Kuncinya : Perempuan Itu Wajib Tau Diri

Sore hari, satu bulan (lebih beberapa hari) yang lalu, aku mengalami sebuah kejadian yang awkward dan memberikan sebuah pelajaran tersendiri.

Aku meminta tolong kepada salah seorang teman untuk membikin betul software laptop yang bermasalah akibat virus. Setelah berhasil mencocokkan jadwal : aku yang masih asyik mentelengin rumput laut penelitian--baru bisa bertemu sore hari dan temanku yang baru pulang kerja di sore hari namun dia harus menjemput pacar. Jadwal itu baru bisa ditentukan ketika dia mengalah untuk tidak menjemput pacarnya dan memutuskan untuk membantuku. Terima kasih sebelumnya yaa cak T.

Di hari janjian, seperti biasa aku mendatangi kantornya (yang juga bekas calon kantorku xixixi), bertemu dengan teman-teman lama dan bersenda gurau seperti biasa. Kebetulan saat itu kantornya sedang ada masalah sehingga membetulkan laptop aku pun ikut terulur waktunya. Hingga Maghrib pun tiba, suasana di ruangan kantor itu tidak seramai tadi sore. Hanya ada beberapa teman lama (konco plek) yang tetap stay menghabiskan waktu karena besok weekend.

Tiba-tiba seorang perempuan tinggi lagi langsing berpakaian dominan orange datang ke ruangan itu dengan muka masam. Aku tidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya dan cukup mengherankan bagiku ketika dia tiba-tiba membuka pintu kaca dengan paksa dan datang dengan muka yang tidak enak dipandang. Mungkin dia sedang bete' sebelum sampai diruangan itu. Aku pun tidak menghiraukannya dan segera pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Tapi aku tertarik untuk bertanya kepada temanku D tentang siapa perempuan itu, karena cak T ujug-ujug menghampirinya saat dia baru datang dengan muka begitu. Tapi rasa penasaran itu kusimpan dulu.

Beberapa menit kemudian ketika aku selesai berwudhu di kamar mandi kemudian membenahi kerudung, perempuan ini masuk kamar mandi -- dengan muka yang sama -- masam dan tidak enak dilihat. Gelagatnya pun membuka pintu dan masuk ke kamar mandi seperti penuh dengan emosi. Apakah perasaan bete' nya tidak kunjung hilang ketika masuk ke ruangan kantor itu? Padahal menurut aku, tiap kali masuk ke ruangan kantor itu dengan perasaan ruwet, keluarnya perasaanku menjadi lega, karena didalamnya aku bisa tertawa lepas bersama teman-teman. Suasana kekeluargaan di ruangan itu memang tak bisa digantikan dengan apapun.

Aku keluar kamar mandi, meninggalkan perempuan itu, menuju ruangan kantor dan sholat Maghrib di sudut ruangan. Di ruangan hanya ada U dan T. Dan aku bertanya pada mereka, "Tadi ada perempuan datang ya rek, itu siapa ya?"
U menjawab, "Oh.. itu pacarnya T..."
"Owalah... Aku tau sekarang kenapa T bisa takluk sama dia", kataku singkat.
"Harah kund T, Lisa ngerti kund takluk ambek arek wedok, sakjane kuwalik, arek wedok iku sing kudu takluk ambek kund", kata U dengan logat bicaranya yang lucu.
"Lho iyo ta, aku ketok koyok ngono Lis? Egak wahh!"
Aku meninggalkan mereka tanpa jawaban dan segera melakukan sholat Maghrib.

Seusai sholat, aku bertanya pada bang D (yang kebetulan mengantri untuk sholat juga) sembari melipat mukena.
"Bang, itu siapa sih?", aku mengawali pertanyaan dengan setengah berbisik, pura-pura tidak tahu.
"Itu pacarnya T"
"Owalaaaahhh. Tapi bang, kok mukanya jutek gitu ya, sedang ada masalah ta mereka?"
Sontak bang D mengeraskan suaranya, "YA IYALAAHHH, DIA ITU CEMBURU SAMA KAMUUU"
"Ellho. Betewe bang, ya jangan keras-keras po'o kalo ngomong itu, kan ya ga enak se"
Bang D justru semakin mengeraskan suaranya, "IYAAA KARENA ADA KAMU MAKANYA DIA CEMBURUUU"
"Astaga..."

Wait, what? Keseimbangan antara kesadaran dan ketidakpercayaan mulai sedikit goyang. Kusadarkan pikiranku dan melakukan yang terbaik agar semua berjalan dengan baik. Aku mulai mengerti dan paham ketika berkaca untuk membenarkan penampilan, aku tidak sengaja melihat perilaku T kepada perempuan itu begitu berbeda. Seperti seorang laki-laki yang tidak bisa menolak setiap keinginan orang yang dia sayang. Mengingatkanku kepada dua mantan terdahulu (huahahaha).

Dalam benakku saat itu adalah tetap berlaku biasa kepada T dan aku tidak boleh membiarkan rasa cemburu yang ada di perempuan itu tumbuh kian hebat karena kedekatanku dengan T. Kedekatan terhadap konco plek itu hanya sebuah persahabatan terjalin lama dan erat. It must be easy, karena aku pun menganggap T hanya seorang sahabat. Aku membutuhkannya karena dia adalah dokter dari laptopku, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta tolong padanya ketika laptopku bermasalah.

Ternyata malam itu adalah malam yang berat. Perempuan itu (yang bahkan aku tidak tau namanya -- karena tidak diperkenalkan oleh T) bertingkah seperti remaja labil yang sengaja pamer kemesraan didepan kami semua. Sikap T yang canggung lah yang membuat kami semua ikut tidak enak (include me). Aku jadi ga bisa bebas bergerak dan bertanya. Sisa waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menyelesaikan semua masalah laptop harus terbagi karena T harus meladeni perempuan itu. Dan aku pun nampaknya harus kembali lagi ke ruangan ini kemudian hari untuk menuntaskan semuanya, karena saat itu sudah malam.

Sejujurnya, ketika aku mengetahui bahwa perempuan itu adalah pacar T, aku harus bersikap dewasa untuk tidak melakukan hal-hal gila (misal tertawa lepas, saling pukul ringan, saling menaruh perhatian dan saling sindir) yang biasa kami lakukan. Aku rasa kuncinya ada di aku, adanya perempuan ditengah laki-laki ibarat memberi suasana dan warna yang berbeda dan kemudian terbiasa berbeda. Kalau sedikitpun aku kelepasan, mungkin perempuan itu akan membenciku seumur hidupnya.

Tetapi ketika melihat tingkahnya yang terlihat seperti remaja yang labil, aku menjadi tersanjung jika dia cemburu terhadapku. Itu berarti dia merasa aku lebih lebih dari dirinya.

Memiliki rasa cemburu itu wajar karena kita peduli dan tidak mau kehilangan orang yang kita sayang. Tapi jika perasaan cemburu berlebihan itu yang jadi tidak baik dan berdampak buruk bagi kesehatan. Ini kenyataan, karena aku pernah mengalaminya (hehehe).

Ketika seorang perempuan melihat perempuan lain yang dekat atau bahkan pernah menjadi bagian dari masa lalu lelakinya,, rasa yang pertama kali timbul adalah cemburu, kemudian jika berlebih menjadi ketidaksukaan, dan jika tidak bisa dikontrol maka akan menjadi kebencian. Aku pernah beberapa kali mengalami menjadi perempuan yang cemburu dan sering kali menjadi perempuan yang dicemburui. Membuat aku menyimpulkan bahwa sebagai perempuan aku harus TAU DIRI.


Sebagai perempuan yang sering dicemburui, aku harus bersikap tau diri misalnya tidak berteman akrab dengan orang atau teman yang telah memiliki pasangan bahkan istri (kecuali HANYA membahas tentang pekerjaan dan pendidikan) dan jika urusan telah selesai dengan mereka, aku tidak akan menghubunginya selain jika saling membutuhkan HANYA untuk pekerjaan.

Sebagai perempuan pencemburu, aku harus bersikap tau diri, karena sudah pasti ada perempuan yang lebih dari kita yang mungkin saja menarik perhatian lelaki kita. Karena sifat laki-laki yang pandangan matanya suka akan keindahan. Tapi bukan berarti aku membolehkan adanya kerelaan terhadap poligami dan penghianatan. Bagiku, jika laki-laki itu menunjukkan ketidaksetiaannya untuk kali pertama, untuk kali kedua dan selanjutnya dia tidak berhak diberi kesempatan.

Jika aku meminta kamu (para lelaki) menganalogikan antara perempuan pencemburu dengan perempuan yang acuh, kemudian perempuan mana yang akan kamu pilih?

Hanya perempuan baik yang akan memilih laki-laki yang baik dan juga sebaliknya. Maka dari itu, jika ada perempuan yang sayang dan peduli terhadap kamu, sebaiknya jangan disia-siakan hanya karena melihat perempuan lain yang lebih indah yang belum tentu pula akan menyayangi kamu seperti perempuan sebelumnya. Jangan sampai kamu menukar berlian dengan bunga yang indahnya hanya sesaat ;)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.