Kek Gimana Sih Rasanya Pake Cincin Tiny?


Duh sis, ngga ada habisnya cerita kalau membahas tentang perhiasan ya. Semula ngga suka lama-lama jadi suka. Emang bener sih ini pepatah lama :  jalaran tresno soko nggelibet ae~



Jujur saja, saya ngga pandai beli perhiasan emas. Modal cuma lihat looknya unik, mikir ribuan kali baru kalau beneran sreg--beli. Makanya pan, sering dibuat kecewa saat paket perhiasan itu datang. Kali pertama saya beli perhiasan emas, via marketplace di Indonesia dan waktu itu minta sama si adik agar bisa dikirim ke Taiwan (dengan cara diselempitkan dalam baju--mungkin karena saking kecilnya itu emas sampai dibiarkan lolos di beacukai ya), saya pernah tuangkan ceritanya diblog ini barangkali temans sudah membacanya. Dan setelah membuka paketnya saya pun kecewa.

Kali kedua beli perhiasan emas tapi bukan emas solid sih tapi saya puas banget sama kreasinya. Berawal dari melihat online hingga dibela-belain datang ke studio pembuatan perhiasannya. Alhamdulillah banget udah lima bulan dipake terus setiap hari ngga ada issue apa-apa. Lisa approved!

Nah kali ini (kali ketiga ya) pengalaman beli perhiasan via online ingin saya bagi kisahnya disini. Sama seperti saat beli perhiasan kali kedua, saya jatuh cinta dengan tema custom nya yang berasa ngga ada yang "ngembarin" gitu ya, ekslusip lah kalau kata orang. Perusahaan C ini sudah berdiri sejak lama, diklaim sejak tahun 1982 gaess dan letak kantornya hanya ada di Surabaya. Saya tertarik sama salah satu projeknya, si cincin custom. Bisa bebas custom tulisan (dengan berbagai bahasa dan karakter), bisa pilih kadar emasnya (16K atau 17K) dan bisa pilih warnanya (gold; rosegold atau whitegold). Hmm menarik.

Awalnya saya tertarik pingin beli gelang hybridnya (gabungan bangle dan gelang rantai plus ada inisial namanya). Saya ingat tahun 2021 agak ragu mau beli si gelang hybrid lantaran waktu itu masih tinggal di Taiwan dan konon katanya pengiriman segala macam emas dari Indonesia ke Taiwan itu dilarang banget. Terpaksa kudu ngempet kan ya daripada ambil resiko diambil beacukai Taiwan dan disuruh nebus misalnya, jadi rugi dua kali dong ya. Nah di tahun 2023 bulan Juli ini sudah pulang Indonesia--gamang tuh sayanya, mau pilih si gelang hybrid tapi inisial namanya (yang saya suka) uda habis (dan mereka uda ngga produksi lagi) atau mau pilih gelang aksara. Yap pada akhirnya saya pilih gelang aksara yang alhamdulillah masih sanggup (dari bulan Juli hingga ditulisnya artikel ini) menemani tangan saya bekerja keras di rumah.


Karena sudah punya gelang, maka saya lupa sama si perusahaan C ini. Tapi entah mengapa saya kepentok pepatah jawa : jalaran tresno soko nggelibet ae. Nggelibet ae diberanda FYP secara tiba-tiba (ini masih jadi misteri buat saya, padahal ngga nyari perhiasan digugel atau disosmed atau dimarketplace manapun lo, cuman mbatin aja, lha koq ya postingan si perusahaan C muncul--kebetulan saya juga follow dia). Ngeliat banyak testimoni positip dari customernya, jadi muncul keinginan buat beli perhiasan (lagi). Duh dasar perempuan...

Uda punya gelang pan, kali ini inginnya pilihan perhiasan jatuh ke yang simpel aja, yang ngga terlalu kelihatan, yang bisa dipakai daily dan ngga ngganggu aktivitas gendong bayi. Jatuhlah pilihan ke cincin custom tiny font. Mulailah saya membandingkan harga, kalau bisa murah dan bagus, kenapa kudu pilih yang mahal. Ini prinsip.

Si perusahaan C ini berafiliasi dengan beberapa toko emas offline dan online di Indonesia. Ada dua toko emas yang saya sorot karena sering diiklankan di perusahaan tersebut sedang memasarkan projek letternya. Satu toko emas di Bali dan satu lagi toko emas di Kendari. Yang di Kendari punya kelebihan bisa menawarkan cincin projek letter kadar 20karat atau 87,5%, sayangnya dia tidak menanggapi chat saya hingga berminggu-minggu (chat saya baru dijawab setelah make a deal di toko emas di Bali). Maka saya pilih yang mau fast respon : toko emas di Bali. Anyway, kenapa ngga langsung beli di perusahaannya langsung sih? Kenapa kudu ribet nyari di toko lain?

Saya cari yang lebih murah cyin, saya ingat ini hanya emas perhiasan, bukan emas batangan. Emas perhiasan pasti nantinya akan mengalami penurunan harga dan banyak potongan ini itu saat akan dijual kembali. Walau memang ngga ada niatan untuk ngejual sih, tapi ini kalau soal harga memang jadi pertimbangan utama buat saya. Kalau barangnya sama dan punya dua harga (lebih tinggi dan lebih rendah), maka saya cenderung lebih memilih harga yang lebih rendah dimanapun tempatnya.

Di perusahaan C cincin custom tersebut dijual dengan harga Rp 1.391.000 nett per pcs nya dan harus full payment diawal. Sementara toko emas di Bali menawarkan harga Rp 1.400.000 dan menghitung harga dari per gramnya, pun bisa DP sejumlah rupiah dulu, sisanya harus dibayar saat barang sudah jadi. Yang jadi pertimbangan, semisal cincinnya jadi beratnya dibawah satu gram, maka toko emas di Bali pilihan yang OK untuk soal harga. Tapi kalau cincinnya punya berat lebih dari satu gram, maka beli diperusahaan C lebih bagus. Unda undi ya pilihannya. Maka saya riset dulu kebanyakan si cincin tiny font ini kalau jadi berapa gram, ternyata tergantung custom tulisannya. Empat huruf ngga sampai segram lah ya, bismillah pilih toko emas di Bali.

Kemudian saya chat admin pertama toko emas Bali, ngga mau basa basi langsung aja tembak : saya mau cincin custom tiny font, ukuran sekian, kadar paling tinggi, berapa harganya, jadi berapa hari dan perlu DP berapa. Sudah didata mereka, diberi info jumlah DP yang harus dibayar lalu dikirimkanlah stiker bertuliskan nomor rekening mereka. Saya bisa transfer satu jam kemudian (taulah ya bund kalau weekday dan bukan jam tidur anak maka saya hectic banget main sama mereka) dan saya kirim bukti transferannya. Lalu tak ada kabar dari si admin. Satu jam, dua jam, dua belas jam... Ditipu kah saya?

Besok siangnya, saya chat lagi si admin ini. Tanya, apa saya ngga dikasih tanda terima, tidak dibalas dong. Padahal dia online lho. Iya siii customernya ada buwanyak--ngga hanya saya, saya taauuu. Tapi yaa gimana ya, masa ya begitu pelayanannya. Awal-awal aza fast respon, setelah transfer DP dia menghilang.

Karena sampai sore ngga ada balasan, saya chat di admin kedua di nomor berbeda. Kedua nomor ini tertera di bio sosial medianya. Oleh admin kedua dibalas dua jam kemudian, kemudian admin pertama membalas dijam yang sama. Saya lanjutkan komunikasi di admin pertama, request huruf diberi hiasan (karena takut terlalu polos). Oleh admin pertama diiyakan dan diberi tanda terima pemesanan sudah DP.

Setelah lima minggu lebih empat hari menunggu, muncullah chat dari admin pertama "Malam kak mau info untuk pesanan cincinnya selesai ya". Lalu setelah itu menghilang lagi dia wkwkwk. Gitu doank mbak?

Baru siang besoknya dia membalas sisa pembayaran dan foto hasil cincinnya, itupun karena saya yang minta (komunikasi sama si admin pertama kayak nagih hutang aja). Pun saya minta dikirim ke Yogya dengan ongkos dibebankan ke saya. Saya transfer total harganya dan meminta difotokan resinya jika sudah dikirim. Dia tak membalas (lagi). Itu hari Minggu ya, Seninnya saya ingatkan lagi untuk kirim bukti resi pengiriman. Selasa terlewati, kemudian hari berganti Rabu. Tidak ada balasan dari dia. Hoomaigatt, sudah dikirim ato belum sii.

Saya chat lah ke admin kedua, minta maaf kasih chat berulang (karena admin pertama sangat tidak responsif) dan minta resi pengiriman. Ngga lama dia balas dan admin pertama sudah dia ingatkan untuk cari resi pengirimannya. Baru sore harinya saya mendapatkan resi pengiriman dari admin pertama.

Hari Kamis sore paketnya datang. Wajib bersuka ria kah karena ternyata tidak ditipu? Ditahan dulu gembiranya sampai paket dibuka. Paketnya baru dibuka malam harinya dan jeng jeeeenggg. Begini penampakannya..


Hati jadi relieved namun tak terlalu senang, tapi wajib bersukur karena akhirnya tidak tertipu. Cuman ngga expect aza cincinnya memang korean look banget--so tiny. Besarnya sekitar seperempatnya cincin nikah saya wkwkwk. Jadi mbanding-mbandingin deh ama toko perhiasan aksara jawa, kalau aja beli cincin disana akan lebih "kelihatan" bentuknya dengan harga yang lebih terjangkau. Dassaarr perempuan, tukang pembanding.


Walau admin pertamanya agak aneh, tapi saya salut sama tim packagingnya. Rapih banget, kelihatan kalau dia (tim packaging) sudah profesional menangani orderan online. Packagingnya sangat memuaskan pembeli, walau berujung jadi menumpuk sampah plastik di rumah ya. Memang sudah seperti SOP, kalau kita kirim perhiasan dan atau logam mulia untuk dijual dan atau dihadiahkan, packingannya itu khusus gaess, agar apa, agar kalau saat discan isi kardusnya tidak langsung ketara kalau isinya adalah barang sangat berharga seperti emas. Mencegah agar tidak mudah dicuri juga. 



Ternyata oh ternyata size 14 terlalu besar untuk jemari tangan kiri saya. Cincinnya tipis juga--rawan lepas kalau semisal engga benar-benar nancep dijari. Dan setelah dicoba pakai seharian, ternyata engga enak pula pakai cincin ditangan sebelah kiri. Saya taruhlah ditelunjuk tangan sebelah kanan. (mbatin terus : tipis banget cincinnya ya allah, moga-moga ngga lepas waktu nyuci beras atau pasang sprei).

Hampir seminggu ini cincin nangkring dijari telunjuk saya. Alhamdulillah masih rejeki, dia masih nangkring dijemari. Dan dirasa-rasa cincin tiny ini cocok sama tangan saya, ngga overlook juga kan. Cuman kalau lagi mandiin bayi dan pakai lotion/lulur, si cincin tiny ini wajib dilepas. Karena selain tiny bentuknya, furnish tepiannya itu ngga edge ato ngga bulat gaes melainkan kotak, si bayi pernah kesentil soalnya akibat gesekan telunjuk ibunya (yang pake cincin ini). Juga, bagian dalam cincin rupanya tidak full melainkan ada motif 3D yang menjorok ke bagian cincin, nah kalau ngga dilepas saat pakai lotion atau lulur, scrub dan lotionnya bisa masuk kedalem pan, kalau dibiarin bisa jadi kerak terus menghitam, takut jadi jelek cincinnya ntar.


Mas husband berkomentar : jelek cincinnya, kurang besar..

Ya gimana ya pak, istrinya ini low profile banget deh. Ngga suka akutu pakai sesuatu yang mencolok gitu. Pan cocok ama bapak yang suka kepengen jadi pusat perhatian ye khan. Jodoh kita emang~ Aamiinn.

Perhiasan GF Tak Pernah Bisa Jadi Abadi

Semua orang pasti sudah tau hal ini. Tapi terkadang manusia (terutama perempuan) itu lebih sentimentil jika itu berhubungan dengan barang berharga dan atau barang yang bernilai fantastis.



Termasuk saya, kadang kalau menyangkut (membeli) barang berharga yang nilai rupiahnya itu melebihi 20% dari pendapatan bulanan mas husband itu saya selalu melibatkan perasaan emosi yang dangkal. Ditambah lagi saya ingin sesuatu yang sempurna (ngga boleh ada cacat barang), sentimentilnya itulho nabrak banget. Kalau mau beli mikirnya ribuan kali, kalau uda dibeli kudu dirawat banget banget. Ada yang samaan?hehe.

Nah masih ingatkah teman pembaca terhadap artikel yang saya bikin awal bulan Juli lalu? Betewe GF yang saya maksud ini bukan Girl Friend yak, melainkan Gold Filled.


Baca untuk mengingat : Bracelet Gemstone Aksara Jawa


Saking saya suka karena keunikannya, saya menghadiahkan sang Ibunda gelang motif sama namun dicustom berbeda. Gelang Ibu saya jadi di akhir bulan Juli dan dipakai terus setiap hari. Pulang ke Surabaya pun ngga pernah dilepas. Hingga akhirnya...

Dilepas diakhir bulan Oktober karena salah satu sisi gelang tiba-tiba putus saat beliau keluar dari kamar mandi. Beruntung putusnya saat Ibunda ada di Yogya ya, jadi bisa sat set sat set saya cuzz perbaiki ke tempat pembuatannya (yang letaknya hampir 10kilometer dari rumah). Tinggal cari waktu berkunjung ke studionya.



Setelah dirasa pas waktunya, saya berkunjung ke studio tempat pembuatan gelang. Mbak Fida nya bilang kalau gelang bisa disambung kembali, tinggal mau ditunggu atau dikirim.

"Kalau ditunggu, berapa menit mbak?", sambil nyengir tapi ga kelihatan karena pakai masker. "Saya ninggal bayi sama eyang soalnya..."

"Oh ngga lama koq mbak, 10 menit aja".

Hah sepuluh menit? Cius?

Selama sepuluh menit itu ngga kerasa keki nunggunya karena saya ditemenin sama si kakak #SingkekKriwul. Yep, waktu yang tepat untuk berkunjung adalah setelah jemput kakak dari sekolah. Keaktifan si kakak (yang ngga abis-abis ini) mondar-mandir lihat berbagai macam perhiasan dan bling-bling gemstone bikin pandangan saya sibuk melihat ke-exciting-annya. Sambil waspada ya gaes ya, kali kali tangannya nyenggol apa gitu pan parno saya kalau ada yang rusak.

Terdengar bunyi ceklak ceklik yang berirama, kirain apa ternyata gelangnya eyang dipotong lalu disambung lagi. DIPOTONG DAN DISAMBUNG LAGI???


Tuh kan, walau bernilai berharga, yang namanya perhiasan memang tak akan pernah jadi abadi. Pasti akan ada kotor dan atau kerusakan didalamnya. Kasus gelang Ibunda ini menurut mbak Dina (salah satu artisan yang membuat dan atau memperbaiki jewelry di studio), ada satu jembatan yang patah dan tiga jembatan gemstone yang ringkih dan akan patah (dikemudian hari jika tidak diganti sekarang). Menurut dia memang jika gemstone bracelet yang (wire atau jembatan) berisi 1 bola akan lebih kuat dan awet ketimbang yang berisi 2 bola (berdempetan) jika dipakai sehari-hari. Ini jelas tidak ditampilkan di iklan mereka yep.

Mungkin temen-temen bakal ngetawain, beli gelang harga hampir sejuta tapi ada "keringkihan" didalemnya. Gelangnya bukan emas murni lagi. Pas mau diperbaiki ngga ada garansinya. Mikir beribu kali lah buat ngebeli.

But, saya beli keunikannya dan ini prodak lokal buatan warga Yogya. Saya uda mikir ribuan kali sebelum beli punya saya, namun saya tidak mikir dua kali sebelum menghadiahkannya untuk Ibunda saya. Dan yakalo gelangnya ngga bisa dipakai karena rusak, selama bisa dijangkau harga dan tempatnya, hajar aja langsung perbaiki ngga perlu banyak mikir yak.

Biaya perbaikannya start di 30k. Asumsi saya karena ada empat wire yang perlu diganti maka biaya yang harus saya bayar jadi 120k, tapi saya dikenakan harga 100k. Yaodalah ya bayar aza, uda pusing mikirin perjalanan 10kilometer panas-panasan tengah hari sebab kami naik motor, tak maulah banyak tanya gimana perhitungan perbaikan itu. Biar cepet pulang ketemu si bayi dan biar sang Ibunda bisa istirahat siang.


Balik lagi ke mbak Dina yang dengan cekatan dan teliti melihat barang kecil macam bracelet gemstone ini. Melihat mbak Dina yang cekatan ini, gatel dong mulut saya ingin tanya-tanya. Mau ngobrol ama mbak Fida, eh ada customer. Yodah ngobrol ama mbak Dina aza.

Kira-kira dalam sehari ada berapa produk yang bisa dibuat untuk satu orang? Dan produk apa yang best seller disini? || Mbak Dina bisa bikin gelang maksimal lima dalam sehari karena perlu memperhatikan detail gelang gemstone nya.. Tapi kalau cincin bisa lebih banyak lagi karena lebih mudah pengerjaannya. Dan dilihat dari cerita mbak Dina nampaknya yang paling banyak dipesan itu cincin dan gelang hektor. Uwuw.


Saya ngga melihat jam, apakah waktu yang sudah berlalu itu sepuluh menit atau kurang dari itu atau bahkan lebih dari itu. Saat mbak Dina menawarkan untuk mencuci gelang agar bisa kembali shiny splendid, tandanya harus bayar dan segera pulang.

"Ibu, mau gelang..", kata si kakak #SingkekKriwul.

"Hmmm, kalau kakak sudah berusia 13 tahun baru boleh beli dan pakai gelangnya ya. Tapi tidak untuk dipakai di sekolah ya."

"Aku mau gelang yang kayak Ibu sama Eyang..."

"Oke, nanti kalau kakak umurnya sudah 13 tahun ya, berarti berapa, tujuh tahun lagi ya, sabar.. Sekarang nabung dulu aja"


Akhir Oktober gelang Ibunda udah sembuh, sudah dipakai lagi seperti sedia kala. Lah ndilalah hari ini (seminggu setelah perbaikan) putus lagi. Putusnya dititik yang diperbaiki mbak Dina atau bukan, saya tak tau pasti. Tapi yang pasti, saya jadi kecewa lho. Sudah ngga ada garansi, biaya perbaikan lumayan mahal, nanti setelah diperbaiki jadi parno putusnya dititik yang mana lagi. Enaknya diperbaiki lagi ngga ya?




Perhiasan memang tak akan pernah jadi abadi, namun karena bahasa cinta saya memberikan kado, maka yang akan dikenang itu alasan untuk memberi kado perhiasan pada sang Ibunda adalah karena saya ingin sesuatu yang unik dan custom dimiliki oleh Ibu ❤❤❤.

Doain ya yang, saya dapat rejeki banyak jadi bisa kasih perhiasan beneran...


Bertemu Tiga Orang Unik Pasca Pulang ke Indonesia

 

Jadi begini tho, rasanya hidup di Indonesia pasca menikah dan berkeluarga.

Lima tahun merasakan survive dan menjalani hidup berkeluarga di Taiwan ternyata tidak seluar biasa hidup di Indonesia. Terutama saat berinteraksi dengan orang-orang yang belum dikenal utowo orang asing ya. Ternyata, sejauh ini yang saya rasakan, lebih sreg untuk percaya orang asing saat di Taiwan daripada di Indonesia. Seperti ada salah satu contoh begini, kami sedang mencari alamat teman kemudian bertanya pada seorang warga lokal Taiwan, kami pilih yang usianya sebaya agar bisa berkomunikasi dengan lancar (kebanyakan orang lokal Taiwan tidak bisa berbahasa Inggris kecuali anak muda yang kuliah). Oleh dia kami diantar hingga sampai ke tempat tujuan walaupun arahnya menjauh dari tujuan dia. Setelah sampai kami langsung mengucapkan terima kasih dan tanpa babibu (hanya tersenyum mengangguk) dia meninggalkan kami. See, culture mereka itu serba cepat dan ngga pamrih ya. Walau mereka terlihat cuek dan apatis, tapi saat diminta tolong, tanpa bertele-tele mereka membantu secara totalitas.



Lain hal pengalaman dengan warga +62 di negeriku tercinta ini. Jujur kacang ijo, saat sebelum menikah, saya itu kutu buku, dunianya hanya sekolah kuliah dan kegiatan yang ada didalamnya. Pengalaman berhadapan dengan orang yang diluar kegiatan perkuliahan itu sedikit banget. Maka saya bersyukur banget menikah dengan sahabat sesama kutu buku yang pengalaman leadership nya banyak kek mas husband. Kami bersama-sama menghadapi orang unik yang bikin hidup kami di Indonesia jadi luarrr biassaa. Langsung saja ya saya jabarkan tiga hal yang menurut saya hidup di Indonesia itu luarrr biaszaa. #SruputTehDulu.

~oOo~


Pertama, pemilik rumah yang 'unik'.

Sepulang dari Taiwan, kami tidak menetap di Surabaya atau Kamal melainkan lanjut merantau ke Yogyakarta. Berbekal tabungan yang menipis disertai bantuan dari ketiga orang tua (yang menurut saya powerful banget--alhamdulillah ya Allah), kami melanjutkan hidup disana jadi pengajar dan kontraktor (pengontrak rumah maksudnya). Singkat cerita mas husband menemukan rumah yang layak untuk dihuni kami keluarga besar.

Awal bertemu dengan pemilik rumah sampai terciptanya deal mengontrak rumah, masih terasa baik-baik saja. Hingga kemudian kami menemukan banyak hal yang 'unik' yang berhubungan dengan rumah yang saat ini kami tinggali.

Seiring dengan berjalannya waktu, kami kenal akrab dengan warga paguyuban perumahan dan tetangga. Bahkan ketika Bapak mertua datang, beliau sudah memiliki 'bestie' di dalam dan luar perumahan, beliau gokil emang. Bertambahnya teman, bertambah pula informasi mengenai rumah yang kami huni. Seperti sewa rumah yang 'terlampau mahal' walau sudah termasuk se 'isi' rumahnya, kalau dijualpun harga yang ditawarkan kurang masuk akal karena tidak sesuai dengan pasar rumah sekitar sini, perumahan yang mati karena developer yang nakal, dan informasi-informasi lainnya. Kami tampung semuanya.

Sudah dapat informasi yang seperti itu, dikerjain pula sama pemilik rumah. Baru dua bulan kami mengontrak dan terbayar sudah sewa kontraknya, datang seorang makelar dan calon pembeli rumah (yang kami tempati) mengetok pagar rumah dan berniat melihat isi rumah. Katanya sudah mendapat ijin dari pemilik rumah dan memang paginya bapak pemilik rumah menelepon mas husband tentang mereka.

Tapi koq dirasa kurang sopan ya, apa hanya kami yang sensitif. Apa iya, di Indonesia culture sewa-menyewa rumah seperti ini? Kecuali kalau kami ngga bayar uang sewa sih, pemilik rumah berhak 'otak-atik rumahnya'. Lha kalau sudah bayar, ya masa' ngga jaga privasi penghuninya. Karena di Taipei-Taiwan, sang pemilik rumah sangat sangat menjaga privasi orang yang menyewa sebab sudah menerima uang sewa. Bahkan pemilik rumah bersedia membantu hingga terselesaikan urusannya jikalau rumah dan propertinya ada masalah. Ini lho yang paling saya suka sama orang Taiwan, mereka peduli dan bertanggung jawab. Saya jadi hafal betul sikap fangtung-fangtung (pemilik rumah), karena kami punya pengalaman tiga kali pindah rumah (bukan bermasalah dengan fangtungnya melainkan karena tuntutan pekerjaan).

Kesampingkan saja masalah tadi. Kini beralih ke properti yang ada di dalam rumah. Mas husband tuh orangnya serba cepat, seringnya kalau dia merasa sreg langsung melakukan kesepakatan tanpa mikir dua kali dan tanpa ditilik lebih dalam kesepakatan tersebut, seperti kasus rumah yang kami tinggali. Terkaget-kaget pula ketika do'i bercerita beberapa kekurangan rumah dan propertinya, lebih terkaget-kaget lagi sayanya saat masuk dan tinggal didalamnya.

Benar rumahnya bagus luas dan kata pemilik rumah ini baru direnovasi karena niatan awalnya mau ditempatin sendiri (namun rupanya tidak jadi karena memberatkan usahanya yang ada ditengah kota dan berujung rumah ini disewakan dan atau dijual). Kami pun bisa merasakan tiga tempat tidur baru dimasing-masing kamar dan rumah yang sudah lengkap dengan AC (dalam kamar) dan pagar penuh depan rumah.

TAPI pintu-pintu kamar dan kamar mandi yang tak bisa ditutup dari dalam dan luar (setelah diperbaiki bapak mertua pintu kamar dan kamar mandi luar bisa ditutup dari dalam), jendela kamar anak yang tak bisa dikunci dari dalam walau sudah dipasang tralis besi tapi agak rawan kalau tertiup angin jendela bisa terbuka hewan-hewan kapan saja bisa masuk kamar (setelah diperbaiki bapak mertua jendela bisa ditutup dari dalam), kulkasnya tidak berfungsi sepenuhnya (45% boros listrik karena pintu kulkas sudah downgrade--mau beli baru tapi bingung mau taruh mana kulkas lama ini), mesin cuci yang bermasalah di penyaringan (mas husband membersihkan dan mengganti sparepart nya pakai uang pribadi agar bisa dipakai), kompor juga bermasalah (diregulator LPGnya, lagi-lagi kami ganti pakai uang pribadi), dispenser yang teramat sangat kotor bagian dalamnya (kami ga mau pakai karena ga bisa dijangkau bagian kotornya--harus dibongkar dispensernya dibersihkan atau diganti sparepartnya--kan capek gitu), TV masih tabung dan tidak terhubung internet (harus beli STPbox dan pasang jaringan kabel--pakai uang sendiri), AC kotor (baru-baru ini dibersihkan setelah dapat informasi jasa pembersih AC dekat rumah), ventilasi dinding kasa yang teramat kotor (lagi-lagi mas husband mengganti dengan yang baru), lampu dapur yang instalasi listriknya bermasalah--menyebabkan semalaman tanpa cahaya akibat listrik rumah yang njeglek (rumah kembali terang keesokan sorenya setelah mas husband ganti semua instalasinya), rumah bocor dibagian dapur-jemuran sampai ke ruang tengah saat hujan, dan yang terakhir paling menyebalkan AIR PDAM yang katanya ngga pernah mati ternyata masya allah ya selalu ada agenda mati setiap hari.

Lalu catatannya kami bayar mahal rumah se-propertinya kayak meifanpa gitu ya. Kami engga bisa menikmati propertinya. Apalagi ketika bilang ke pemilik rumah, eh malah dibalikin ke kita masalahnya. Jadi #PercumaLapor kan.


Kedua, bos yang 'unik'.

Alasan utama kami pulang ke Indonesia (walau dengan tabungan yang teramat tifis) karena harga yang ditawarkan mengajar di salah satu kampus elite Yogyakarta oleh beliau yang saya sebut 'bos'. Sebut saja harga tersebut establishment yang didapat karena mas husband lulusan luar negeri. Dengan establishment yang ditawarkan tersebut kami berencana sewa atau beli rumah dan menguatkan kaki kami kami untuk melanjutkan hidup di Indonesia.

Satu semester pun berlalu, tak ada kabar mengenai establishment. Mas husband sangat elegan, enggan menagih karena memang itu bukan hutang. Nanti kayak kita terlihat ngga ada syukurnya, padahal teman sejawatnya bilang kalau itu hak yang wajib ditagih. Karena didorong dan didukung sama temannya tersebut, mas husband membulatkan tekad untuk bertanya (karena bestie nya ini sengaja menghubungi pak rektor menanyakan tentang case mas husband--berujung mas husband dipanggil menghadap pak rektor di ruangannya saat weekend).

Kampus tempat mas husband mengajar sangat bagus karena didalamnya dijalankan oleh sistem yang tertata apik. Dosen sudah diset sistem untuk dikawal, diatur sampai jadi profesor dan ngga semua kampus seperti ini. "Kamu perform, kamu berprestasi, maka kami akan hargai lebih", begitulah menurut mas husband.

Cuman ternyata masalah establishment ini saja yang agak missed informasi si bos unik ini, beliau tidak mengetahui perubahan surat keputusan mengenai establishment yang rupanya sudah dihentikan sejak tahun 2019. Mas husband menganggap ini wajar, karena urusan si bos yang banyak dan beliau yang serba cepat dan cekatan dalam mengerjakan urusannya. Urusan ini berakhir setelah pak rektor memberikan solusi pada mas husband. Semoga mas husband saja yaa yang diberi tau oleh bos yang unik ini, jangan ada lagi dosen muda lain yang berakhir salah paham begini.


Ketiga, penyewa rumah yang 'unik'.

Sang ibunda (ibu saya) yang kini kerap berada di Yogyakarta untuk menilik cucu-cucunya agak prihatin sama rumah yang kami tinggali karena kekurangannya. Beliau jadi bercerita tentang rumahnya yang sedang disewakan ke orang. Rumah tersebut disewa oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai guru ngaji dan suaminya yang bekerja sebagai montir mobil.

Empat tahun lamanya Ibu belum pernah melihat rumah yang disewakan sejak suami istri tersebut awal menyewa, lalu saat awal bulan September kemarin beliau menilik rumah terkaget-kaget dibuatnya. Struktur bangunan depan rumah berubah dan jadi paling jelek diantara rumah-rumah tetangga karena rumah tersebut dijadikan bengkel. Itupun penyewa tidak ijin dulu ke Ibu dan tidak tertuang dalam perjanjian sewa.

Mereka membayar uang sewa pertahunnya, hanya diawal perjanjian saja membayar 2tahun sekaligus. Ibu menaikkan harga sewa setiap mereka membayar, mengikuti kenaikan harga tanah dan rumah disekitarnya. Karena mereka membayar pertahun, jadi pertahunnya ada kenaikan harga sewa rumah. Tahun lalu mereka membayar dengan harga lama, saat itu ditanya karena membawa uang pas dan mereka bilang sisanya akan dibayar tahun depan. Saat bulan jatuh tempo pembayaran, Ibu menelepon mereka mengingatkan saat membayar nanti untuk membayar kenaikan sewa tahun lalu. Si guru ngaji tersebut sempat menolak karena menurut dia diperjanjian pembayarannya dilakukan dua tahun sekali. Ibu menjawab, perjanjian memang begitu, namun karena mereka membayar setahun sekali maka kenaikan harga sewa akan dilakukan mengikuti pembayaran. Suaminya mengiyakan kata Ibu hingga si istri tersebut juga sepakat. Saat mereka datang ke rumah, kebetulan Ibu sedang berada di Yogyakarta, uang sewa akan diterima adik saya. Setelah mereka pulang, adik saya chat Ibu dan berkata, "Yang perempuan bilang kalau 'Ibu' ngga ngomong apa-apa dan hanya membayar uang sewa plus kenaikan yang tahun ini". Kami terheran-heran dikira kami sekeluarga ngga berkoordinasi atau bagaimana.

Dalam hati saya batin, koq bisa ada manusia seperti itu. Ibu saya legowo karena rumah ditungguin orang yang mengaku guru ngaji walau rumah jadi ringsek karena berubah wujud jadi bengkel. Tapi hati kecil saya menilai mereka sudah melakukan tiga kenakalan : tidak ijin mengubah struktur bangunan depan rumah, berbohong ke adik kalau Ibu tidak bilang apa-apa dan tidak membayar sisa kekurangan tahun lalu seperti yang mereka janjikan. Ada saran harus diapakan orang seperti ini?


~oOo~


Hidup di Indonesia luarrr biasszaa kan Lis?

Sebenarnya masih ada beberapa orang unik yang saya temui, kalau saya ceritakan nantinya malah jadi seperti menjelek-jelekkan orang ya. Jangan deh kalau gitu. Uda cukup tiga orang diatas aza yang diceritakan hihihi.

Di Indonesia orang pintar itu melimpah, namun untuk orang jujur 'tidak nakal' dan tulus itu sangat jarang ditemui. Rejekinya saya, berkeluarga dan bersosialisasi saat pulang ke Indonesia justru bertemu dengan orang yang 'unik'.


Bracelet Gemstone Aksara Jawa, I'm in Love Banget!

 
Sis, saya masih sama seperti dulu : tidak tergila-gila sama koleksi perhiasan emas. Sungguh.
 

 

Tapi kadang adakalanya ya sis, muncul perasaan ngiri gitulo ngelihat istri-istri orang yang kulit tangannya cerah terus pakai perhiasan yang shiny splendid menyilaukan mata dan dompet mas husband wkwk. Bikin teringat aja saya punya satu (satunya) gelang emas, mahar dari mas husband yang saya pilih sendiri. Gelangnya simpel, ada batu warna hitam disela emas bundarnya yang selalu bikin look pergelangan tangan saya yang mungil ini jadi stunning dan cantik gitu. Gelang emas itu ngga pernah saya pakai bund, saya simpan rapi dikotak aksesoris saya. Berharap bisa pakai suatu saat nanti kalau lagi kepengen. Tapi rupanya takdir bilang gelang tersebut bukan punya saya, harus dijual buat nambah modal berangkat ke Taiwan wkwkwk.

Perhiasan emas itu memang menyilaukan mata ya sis. Selalu jadi daya tarik sendiri buat kepuasan dan kehedonan kaum hawa. Tapi kalau saya sis, mending koleksi emas batangan ketimbang emas perhiasan hihi, lebih gampang ngejualnya (kalau kepepet lagi butuh tambahan dana) dan harga jualnya ngga jatuh-jatuh amat. Istilahnya, ngga mau rugi saya xixi.

 

~oOo~

 

Saya ada cerita, beberapa waktu yang lalu, entah tahun lalu entah tahun sebelum tahun lalu saat tinggal di Taiwan, saya menemukan toko jewelry yang unik dari sosmed (bukan toktok ya). Toko perhiasan ini konsepnya menggabungkan antara seni, kreasi, kemewahan dan kearifanlokal. Somehow saya ngerasa suka aja, suka ke-autentik-an nya tanpa menghilangkan seni kearifanlokalnya. Jadi pengen punya salah satu custom perhiasannya.

Kadang rejeki datang tak terduga ya sis. Sepulang dari Taiwan, mas husband memilih kota Yogyakarta sebagai tempat tinggal kami berikutnya. Yang kebetulannya Yogyakarta ini tempat perhiasan autentik tersebut dibuat. Hmmm, tergodalah saya untuk main ke offline storenya. Tapi sis, saya kudu wajib riset dulu sebelum main kesana. Jangan sampai sudah sampai tempatnya, eehh malah mundur ragu ato bahkan ngga jadi ada keinginan untuk beli karena suatu hal. Pan malu-maluin (kata mas husband).

Riset ini bikin saya rajin mantengin sosmed dan platform belanja toko perhiasan tersebut. Akhir bulan lalu saya memberanikan diri untuk colek adminnya via sosmed untuk bertanya : desain aksara jawa, harga dan detail perhiasan yang ingin saya buat. Ramah betul mbak adminnya, engga memaksa pula agar segera beli produknya, tapi sebagai calon customer yang baik saya mengatakan akan dipastikan pemesanannya awal bulan depan. Alhamdulillah saya bisa menepati janji, sekitar awal bulan Juli ini, saya berkesempatan main ke offline store nya. YIPPIII.


Offline storenya (mereka menyebutnya studio) ini mini; elegan dan tak neko-neko, ngga sehebring toko perhiasan kebanyakan. Kalau temans pembaca pernah datang ke toko perhiasan di Yogyakarta dan Semarang, pasti sepakat kalau kebanyakan dari tokonya didesain hebring untuk menarik perhatian kaum hawa.

Di toko tersebut saya bertemu dengan tim toko yang terdiri dari tiga mbak dan satu mas (salah satunya adalah adik dari mbak Owner) dan semuanya memakai jas kantor berwarna hitam. Salah seorang dari mbaknya (beliau satu-satunya yang memakai jilbab) menyapa dan menemani saya berkeliling plus menjelaskan detail dari produk yang dijual (duh bodo banget saya ngga tanya nama mbaknya--waktu saya riset disosmed namanya mbak Fida--Hi mbak Fida, semoga ngga salah sebut nama ya saya). Memang melakukan riset sebelumnya itu sangat penting, saya jadi tau nih banyak sedikit tentang produk dan istilah-istilahnya, jadi nyambung pula sama yang dijelaskan mbak Fida.

 

Gemstone bracelet.

 

Ragam anting.

 

Bangle dengan material GF, RGF dan 925 silver.

 

Bangle dari material copper.

 

Custom perhiasan yang dipajang di studio cool banget sis. Desain dan kreasi dia kayak tak terbatas, ada yang pakai inisial atau kata huruf biasa (latin), bisa pakai aksara jawa, bisa juga hanya sekedar simbol. Tapi emang tajuk utama dia punya toko menjual aksesoris dan perhiasan berbentuk mantra Aksara Jawa sih. Yang jaman dulu pernah sekolah di Jawa pasti pernah belajar aksara jawa ini. Kebetulan jaman sekolah dulu saya suka banget sama aksara jawa dan selalu dapat nilai bagus tiap ulangan pelajaran Bahasa Jawa.

Ternyata oh ternyata semua kreasi toko perhiasan ini handmade pakai tangan sis bukan mesin, pembuatannya butuh waktu makanya autentik banget dia. Sepertinya dia punya pakar atau ahli perhiasan dan pakar gemstone deh, ngga mungkin juga kan bisnisnya bisa bertahan sampai satu dekade tapi ngga punya pakar (?). Ya ngga, mbak Gracy (selaku owner toko perhiasannya) ?.

Material yang digunakan untuk membuat perhiasan ada empat : Gold Filled (GF), Rose Gold Filled (RGF), 925 Silver dan Oxidized Copper. Pun juga ada ragam ketebalan perhiasannya. Kalau cincin dan bangle biasanya pakai material dengan ketebalan diatas 1mm. Kalau kalung, gelang dan bracelet gemstone biasanya pakai material dengan ketebalan dibawah 1mm. Boleh request ketebalan juga.

Setelah melihat desain dan kreasinya, saya mempertimbangkan harganya sis, penting ini. Saya menilai harganya lumayan juga untuk sebuah perhiasan yang berbahan dasar bukan sepenuhnya emas. Kalau ngga salah dia nyebutin material dari GF dan RGF adalah rhodium yang dilapisi emas 14K sebanyak 5% dari total berat pada lapisan terluarnya. Selain emas, dia juga menawarkan perhiasan yang ingin dibuat bisa dicustom dengan ditambah batu alam (gemstone) yang katanya diimpor dari Thailand. Mbak Fida menjawab pertanyaan saya dan menjelaskan bagaimana cara menghitung harganya, tapi saya keburu lupa dan tak pula mencatatnya. Ada rumus perhitungannya lho, duh sayang banget koq ya ngga kutulis. Yang saya ingat, kalau mau pesan gelang dengan dua aksara jawa dan memakai gemstone sebagai selingan di bracelet nya, kita harus merogoh kocek sekitar 600k rupiah.

Sayang teramat disayang, perhiasan yang dia buat tidak ada garansinya sis. Ini karena bahan dasar material emas dan rosegoldnya bukan pure keseluruhan emas ya, melainkan gold filled. Apakah sama seperti gold plated?

Beda. Gold plated itu kalau orang awam bilang emas sepuhan, komposisi emasnya hanya berkisar 0,05% dan proses pembuatannya si base metal (biasanya pakai alloy; aluminium; rhodium; copper dll) hanya dicelupkan saja ke dalam emas yang cair (dan panas). Karena prosesnya hanya dicelupin ini ketahanan emasnya sangat rendah, dalam pemakaian bisa tahan 1minggu sampai 2tahun tergantung dari berapa mikron lapisan emasnya. Nah terus kalau gold filled itu apa?

Kayak toko ini, dia pakai GF dan RGF semuanya gold filled, proses dia pakai panas dan tekanan tinggi agar si emas cair tadi menempel ke bahan rhodium (atau base metal lain). Jadi si perhiasan ini contains rhodium yang dilapisi emas 14K sebanyak 5% dari total berat sehingga diklaim dalam pemakaian normal bisa tahan 5 sampai 30 tahun. Boleh deh sis gugling apa itu gold filled untuk lebih jelasnya.

 

Jadi keinget deh perhiasan black gold yang pernah saya beli, baru tiga hari dipakai uda luntur black nya wakakak. Penasaran sih ama bahannya, sayang disayang uda saya buang ke sampah. Oh beneran sejuta melayang~

Walaupun tidak ada garansinya, tapi pihak mereka memberikan 100% uang kembali jikalau perhiasannya berkarat ato istilah jawanya teyengen. Walau bukan emas, tapi ngga perlu ragu dulu sih sis, dilihat dari beberapa sosial media dan platform belanjanya, ngga ada itu 3% dari jumlah customernya yang melayangkan komentar negatif. Malahan beberapa pecinta dan pemakai produk ini telah membuktikan jika perhiasan ini awet dan masih bagus walau dipakai disegala aktivitas sehari-hari. Kena sabun, hand sanitizer, dipakai mandi, berenang, main ke laut, masih aman.

 

 

Kalau kena alkohol kira-kira masih aman ngga ya? Mengingat saya suka semprot-semprot alkohol diberbagai tempat dirumah--terutama pada handphone.

Kalau emas filled filled begini cocok buat yang punya kulit sensitif ngga? Dia punya toko klaim cocok, GF dan RGF nya ngga bikin kulit iritasi, pengecualian buat yang punya alergi emas ya. Kalau yang tidak boleh pakai bahan emas (seperti mas husband--laki gua), ada opsi pakai perhiasan 925 silver ato oxidized copper.

Duh, belajar tentang emas dan seluk beluknya lagi hari ini wkwkwk. Yakin mo beli Lis?

Saya mantab 91% buat pesan dan beli.

 

Koq cuman 91%?

Iya kakak, mantab 100% nya cuman ke Allah SAJA ya. Ke manusia ato bahkan ke benda-benda fana JANGAN.


Saya menunjukkan chat sosmed ke mbak Fida, mau dibikinkan desain yang "ini". Dan langsung tembak tanya : Jadi berapa hari? Kena berapa total harganya? Dikirim pakai ekspedisi apa? #alisnaikturunsambilnyengir.

Hari Sabtu saya ke offline store/studio nya untuk make a deal dan bayar, hari Senin dikonfirmasi jika pesanan sudah jadi dan siap dikirim, hari Selasa sebelum dhuhur pesanan sudah saya pakai. Duhh senangnyaa~


 Yuk yuk diunboxing yuk.

 


 

Packagingnya cute bangettt masya allah. Saya memilih desain aksara jawa. Lima inisial pada awalnya, namun karena saya pilih aksara jawanya memakai sandhangan membuat satu inisial harus memiliki dua aksara, maka hasil jadinya terdapat enam aksara jawa. Aksara jawanya apa nih? Mau tau? Coba tebak, dibaca apa ini :p


Bosen sama warna kuning emas, saya pilih material rosegold dengan diselingi Sapphire gemstone di bracelet nya. Yup dari dulu saya kepengen banget punya gelang, dan memang untuk perhiasan saya cuman suka model gelang dan cincin. Kalau anting, kalung dan gelang kaki ngga suka saya mah, soalnya ngga kelihatan mata sendiri xixixi ((bukan niat pamer ke orang ya sis, ngga ada dalam hati niatan kek begituan, cuman saya suka aja melihat ada barang mewah nan cantik nempel dibadan dan itu "selalu kelihatan" sama mata kita, kek bisa kasih self reward ke diri sendiri itu nyenengin)).

Ada beragam gemstone di studio mereka, kenapa pilih sapphire yang warna biru? Kenapa ngga pilih gemstone yang warna pink which is itu warna favorit lu Lis? Simpel, karena saya lahir dibulan September yang konon katanya wajib bisa pilih gemstone-birthstone nya si sapphire, dan menurut saya kalau pilih gemstone berwarna pink pada perhiasan nampak kurang elegan gitu. Saya suka warna pink memang, tapi ngga semuanya harus di-pink-in kan sis~.

 



Betewe tau ngga sis, gemstone di toko dia yang berwarna biru gelap ada banyak jenisnya. Saya pikir itu semua sapphire dong, ternyata bukan wakakak. Malu-maluin deh serius, belum riset sih yang bagian per-gemstone-an ini. Ada namanya lapis lazuli, sodalite, dan paraiba tourmaline. Kirain tourmaline ini warna cewe ya, kek pink peach gitu, ternyata ada juga tourmaline yang berwarna biru. Tapi yang paling mirip sama si sapphire emang si lapis lazuli ini sih, sama-sama berwarna deep blue sea

 





 

Jadi biar saya yaquen kalau yang nantinya nangkring di bracelet pesenan saya adalah si sapphire, saya minta diperlihatkan dulu mana aja bentuk si sapphire. Rupanya ada dua bentuk si sapphire, bentuk (agak) pipih oval dengan struktur kasar (ada growak-nya) dan bentuk bundar dengan struktur prisma. Saya pilih yang bentuk bundar dengan struktur prisma, biar kalau tangan kita bergerak shiny nya ikut terpancar kesegala arah #halah. Saya pun ditawari (waktu chat sosmed--sebelum datang ke tokonya) tentang desain gradasi si warna gemstone nya, hmmm, engga saya pilih karena dua alasan : harganya lebih mihil (wekekek) dan takut warna biru mudanya ngga cucok di tangan.

 

Model bracelet gemstone tunggal.

 

Model bracelet gemstone gradasi.

 

Sebenarnya ada sedikit kekhawatiran diselang hari menunggu perhiasan sampai ke rumah. Bukan karena takut ekspedisinya ngga nyampe rumah atau bapak kurirnya salah kasih ke orang, bukan. Melainkan tentang ketebalan material rose gold yang dipakai untuk membuat gelang saya. Tangan saya pan mungil yak, bahkan saat hamil trimester terakhir kek gini yang sejatinya uda naik 15kilo dari BB sebelum hamil, pergelangan tangan saya masih tetap saja mungil. Padahal saya orangnya juga ngga suka nganggur, ada anak suami dan rumah yang saya urus 24/7, suka gerak, tetep mungil aza nih pergelangan tangan (harusnya pan lebih berisi ya).

Sudah konsultasi sih memang sama artisannya waktu main ke studionya, bilang kalau pergelangan tangan saya kecil nih, kira-kira gimana ya penampakan gelangnya nanti. Mbak Fida kurang bisa mendeskripsikan, tapi dia memberi opsi : gelangnya nanti akan diberi ukuran S M L. Nah gimana tuh maksudnya?

Ditambah ada 6 aksara jawa yang bakal nangkring cantik dibracelet, bakal jadi sedikit dong sapphire yang ikut nangkring menyelingi RGF braceletnya? Mengingat pergelangan tangan gue mungil gini. Pun si sapphire nya ini juga masuk rumus hitungan harga. Mulai deh itung-itungan si Lisa. Yaialah, mbayar hampir sejuta lo, ngga mau rugi la saya wkwk.

 


Saat diukur lingkar pergelangan tangan saya kurang lebih 14cm. Waktu itu saya berasumsi jika panjang dari 6 aksara jawa akan ditambah dengan RGF bracelet+sapphire sepanjang 14cm, bakal jadi panjang nih gelangnya makanya diujung gelang dikasih lubang untuk pengait dengan ukuran S M dan L, jadi gelang bisa dipanjang-pendekkan sesuai kebutuhan. Namun ketika mbak Fida bilang kalau ukuran 14cm itu masuk katagori S (padahal di tabel ukuran dia punya toko tertera kalau 14cm ato setara dengan 5,5inch itu masuk katagori ukuran XS), disitulah saya ragu dengan asumsi saya kalau gelang nantinya bakal panjang dan pastinya si sapphire bakal dikurangi mengikuti panjang keseluruhan gelang. Rugi dooong (pikir saya wkwk).

 

Itulah sebabnya mantab 100% nya CUMAN sama Allah saja ya sis.


Melihat ada kemungkinan seperti itu, maka saya mengubah desain si sapphire ini jadi dempet dua, bukan dempet satu (tunggal) seperti desain awal. Biar rada banyakan si sapphire nya gitu pan hehe. Ketebalan si material rosegold (yang saya khawatirkan tadi) sepertinya memiliki dampak ke harga, memunculkan pertanyaan di kepala saya, kira-kira yang tebalnya lebih dari 1mm dan yang kurang dari 1mm hitungannya bagaimana ya?

Apalagi saya melihat ukuran dan ketebalan bracelet aksara jawa (yang menggunakan selingan gemstone) yang dipajang di studio itu kecil beut. Worth ngga ya harga segitu dengan desain gelang yang saya inginkan? Saya sedikit menepis keraguan dengan mengatakan, yaudalah kalau harganya kemahalan, biarlah jadi sedekah ongkos jasa si artisannya. Biar ikhlas hati ini.

 


Sungguh yang datang melebihi ekspektasi sis. Ketebalan rosegold untuk aksara jawanya seimbang, walau ketebalan rosegold bracelet kecil sekali (semoga ngga rawan putus karena ketarik #duosingkek ya). Si 6 aksara ini pun dibikin berjejer rapi melengkung menyesuaikan pergelangan tangan. Lalu si sapphire yang dibikin dempet dua juga cocok bersanding dengan si batu rosegold bracelet. Di braceletnya pun juga ada lubang kait S M L, teteup pergelangan tangan saya cocoknya di lubang terkecil ya--kait S, sisa braceletnya dibiarkan menjuntai cantik. Saat saya memakainya, wahh mata saya berbinar, ini mirip sama gelang emas mahar yang saya punya dulu. Bedanya yang sekarang ada yang nangkring, si 6 aksara jawa.

Shiny dan cantik banget gelang saya. Iyalah masih baru, masih shimmering shimmering. Mari kita lihat beberapa waktu mendatang, akankah masih tetap splendid? Semoga.


[[ UPDATE ]]

Setelah tiga bulan dipakai sehari-hari, rupanya gelangnya putus pemirsah. Memang perhiasan GF itu tak akan pernah jadi abadi.

"Chocolate Monggo" Cucok Dibuat Nongkrong Bareng Eyang-Eyang

 


Singkat cerita, sepindahnya dari Taiwan ke Yogyakarta, satu persatu keluarga besar kami datang untuk main. Senang bukan mainlah kami disambangi begini. Kali ini yang duluan main adalah Ibu dan si bungsu. Yang bikin unik dari kunjungan mereka, adalah dengan ikutnya Bude (kakak ipar Ibu) and it's such an honor for me. Pasalnya Bude saya ini sudah berusia lebih dari 80 tahun namun masih segar bugar awet muda dan bisa kemana-mana. Profesi beliau dulu adalah guru (sampai sekarang juga dibilang guru abadi--soalnya masih suka ada urusan di sekolah tempat beliau mengajar dulu) dan beliau suka travelling memang, bersilaturrahmi main ke rumah saudara adalah hobinya.

 

Intermezzo : Bude lahir dan besar di Solo, kemudian menikah dengan pakde (alm) dan pindah ke Surabaya. Kalau temans pembaca kelahiran 90-an (yang bersekolah di Jawa) masih ingat dengan Buku Pepak Basa Jawa dengan cover belakang anak laki-laki memakai beskap dan blankon khas Jawa Tengah, nah pakde dan bude saya ini penulisnya--foto anak laki-laki tersebut adalah salah satu kakak sepupu tertua saya.


Empat hari tiga malam rumah kami ramai dengan para ladies, dua eyang dua cucu dua gadis haha (yang satu gadis ini maksudnya mas husband?wkwk). Selain bersilaturahmi ke rumah keluarga, kami juga pergi ke beberapa tempat buat nongkrong sore. Ini jadi kegiatan favorit nih, mengingat eyang-eyang kami termasuk eyang milenial wkwk. Salah satu tempat yang kami kunjungi untuk nongkrong sore adalah ke Chocolate Monggo Kingdom yang letaknya persis dibelakang rumah kami.

Engga pake lama, sore hari setelah sholat ashar kami langsung cuzz menuju lokasi. Kebetulan kami berkunjung di hari Minggu sore, sudah ngga terlalu banyak pengunjung yang nongkrong. Jadi kami masih kedapetan tempat asyik untuk duduk dan menikmati suasana sore.

Saya ngga banyak cerita tentang sejarah tempat nongkrong kami ya. Yang saya ketahui dari beberapa tetangga, coklat monggo ini didirikan oleh seorang bule (iya bule) yang merasa miris karena di Yogya sebagai tempat wisata ngga punya pabrik coklat yang autentik padahal sebenernya memiliki potensi sebagai perkebunan coklat. Sampai saat ini coklat monggo memiliki beberapa outlet yang tersebar di penjuru Yogya dan tempat yang kami kunjungi ini adalah pusat dari kingdom coklat monggo yang memiliki beberapa aktivitas didalamnya. Seperti pabrik pembuatan coklat, musium coklat, kedai coklat dan store penjualan coklat.

 

Pendopo indoor room

 


Jalan penghubung antara pendopo indoor dan semi outdoor.
 

Dapur, yang letaknya disamping jalan setapak penghubung tadi.


Karena sudah sore, maka kegiatan kami berpusat pada nongkrong saja di kedai coklatnya. Ada dua pendopo yang bisa kita pilih untuk nongkrong : indoor dekat meja kasir dan semi outdoor. Kami memilih tempat yang suasananya semi outdoor, yang ada ndalem dan ada tamannya.

 


 

Menu kudapan sore yang dipilih eyang-eyang ini agak berat. Sementara para gadis sama cucunya pilih yang minuman aza seperti latte dan es krim. Si gadis bungsu malah beli gelato sampe dua kali ya hmmm lupa diet keknya dia.

Sepertinya ada satu kudapan sore eyang yang tidak ke foto, namanya apa juga lupa euy. Yang berhasil diabadikan ada dibawah ini ya gengs.


Quiche Beef and Mushroom (49k) punya EyangDhe.
 
 
Croque Meneer Cheese (49k) punya Eyang.
 
 
Hot Long Black (30k) punya EyangDhe dan Gelato Double Dark Chocolate+1scoop+Cone (25k) punya gadis bungsu yang sengaja dihabiskan cucu bungsu.
 
 
Gelato Strawberry Ice Cream+1scoop (20k) punya cucu sulung.
 
 
Iced Bunga Telang (22k) punya gadis bungsu.
 
 
Hot Dark Chocolate 58% of Cocoa (25k) punya saya.
 
 
Iced Dark Chocolate 77% of Cocoa (29k) punya gadis sulung (mas husband wkwk).
 
 
Gelato Salty Caramel+1scoop+cone (25k) punya si bungsu.


Alhamdulillah saya kebagian nyicip semua menu yang dipesan (kecuali Hot Long Black Coffee punya EyangDhe--saya ndak suka kopi pahit xD) dan rasanya hmmm semuanya lezat dan tidak mengecewakan. Yang kudapan berat punya eyang eyang rasa manis dan asinnya pas (tau lah ya makanan Yogyakarta ini kebanyakan berasa manis). Yang minuman coklat punya saya dan mas husband rasanya otentik banget, sama sama enak dengan rasa minuman coklat (di brand coklat terkenal) di Surabaya, hanya beda dirasa cocoa nya aza--yang di Jogja berasa pahit manis. Gelato baik yang rasa strawberry punya #SingkekKriwul, dark coklat punya #SingkekLurus dan salty caramel punya si bungsu,, semuanya enak, plus rasa jahe dan rempah di cone gelato menambah kenikmatan hakiki lidah.

Awalnya saya ingin mengajak #DuoSingkek melihat proses pembuatan coklat dan beberapa aktivitas didalamnya, sayang sekali hari sudah sore dan kegiatan dari pabrik coklat sudah berakhir dua jam sebelum kedatangan kami. Gapapa dah, kebetulan sekolah #SingkekKriwul juga sudah merencakan akan fieldtrip kesana.

Store yang menjual berbagai macam dan bentuk olahan coklat turut menambah keinginan untuk kembali lagi, terutama buat si bungsu. Ngga pake lama, sekali diposting di sosial medianya, langsung berjibun pesan yang masuk untuk titip coklat otentik Yogya satu ini. Dibela-belain dah bolak-balik rumah-coklat monggo buat beliin titipan teman-temannya. Lama-lama ntar dia bakal ditandain sama mbak kasirnya wkwk.

 



 

Chocolate Monggo ini emang salah satu hidden gems (yang sudah terkenal dikalangan lokal) yang seperti menarik kami untuk ingin kembali kesana lagi. Kalau ngga karena hidangannya ya karena tempatnya yang cozy (dan yang lebih penting letaknya ngga jauh dari rumah xixixi). Cucok ngets buat nongki sorenya para eyang (kepikiran ada ide mau ngadain arisan disini ngga yang?wkwk).

Till next time Chocolate Monggo!

 

 

 

Chocolate Monggo,
Cokelat Kingdom Museum Factory Kedai & Gelato.
Jl. Tugu Gentong No. 03, Sribitan, Bangunjiwo, Kec.Kasihan, Kab.Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55184.
0821 3777 2324
Open Everyday 10.0o - 18.00 WIB

Kek Mana Rasanya nge-Kopi Randu di Siang Bolong?


Kopi Randu Puncak Bibis - Pulang ke Indonesia pun dan susahnya akses transportasi umum tak serta merta menyurutkan keinginan kami untuk bepergian ke tempat baru. Yogyakarta memang benar kota wisata, bahkan di pinggiran kota seperti daerah Bantul (tempat tinggal kami) pun juga buanyaaakk sekali tempat wisatanya. Maklum lah ya, horang Surabaya baru jadi penduduk Yogya, terkagum-terkaget-tercepotcepot ama vibe nya Yogya. Engga kepengen pergi jauh-jauh, weekend ini saya coba ngide buat nongkrong sebentar didekat rumah.

Pikir saya, tempat nongkrong kali ini bakal ramai nih karena hari Minggu, jadi mending buruan aja deh berangkatnya. Ee lha ndilalah kami ready berangkat pas siang hari setelah adzan dhuhur berkumandang wakakak, saking magernya keluar rumah. Alhasil...

Panasss!

Meleset pula lah prediksi saya yang bakalan menikmati sejuknya hawa udara pas sampai puncak bibis. Sesampainya diatas malah hawa fanashh yang didapat. Duh dua kali meleset ya bund rencananya ibu-ibu (calon) beranak tiga ini. Ya mo gemana lagi pan berangkatnya jam 12 siang teng, jelas fanashh!

 

Walau fanass kudu tetep senyum : ajarannya Ayah 

 

Kopi Randu ini semacam mirip foodcourt ya dan dipenuhi dengan segala macam bentuk tempat tongkrongan dan berbagai macam penjual makanan - minuman, ditambah dengan pemandangan loooss persawahan dari atas puncak bibis mengingatkan saya pada dua tempat : Puncak Bogor ditahun 2009 dan Puncak Paralayang Batu Malang di tahun 2017.






Saat mas husband minta buku menu, kata mbak yang menjaga kasir makanan yang tersedia hanya di meja prasmanan. Bener juga, dibuku menu tertulis ada ronde angsle dan dimsum, namun saat saya berjalan-jalan eksplor kopi randu, justru stan ronde dan dimsum masih tutup--kosong melompong. Begitu juga dengan stan-stan makanan lainnya. Saya dan mas husband sependapat mau ngemil dulu, ngobrol dan bersantai menikmati tempat baru. Mungkin selang satu-dua jam baru mulai makan siang.

 


Kami pesan camilan menu : Kentang Goreng, Singkong Crispy, Lumpia, Teh Poci Hangat dan Jus Alpukat.

Datangnya pesanan lumayan lama ya gaess. Buat yang bawa anak kecil diharapkan membawa setidaknya air putih dari rumah dan camilan kecil-kecilan gitu. Buat yang engga serantanan menunggu, baiknya langsung ambil dari meja prasmanan saja, disana juga disediakan beberapa gorengan dan camilan.

Kami datang siang-siang begini bersamaan dengan rombongan wisatawan yang sedang akan menikmati makan siang. Meja dan kursi di pendopo utama (dekat dengan meja kasir) saat kami baru datang, sedang ditata (dan ditulisin sudah dipesan) oleh karyawan kopi randu. Jadi kami berpindah di meja yang agak santai dekat dengan tempat lesehan (dekat dengan jurang pemandangan puncak bibis). Ya walau makin panas hawanya, tapi tak apalah (mo gemana lagi).

Menu camilan satu persatu datang, pastinya minuman dulu baru camilannya. Itu teknik marketing lawas (pake bingitss), biar pas camilan baru datang--eh kudu pesen minuman lagi karena uda mau tinggal separoh. Apalagi dihawa panas begini pan yak, orang pasti bawaannya haus melulu. Somehow, sejak pulang Indonesia, saya suka beuts pesan minuman es-es-an begini. Kalau ngga ya es jeruk ya es teh ato es jus. Malahan mas husband kebalik jadi suka pesan minuman panas begini. Apa kabar tenggorokan...?.

 


Promo Teh Poci + Lumpia Goreng 15k

 


Kentang Goreng 15k

 


Singkong Crispy 11k

 


Lumpia Goreng

 


Jus Alpukat 15k


Makin siang makin ramai kopi randunya. I bet ini pasti bakal lebih ramai kalau menjelang malam. Orang-orang pada menikmati suasana nongkrong malam adem ala puncak bibis sambil nithilin hidangan yang dipesan. Yang pacaran datang sama pacarnya (ato selingkuhannya #ehh), yang berkeluarga nongkrong sama keluarganya (ato keluarga temennya #barangkali), yang sendirian #ehhkesian :D.

Camilan pada datang, anak-anak nyemil sambil mainan sendiri. Yang #SingkekKriwul (minta jatah waktu) lihat hape, yang adeknya ngider sambil eksplor barang-barang sekitar sendiri. Sementara saya dan mas husband ngobrol. Kata do'i, ngobrol ternyata enakan diluar, sambil njajan sambil menikmati suasana baru lebih terbuka aja mau ngomongin apa. Kata saya, kebiasaan kita kek gitu sih ya dari jaman pacaran, bedanya sekarang ini mau punya tiga buntut nih, kalau ketiga buntut ini belom tidur ato belum menemukan kegiatan mereka sendiri, ya kita kurang bisa punya quality time. Ya engga bu-ibu? Kadang nih susahnya kalau lagi diluar, niat do'i pengen ngajak ngobrol, okelah kuping standby dengerin do'i tapi mata kita bu-ibu tetep tertuju pada body anak-anak yang lagi main. Lumrah ngga sih ituuu (?).

Semua rasa camilan yang kami pesan wenaakkk. Saya dari jaman kecil sampai jadi gadis kurang suka kalau bapak (alm) ibu beli singkong goreng dan lumpia, eee sudah jadi bu ibu gini malah suka sama yang beginian. Saya sudah melewati masa dimana teramat sangat rindu makanan lokal tanah air sejak di bulan pertama tinggal di Taiwan soalnya. Maka sepulang ke tanah air, udah puas-puasin disyukur-syukurin dahh kalau ada camilan kek begini.

Berselang kurang lebih satu setengah jam dari datangnya camilan, kami pesan hidangan utama. Berharap semua (stan) makanan sudah buka dan available. Ternyata engga wkwk. Tetep yang tersedia ya di meja prasmanan itu. Agak bingung juga sama pilihan makanannya, kelihatan hidangannya pedes dan berat semua, ngga ada hidangan yang agak plain tapi berkuah panas macam bakso ato soto ato rawon gitu buat makan #DuoSingkek.

 






"Kalau uda di Yogya, ya jangan terlalu berharap masakan Jawa Timur disini bisa seenak ditempat asal...", petuahnya Bude Han (kakak iparnya Ibu saya yang asli Solo). Bener ugha bude, disini rasa soto sama rawon yang dijual manis dan berempah kek rasa jamu huhuhu.


Terpilihlah hidangan kuah bersantan buat #DuoSingkek, palingan ya rasanya manis pan ini Jogjaa. Karena tadi uda nyamil karbo, untuk saya dan mas husband pilihnya makan dengan dua piring nasi sayur dan esteh aza.

Namun rupanya semua hidangan yang saya ambil pueddess bund, termasuk Ikan Nila bumbu kuning yang bersantan itu. Huwadduh, balik dari bayar di kasir terus ngeliat #DuoSingkek uda kek udang rebus kegerahan gitu, jadi bingung mo balik lagi apa engga buat nambah menu yang lain. Ini di meja ada dua piring penuh makanan dan kami pula sudah merasa kekenyangan kalau mau ambil menu lain lagi. Maafin ya dek, nanti sampai rumah langsung deh Ibu masakin makanan Jawa Timur kesukaan kalian. Beruntung banget anak-anak saya mau nurut, mau ngabisin nasi sama ikan nila yang tidak dikasih kuah.

 


Sebelum jadi udang rebus :D

 


Nasi + Sayur + Nila Bumbu Kuning + Tempe Goreng + Nasi + Sayur = 43k

 


Es Teh 4k

 


Es Teh Leci 15k

 

Menjelang waktu ashar, kami beranjak pulang. Fanasnya bikin ngga betah bund, enelan. Bawaannya kepengen cepet sampe rumah terus ngadem dibawah AC aza. Tapi memang daya tarik Kopi Randu ini ada di suasana sekitarnya yang asri. Mata bisa jauh memandang, yang dipandang cantik pula ijo-ijo nya sawah pepohonan dan perbukitan. Di Surabaya mana ada kek gini pan, sejauh mata memandang hanya mol dan pusat perbelanjaan wkwkwk. Fix, ini bisa dijadikan tempat nongkrong favo kami.

 





See you when I see you Kopi Randu!



Kopi Randu Bibis
Jl. Daniswara No.10, Bibis, Bangunjiwo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55751.
(0274) 2816381
Open Everyday o7.0o - 22.00 WIB