT Extinction. Jika periode-periode tersebut diumpamakan sebagai sebuah jam, maka letak manusia pada saat periode itu hanyalah beberapa detik sebelum tengah malam. Bagaimana dengan kepunahan pada periode Anthropocene?


Lautan dapat menjadi indikator perubahan iklim di Bumi. Mari kita lihat pernyataan DR. J.E.N CHARLIE VERON, seorang mantan pimpinan ilmuwan sains kelautan di Institut Australia.

Iklim dikontrol oleh lautan. Namun kini lautan perlahan berubah dan hal ini merupakan bahaya yang harus kita hadapi hari ini. Kepunahan massal yang didorong oleh perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kita, sudah tentu dapat memicu bencana besar.


Saya akan menulis tentang karbondioksida dan gas metana, yang mana kedua gas tersebut merupakan hasil dari aktivitas manusia dan pendukung kepunahan masal di Bumi. Karbondioksida dan gas metana dihasilkan oleh berbagai industri pabrik, asap kendaraan kita, hasil pengeluaran dari sapi dan hewan merumput lainnya, serta beberapa alat elektronik yang mendukung kegiatan manusia. 

Manusia menggunakan bahan bakar fosil yang terbentuk selama lebih dari ratusan juta tahun dan kemudian membakarnya, membiarkan gas buang menguap ke udara.
ELIZABETH KOLBERT (Penulis “The Sixth Extinction”)


Karbondioksida di Bumi meningkat pesat dimulai pada pertengahan abad ke 19 dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Ketika karbondioksida menguap keatas, tidak sepenuhnya tertinggal di atmosfer, sepertiga dan bahkan setengahnya diserap oleh lautan. Mari kita belajar proses kimia laut. Karbondioksida bercampur dengan air laut (yang memiliki salinitas tinggi) dan membentuk asam karbonat. Itulah yang menyebabkan laut menjadi lebih asam tiap tahunnya. Lalu apa dampaknya jika lautan semakin asam?

Jika ingin mengetahui dampak dari lautan yang asam, coba kita ambil dan jatuhkan ke dalam segelas cuka. Seluruh mahluk hidup akan larut ke dalam laut asam yang telah kita buat.
~ DR. STUART PIMM (Konservasi Ekologis Universitas Duke)

Apa yang terjadi apabila lautan berubah menjadi asam? Kematian mahluk laut. Dan selanjutnya, kematian kita.

Semakin kita tergantung pada daging, susu dan telur semakin besar karbondioksida dan emisi metana. 
~ LESTER BROWN (Penemu Institut Polisi Bumi)


Gas metana merupakan gas yang lebih kuat 22x sebagai gas penyebab berubahnya iklim daripada karbondioksida. Contoh penyebab bertambahnya gas metana di Bumi adalah sapi. Semua jenis sapi menghasilkan gas metana sebagai produk samping hasil dari memakan rumput dan hal-hal lain yang mereka makan.

Seekor sapi pada dasarnya bisa menghasilkan gas metana hingga 55 galon setiap hari. 
~ DR. GUILLERMO BERRA (Ilmuwan Institut Nasional Teknologi Agrikultural/INTA)


Manusia memiliki penyebab ganda atas rusaknya Bumi, diantaranya aktivitas manusia secara langsung (penyebab kerusakan habitat atau penangkapan ikan berlebih) dan perubahan iklim. Solusinya, jika kita bisa mengurangi mengkonsumsi daging dan susu sapi, jumlah gas metana yang ada di Bumi juga bisa dikendalikan sehingga terjadinya perubahan iklim dapat diperlambat.


Di wilayah kutub-kutub di Bumi, dibawah danau, dibawah lautan, terdapat metana beku dalam jumlah yang amat besar. Ketika kutub secara bertahap menghangat dan metana yang terkunci selama jutaan tahun mulai keluar. Jika ini terjadi kita akan mengalami efek percepatan kepunahan massal, seperti yang terjadi pada periode Permian, mungkin gas metanalah penyebabnya.

Salah satu untuk mengatasi gas metana adalah dengan mengurangi emisi karbondioksida, karena karbondioksida lah yang mengubah suhu di kutub menjadi lebih hangat, yang mengakibatkan metana ini meluap. Sayangnya, berbagai perusahaan minyak melihat dengan mencairnya es di kutub adalah sebagai sebuah kesempatan untuk mengebor lebih banyak lubang minyak. Tanpa mereka sadari sesuatu yang dibawah itu, yang harusnya mereka khawatirkan.

Bagaimana jika suhu dunia naik enam derajat dalam tiga tahun akibat semakin banyaknya karbondioksida dan gas metana di Bumi? Kita akan mengalami yang namanya efek percepatan kepunahan massal. Bermula dari kematian besar-besaran di lautan, fitoplankton hilang, rantai makanan laut hilang, dan planet ini tidak akan berfungsi seperti seharusnya. Dan jika itu terjadi, kegagalan kehidupan akan terjadi di seluruh penjuru Bumi. Itulah namanya kepunahan massal.


Manusia dalam aktivitasnya dapat mengubah setiap parameter, mengubah geologi Bumi, mengubah kimia laut. 

Berjuta-juta fitoplankton di laut menghasilkan setengah dari oksigen yang kita hirup. Manusia sedang mengubah laut pada skala global. Manusia dengan segala aktivitasnya mulai dari memancing sampai dengan pengasaman laut, membuktikan bahwa tidak ada bagian dari laut yang bebas dari dampak aktivitas manusia. 

Menggunakan citra satelit dan data lainnya, dalam 50 tahun terakhir, kita dapat melihat dan mungkin telah kehilangan 40 % dari produksi plankton di laut. Hal ini terjadi akibat dari perubahan iklim. Jika jumlah plankton menurun drastis, maka akan menjadi masalah yang besar. 
DR. BORIS WORM (Ilmuwan Ekologi Laut, Universitas Dalhousie)


Hidup kita rupanya bergantung pada kehidupan lautan. Pada kenyataannya, mahluk hidup di daratan hanya akan hidup setelah plankton di lautan telah menghasilkan cukup oksigen untuk dapat kita hirup. Kita dan semua mahluk hidup di Bumi diibaratkan hidup dalam sebuah jaring-jaring besar dan terhubung satu sama lain. Jika kita mengambil atau membunuh plankton maka seluruh jaring akan mengalami ketimpangan.


Hidup ingin berkembang. DNA ingin maju. Kita perlu menjadi bagian dari itu. Mengapa kita melakukan sesuatu yang dapat mengganggu mahluk hidup yang butuh miliaran tahun untuk berkembang? 
~ LOUIE SCHWARTZBERG (Pembuat Film)


Diakhir tulisan saya ingin menyampaikan beberapa kalimat. 

Laut itu indah, temans. Dengan segala bentuk kehidupan yang sangat cantik didalamnya. Jangan pernah berhenti peduli, jangan pernah berhenti melihat dan mendengar.

Indonesia adalah negara terbesar kedua pemasok sampah plastik di lautan, sekitar 40 juta ton plastik dibuang ke laut tiap tahunnya. Bagaimana caranya kita menunjukkan kepedulian kita? Dengan mengurangi penggunaan plastik, pabrik plastik akan menghentikan produksi plastik, dengan begitu jumlah sampah plastik akan berkurang.

Jika kita mengurangi kepedulian terhadap apa-apa yang terjadi pada Bumi ini, kita sendirilah yang akan merasakan dampak dan akibatnya. Sedikit hal yang kita lakukan untuk peduli terhadap kehidupan di Bumi akan sangat sangat sangat bermakna. 


Ada banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi, yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa peduli kita untuk menyelamatkan kehidupan kita dan generasi yang akan datang? Dan seberapa cepat kita melakukannya? Karena kita telah berpacu dengan kepunahan.

Tonton Racing Extinction (2015), resapi dan jadikan hidup anda lebih bermakna dengan berikan sikap peduli yang konsisten terhadap Bumi kita.

Ketika Nenek Buyut Bergelar Mas Nganten


...ibunya ayahnya ibu itu panggilannya Mas Nganten, ibu ngga ngerti artinya, tapi ya panggilannya memang begitu...

Setelah lulus dari pekerjaannya, ibu dan bapak banting setir menginvestasikan uangnya untuk beternak ayam petelur di daerah Wajak, Malang. Lulus dari pekerjaan maksudnya adalah pensiun karena sudah waktunya, yaa ibu sudah hampir 35 tahun berkecimpung didunia farmasi, pekerjaannya sebagai apoteker telah membawa beliau menjadi wanita karir yang punya berbagai penghargaan dari perusahaan Kimia Farma Indonesia. Sementara bapak yang berprofesi sebagai wiraswasta percetakan pun ikut meluluskan diri dari pekerjaan (namanya juga punya usaha sendiri, jadi lulusnya ya lulus sendiri hahaha) dan bersama ibu membangun usaha di Malang. 

Bukan berarti orang tua saya di Malang dan saya beserta adik saya ada di Surabaya, kami tidak pernah bertemu. Ngga bisa rasanya kalau saya pribadi tidak pernah bertemu orang tua dan juga sebaliknya. Komunikasi tetap terjalin setiap hari, telpon-telponan, whatsapan, sms-an. Seringnya justru ibu yang lebih protektif terhadap kami berdua. Beliau tidak pernah absen menghubungi kami setiap waktu. Tetangga dan beberapa saudara ikut menjadi mata-mata dan penjaga kami di Surabaya. Ihihihii, ibu saya keren ya.

Seorang wanita karir yang memiliki otak luar biasa dan kemampuan yang diatas rata-rata seperti ibu, walau sudah pensiun, beliau memilih untuk tetap bekerja baik otak maupun fisiknya. Itu bukan sebuah pilihan bagi beliau tapi sudah menjadi sebuah kebiasaan. Kemampuan ibu dalam hal mengingat dan berhitung, saya akui sangat sangat luar biasa (I wish I like my mom) termasuk ketika bercerita tentang asal usul keluarganya.

Saya adalah pendengar setia ketika ibu sedang menasehati, marah-marah dan bercerita tentang masa lalunya. Itu juga bukan merupakan suatu pilihan, tapi sudah jadi sebuah kebiasaan hahahaha, pasalnya si adik adalah orang yang tidak terlalu peduli terhadap rumah dan isinya. Ibu masih ingat detail masa lalunya, masa lalu orang tuanya (kakek - nenek saya) dan masa lalu keluarga masing-masing orang tua dari orang tuanya.

Suatu malam kami berkumpul di ruang keluarga. Seperti biasa adik dan bapak asyik menonton TV dan saya duduk berada disamping ibu.

Ibu bercerita singkat tentang kehidupan orang tua dari ayahnya ibu. Kakeknya ibu yang merupakan saudagar Cina menikah dengan seorang perempuan yang berasal dari Madura dan dipanggil Mas Nganten kemudian hidup menetap menjadi muallaf di daerah pesantren Pasuruan. Nama islam kakek buyut adalah Fatah. Dari pernikahan itu menghasilkan delapan anak, ayahnya ibu adalah anak ke tujuh.

Saya bertanya pada ibu, apa itu arti dari Mas Nganten. Ibu hanya bilang, "...ibu ngga ngerti artinya, tapi panggilannya memang begitu. Mas Nganten itu asalnya dari Madura, mungkin dia punya gelar bangsawan disana". Selanjutnya bertanyalah saya pada do'i dan temannya yang bergelar Raden, asal Madura. Namun tak seorangpun bisa menjawab apa arti dari Mas Nganten. Pertanyaan itu pun tidak sengaja terlupakan hingga hampir dua tahun lamanya.

*

Sekitar dua bulan yang lalu saya tertarik dengan perpustakaan kecil milik almarhum pakde Chayi, kakak tertua ibu. Perpustakaan kecil ini berisi koleksi buku-buku tentang Jawa dan Islam, dua buah objek bacaan favorit beliau. Bude Han menekankan pada saya untuk tidak sungkan meminjam buku kemudian membacanya, terkadang pula bude meminta saya untuk mencarikan suatu buku yang ingin beliau baca. Luar biasanya bude mengingat judul-judul buku yang ingin dibacanya. Kebanyakan koleksi buku adalah cetakan sebelum abad 21, sekitar sebelum tahun 1990-an, dan edisinya pun terbatas.

Saya tertarik pada buku yang berjudul Perkembangan Peradaban Priyayi, cetakan Gajah Mada University Press tahun 1987. Jujur saja saya hanya tertarik pada judulnya, ketika membaca isinya saya merasa bingung karena tatanan bahasanya yang belum terjamah EYD (bercampur-campur antara bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia) dan berat dengan istilah-istilah piranti kerajaan Jawa kuno. Pusing rasanya ketika membaca sebuah halaman yang berhubungan dengan halaman sebelumnya, membuat saya harus terus mengulang halaman-halaman sebelumnya. Ahahahaha, mungkin karena saya tidak sepenuhnya konsentrasi membaca bukunya, beberapa rutinitas membuat saya lupa melanjutkan bacaan. Saat ingin melanjutkan bacaan, saya terjebak dengan istilah-istilah kuno sehingga saya harus mengulang kembali ke halaman awal.

Saya bertekad menyelesaikan membaca buku ini. Dan semalam saya menemukan jawaban yang saya inginkan sekitar dua tahun yang lalu. Arti dari "Mas Nganten".

Di buku ini tertulis...

Gelar Kepriyayian
Salah satu gelar kepriyayian Jawa pada masa lalu adalah tampak pada gelar yang dipakai pada nama seseorang. Gelar kepriyayian tidak semata-mata ditentukan oleh asal keturunan tetapi juga ditentukan dari jabatan seseorang dalam pemerintahan. Dari gelar keturunan tampak asal dan tingkat kebangsawanannya, sementara dari gelar jabatan tampak jenjang kedudukannya dalam pemerintahan.
Mengenai tingkat dan gelar kepriyayian di Jawa pernah ditulis L.W.C Van de Berg pada akhir abad yang lalu, yang mana tulisan tersebut tampak cukup luas dan teliti namun Van de Berg tidak dapat membedakan antara jenjang jabatan, gelar dan sebutan.
Gelar, jenjang dan sebutan memiliki hubungan yang erat. Gelar keturunan melekat pada nama seseorang dan diwariskan secara turun temurun. Namun gelar jabatan tidak dapat diwariskan karena gelar tersebut dapat berubah, seperti seseorang naik pangkat. Gelar jabatan tetap dipakai oleh orang tersebut walau pemakainya berhenti dari jabatannya atau pensiun.
Sebutan seperti “gusti, bendara, bagus dan lara/rara“ dipergunakan untuk menghormati seseorang, karena menurut adat Jawa tidaklah sopan menyebut nama seseorang tanpa sebutan kecuali terhadap anak-anak sendiri, teman akrab dan terhadap orang-orang bawahan (abdi).
Gelar keturunan yang menunjukkan kebangsawanan, pola pokoknya berasal dari Kerajaan Jawa yang sesudah tahun 1856 terbagi menjadi dua, Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Gelar kebangsawanan yang tertinggi sesudah raja ialah raden mas bagi anak laki-laki dan raden ajeng bagi anak perempuan. Bagi putra raja, baik laki-laki maupun perempuan, gelar kebangsawanan itu didepannya ditambah sebutan bendara, jadi bendara raden mas dan bendara raden ajeng. Dikemudian hari setelah menjadi dewasa dan kawin bendara raden mas diganti pangeran, sedang raden ajeng diganti raden ayu. Gelar raden mas dan raden ajeng selanjutnya dipakai oleh cucu, cicit dan piut raja.
Gelar kebangsawanan setelah piut raja dan selanjutnya hanya raden. Ketika masih kanak-kanak gelar raden itu sering ditambah sebutan bagus atau gus, dan lara/rara bagi anak perempuan. Raden lara/rara ini setelah kawin berubah menjadi raden nganten. Gelar raden menurun kepada anak cucu dan tidka ada pembatasannya. Selama seseorang dapat menunjukkan bahwa nenek-moyangnya bergelar raden, dapat mewarisi gelar itu. Maka seorang ayah bergelar raden maka anak cucunya juga bergelar raden.
Gelar Mas menunjukkan asalnya yang dari orang kebanyakan dan mendapat kesempatan menjadi priyayi dan dari segi status sosialnya menunjukkan kelebihannya dari lingkungan rakyat kebanyakan. Anak-anaknya dipanggil dengan mas agus dan mas lara/rara. Isterinya mendapat gelar mas nganten.
Gelar keturunan atau gelar kebangsawanan tetap berpedoman pada adat yang berlaku. Di daerah Gupernemen menggunakan sebagai patokan utamanya gelar keturunanyang dipergunakan oleh bupati, karena bupati itu dahulunya memang raja di daerah. Di daerah Guperneman, bupati itu dapat bergelar tumenggung, tumenggung arya, adipati (arya), dan pangeran (raya). Istri bupati yang berstatus permaisyuri dengan tidak mengingat asal keturunannya mendapat gelar raden ayu. Istri ampeyan mendapat gelar mas ayu, mas ajeng atau mas nganten. Anak-anaknya semuanya mengikuti gelar ayahnya.
Bupati yang bergelar mas atau kyai tumenggung, anak-anaknya bergelar mas. Jika salah seorang keturunannya menikah dengan perempuan bergelar raden ajeng atau raden lara/rara, maka anak cucu yang lahir dari perkawinan ini dapat bergelar raden. Jadi gelar raden ini dari garis ibu. Maka tidak mengherankan kalau priyayi-priyayi yang hanya bergelar mas atau kyai berusaha memperoleh isteri dari lingkungan priyayi yang bergelar raden agar kelak anak cucu memperoleh gelar raden.

Buku ini yaa, huwow banget pokoknya!
Kapan-kapan deh saya review lebih lengkap, in sya allah.

Jadi... Pengertian Mas Nganten dibuku ini adalah istri dari seseorang yang bergelar Mas dalam kerajaan Jawa, di halaman lain dalam buku ini menyebutkan Mas Nganten adalah istri dari ampeyan bupati Gupernemen. Yang bergelar Mas adalah seseorang yang menjadi priyayi karena jasa dan status sosialnya yang melebihi dari rakyat kebanyakan, gelar Mas ada yang didapat dari pemberian raja atau pemberian kolonial Belanda karena jasanya dalam pemerintahan. Ampeyan berarti istri yang menjadi selir raja (bukan bergelar permaisyuri). Sementara bupati Gupernemen adalah raja yang bertugas di daerah yang masuk dalam lingkungan administrasi pemerintahan kolonial Belanda.

Apakah ada perbedaan pengertian Mas Nganten di adat Jawa dan adat Madura ya? Nah, untuk menjawab pertanyaan ini perlu baca buku Perkembangan Peradaban Priyayi di Madura. Ada ndak ya buku yang mendekati judul itu...

Jika dituliskan secara rinci ada bagian cerita yang hilang, seperti dimanakah kakek Cina dan Mas Nganten ini bertemu; apakah kakek Cina ini masuk agama Islam sebelum atau sesudah menikah dengan Mas Nganten. Kemudian dikepala timbul pertanyaan lagi, apakah sebelumnya Mas Nganten ini pernah menikah dengan priyayi bergelar Mas atau dengan bupati Gupernemen? Karena di buku hanya disebutkan bahwa gelar Mas Nganten bukan gelar turun temurun. Sementara ibu tidak bisa menjawab pertanyaan saya karena memang yang diceritakan hanya sedikit, entah sebab itu merupakan rahasia atau bagaimana, sayapun tak mengerti.

Ah ya sudahlah, tidak penting dengan gelar gelar dan teman-temannya. Yang penting Mas Nganten ini asli nenek buyut saya. Eh iya, bahkan nama asli dari Mas Nganten ini pun juga tidak ada yang tahu. Kehidupan jaman dahulu memang sangat misterius ya. Beda banget sama jaman sekarang yang serba dipublish melalui sosial media, tidak mengingat itu rahasia ataupun berita. Semuanya serba terbuka dijaman sekarang.

Baik, segini dulu cerita saya. Saya mau lanjut baca dan menyelesaikan membaca buku ini.

Oya, buat temans yang tertarik ingin membaca buku Perkembangan Peradaban Priyayi, ini saya cantumkan cover depannya. Selamat membaca ^^



2017, Blogger dan Kopi



Tahun yang baru, semarak baru, semangat baru dan passion yang baru. Hidup manusia harus terus berjalan. Semua kesulitan, masalah dan rintangan pun mau ngga mau, minta ngga minta, harus tetap dijalani. Kala professor pembimbingku dulu menasehatiku seperti ini, “Jalani ae mbak, masio angel, jalani ae, dep depono iku kesulitanmu, jalani ae mbak, memang ngomong iki gampang, tapi westalah, jalani ae”.

2017. 

Tahun yang cantik. Dan aku kembali teringat disuasana empat belas tahun silam, diatas motor, bersama ibu dan bapak yang kala itu masih jaya-jayanya. Kemudian aku mendengar kalimat, “Angka tujuh belas iku angka apik, angka tujuh iku angka kesukaan nabi dan allah, ganjil, kamu beruntung masuk urutan teratas di SMP Negeri 17”. Kini, aku menjalani tahun 2017.

Sebelum aku melontarkan curhatan mengenai harapan di tahun 2017, alangkah baiknya aku memulai semuanya pada tahun 2016. Karena kurasa hari-hari yang akan kujalani di tahun 2017 tak pernah lepas dari hari-hari dan keputusan yang telah aku lakukan di tahun 2016. Tidak akan ada tahun 2017 jika tahun 2016 tak pernah terjadi. Pasti temans juga berfikir begitu.

Dimulai dari blogger.

Aku belum lama menjalani dunia per-blogger-an dan masih terhitung setengah-setengah melakukannya. Aku menganggap ini hanya sampingan, menulis ketika waktu luang dan mengikuti lomba yang mana topik dan artikelnya bisa aku kuasai. Aku sangat beruntung ketika bertemu dan berteman dengan teman-teman blogger perwakilan beberapa daerah di Indonesia pada akhir November tahun 2016 kemarin. Aku masuk dalam dunia blogger ini semakin dalam.

Berbagai saran mengenai koding, bentuk tulisan, macam tulisan yang paling disukai pembaca sampai bagaimana agar artikel mudah terdeteksi dan masuk dalam jajaran halaman pencarian pertama google aku terima dari teman-teman terdekat. Aku mempelajari hal baru diluar ekspektasi di tahun 2016 dan tetap berlanjut hingga sekarang. But somehow, ada yang mengganjal hatiku untuk belajar itu, sisi diriku mengatakan itu bukan passionmu, jangan terlalu belajar mendalam, sisi diriku yang lain mengatakan tetaplah dalami hal ini karena semua yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan memiliki arti. And somehow, it makes me do it with a half heart. But, I will not give up. I loved to learn, I want to learn, I do not want to let my brain stop thinking, if my lovely brain stop thinking it means I die. And I always say to my self, “Stop menjadi pengecut, lisa”.

Hahaha, curhatanku kelewat serius rupanya, tapi aku tidak menyesali apa yang aku tulis. Semoga temans pembaca tidak terganggu dengan apa yang aku tulis *mesemkalem.

Blog bagiku adalah sebuah transisi, penyemangat dan pelipur lara. Terkadang aku keberatan jika diminta bicara dan berfoto didepan orang banyak, aku tidak selalu ingin dilihat orang banyak, dan tidak pernah ingin show off didepan orang banyak : netizen or citizen. Aku hanya memiliki mimpi, bahwa suatu hari hasil dari pemikiranku berguna untuk orang banyak. Dan do’i selalu bilang, “bagaimana orang tau akan semua pemikiranmu jika kamu tidak pernah mempublikasikannya”. Well, I’m Ambivert. Aku berfikir jika pertama aku pamer, selanjutnya dan selanjutnya aku pasti akan lebih dan lebih pamer lagi. Oleh karenanya, aku harus menyeimbangkannya. Dan dengan blog, aku menyeimbangkan diriku.

Dan blog, adalah tempatku untuk mengeksplor diri. Tiga tahun terakhir aku sering kehilangan fokus dalam membaca dan menulis mengenai hal-hal yang berbau ilmiah. Aku tidak bersungguh-sungguh dalam membaca dan menulis kembali. Namun anehnya, sang otak mampu bekerja ketika aku membaca hal-hal yang berbau sastra, bahasa dan sejarah. Ketika akan mempublish draft pun aku berfikir ratusan kali, kadang hasil akhirnya adalah : tidak mempublish, lantaran aku kehilangan rasa percaya diri, atau jika kata teman : rasa perfeksionis mendominasi diri. Aku tidak suka akan hal itu, aku kembali mengingat apa alasan ketika aku sering dan aku sangat berani presentasi bahkan seorang diri menggunakan dua bahasa didepan professor dan teman-teman sejawat. Kemudian ingatanku meloncat ke tahun-tahun setelahnya ketika suatu hari aku menjadi ragu-ragu dalam memberikan penjelasan pada rekan-rekan mengenai sesuatu yang sudah aku kuasai dan persiapkan sebelumnya. Aku berani, karena saat itu aku menerima tempaan fisik yang mungkin tidak semua orang bisa melakukannya, kemiliteran adalah sesuatu yang tidak semua orang bisa menerima latihan ini, namun aku dan teman-temanku bisa melewatinya walau setelahnya aku memiliki trauma yang mendalam. Aku tidak berani, karena saat itu aku tidak melakukan apa-apa selain belajar dan membaca, dan aku tidak memenuhi target yang aku buat saat itu, hal itu merupakan kegagalan yang luar biasa dalam hidup. Setelah yang aku lakukan kini, aku tidak mungkin kembali menerima tempaan fisik seperti kurang lebih tujuh tahun yang lalu, dan aku tidak mau melakukan kegagalan lagi. Aku harus berbuat apa? Aku membaca buku, mengeksplor pikiran dengan menulis di blog, push up, sit up, lari, jalan ditempat, melakukan semuanya, menggerakkan seluruh anggota tubuh agar otak selalu jalan. Karena membaca tanpa beraktivitas itu tidak berguna dan menulis tanpa ingin tahu itu mustahil.

Kini aku masih bermasalah dengan rasa kepercayaan diri. Mengapa orang diciptakan dengan rasa kepercayaan diri yang rendah dan mengapa ada yang diciptakan dengan rasa kepercayaan diri yang terlampau tinggi. Aku rasa karena rasa percaya diri ini merupakan hasil pemupukan dari rasa menghargai diri sendiri. Dan aku rasa aku kurang menghargai diri. Ketika aku menang lomba blog tingkat nasional dan mendapat kehormatan untuk hadir pada seminar nasional, aku merasa percaya diri namun hanya “sementara”. Setelahnya aku merasa biasa layaknya tak terjadi apa-apa. Pertanyaanku adalah bagaimana cara mempertahankan rasa percaya diri agar tetap ditempatnya. Aku mendapatkan jawabannya, namun rupanya ketika jawaban itu tidak dijalani secara konstan, jawaban hanyalah jawaban. Berarti permasalahannya adalah tidakadanya hal “konstan” dalam diri. Begitu banyak permasalahan dalam diri manusia, khususnya diri aku, dan aku jadi sungkan ketika temans pembaca terlibat ikut berfikir keruwetan ini. Aku putuskan untuk melewatinya.

Menang lomba blog dapat menumbuhkan rasa percaya diri? Kalau begitu ikut lomba blog saja agar ada harapan untuk menang sehingga rasa percaya dirinya terus bertumbuh. Kemudian bagaimana jika tidak menang?

Sang ibu memberikan opininya, “Ya kalau lomba blog jangan selalu berharap dengan hadiahnya, nduk. Kamu ga bodoh dan ibu masih bisa memberi makan kamu dan kamu bisa membelanjai ibu. Jadi baiknya jangan bertaruh pada sesuatu yang tidak pasti demi mengharap sesuatu yang muluk”.

Kurasa, menang lomba tidak selamanya menumbuhkan rasa percaya diri. Namun menang lomba dapat membuat aku lebih menghargai diri. Dalam menulis mengenai ini, aku jadi tau kemana arah blog limaura.com akan pergi. Still, marine blog adalah niche yang kujadikan pondasi limaura.com. Walau do’i selalu bilang, “karena ini blog personal, niche itu kurang berpengaruh”.

2017 dan blogger bagiku adalah sesuatu yang sangat berhubungan. Lalu bagaimana dengan kopi? Apa ada hubungannya?

Kopi.

Pada kesempatan bertemu dan berteman dengan blogger dari berbagai penjuru Indonesia selama beberapa hari, ada banyak pemikiran baru yang mereka bawa yang tidak sengaja memapariku. Salah satunya adalah kopi.

“Kalau tidak ngopi sehari ajah, kepala jadi pusing”

“Minta kopi hitam bubuk dan air yang panas ya, bukan air dari dispenser tapi air yang digodok sampai mendidih”

“Iya nih, hidup aku sekarang kayak kalong, siang tidur malam melek, demi kerjaan blogger ini, nah kalo ngalong ngga ngopi ya nggak bisa”

Awalnya aku merasa aneh dengan curhatan kalimat dan curhatan kebiasaan yang teman-teman top blogger lontarkan. Tapi rupanya, aku terpapar, teradiasi dan secara tidak terkonsep mengikuti pola hidup mereka.

Aku tidak bisa membuat artikel jika tidak pada malam hari, karena suasananya yang sepi lah yang mampu membuat otak bekerja maksimal. Namun ketika otak siap bekerja, badan telah lelah dan mata sudah mengalarm ingin tidur saja. Solusinya adalah mengkonsumsi sesuatu yang membuat mata dan badan menyala-nyala. Minum kopi. Tentu saja, aku mengukur kadar kafein dan gula yang masuk ketubuh setiap harinya. I always do that until now.

Rupanya teman-temanku yang berprofesi dokter dan ahli gizi bahkan ibuku yang basiknya farmasi pun berbaik hati menentangku untuk tidak banyak-banyak minum kopi.

“Perempuan itu tidak boleh banyak-banyak minum kopi, harusnya minum susu, lis..”

“Owalah nduk, kamu itu masih muda, belum menikah dan kedepannya akan punya anak, jaga itu rahimmu, jangan banyak-banyak minum kopi, kafeinnya ga baik buat tubuhmu”

“He lis, kafein kopi itu menyerap semua nutrisi, vitamin C dan kalsium dalam tubuhmu. Walau bukan kopi item, kopi sachetan yang biasa kamu minum itu juga pengaruh. Iya kamu ga ngerasain sekarang. Tapi kamu akan ngerasain pas uda tua. Kafein yang tiap harinya menyerap kalsium dimasa mudamu akan membuat kamu osteoporosis dimasa tua karena tulangmu kekurangan kalsium. Kafein juga menyerap nutrisi dan vitamin C lalu membuangnya ke ginjal. Pas ketika kamu menstruasi, tubuhmu kehilangan nutrisi dan vitamin untuk meluruhkan darah haid, tubuhmu juga akan banyak glukosa yang bikin kamu dilep berkepanjangan. Itu juga akan berlanjut dan berpengaruh nanti kalau kamu mau punya anak…”

Alasan ilmiah itulah yang menghentikan rasa ketergantunganku terhadap nikmatnya kopi. But still, I’m a stubborn child. Dengan mengontrol frekuensi menikmati kopi tiap harinya (yakni tidak setiap hari minum kopi), aku masih bisa menikmati kopi sachet favorit dan kadang-kadang menikmati javajimijo di kafe kopi favorit. 



2017, blogger dan kopi. Masih berjalan beriringan sekarang. Masih aku jalani sekarang. And it seems will continue in my future.

Harapanku di 2017 adalah simpel : aku ingin menjadi lebih berguna walau dalam melakukan hal sekecil apapun dan walau dinilai orang yang aku lakukan hanyalah hal yang sepele, aku ingin menjadi lebih berguna.

Di tahun 2017 juga aku akan mengalami sebuah peralihan fungsi wanita. Yang mana jika aku kemana-mana tidak akan sendiri lagi. Yang mana jika aku akan pergi kemana-mana harus dengan ijin seseorang asing. Yang mana aku tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri. Lalu kemanakah aku setelah itu? I still curious and wondering. But I always hope, everywhere I stay, I hope I will be more useful.