Day 1 - Solo, We Are Coming!

I'm not talking this with past tense. I want to talk this with present tense. Cause I want you know, I disagree this moment be gone without permission. I do not want to forget my honeymoon that he created.

Berelationship yang dimulai dari hanya saling melirik, kemudian saling mengenal, berteman, bersahabat, bertukar pikiran, adu pendapat hingga beberapa kali saling menunda kerinduan akibat besarnya ego masing-masing, membuat saya berfikir : is he the one who can complete my life?

Pertanyaan itu berulang kali terputar dikepala. Bahkan hingga pernikahan berlangsung. Bukannya saya tidak yakin mengiyakan dia. Tapi terlalu yakin pun juga akan menimbulkan masalah. Saya selalu konsisten dalam menyeimbangkan pemikiran. Dengan berlandaskan agama dan berjalan diatas doa malam, saya yakin bahwa dia seseorang yang akan melengkapi saya.

Berjalan dengannya ibarat naik roaller coaster dan melihat pelangi. Roaller coaster yang dengan tiba-tiba menjatuhkan dan pelangi yang tak bisa diprediksi kapan munculnya. Siapapun tak akan pernah tahu pikiran seseorang. Bagi saya dia tergolong yang susah ditaklukkan dan bagi dia saya yang susah diketahui keinginannya.

~oOo~


Sore hari, saat beristirahat usai resepsi digelar, dikamar hotel hanya tinggal kami berdua, semua kerabat saudara dan keluarga bertolak kerumah masing-masing. Dia mengeluarkan dua buah amplop berwarna merah muda bermotif unyu. Sama-sama tebal isinya. Dia mengatakan bahwa satu amplop berisi uang mas kawin yang saya minta dan yang satu lagi berisi hadiah untuk saya. Hmmm sudah tentu saya tertarik dengan hadiahnya.


Hi Nurwahyu Alamsyah, 
Terima kasih telah memilih Tiket.com sebagai partner booking & ticketing online Anda.
Berikut informasi tiket Anda:
Nama Kereta : Sancaka
Kelas : EKSEKUTIF
Kode Booking : S7***R
Rute (Dari - Ke) : SGU (SURABAYA GUBENG) - SLO (SOLOBALAPAN)
Waktu Keberangkatan : 21 Apr 2017, 07:30
Waktu Kedatangan : 21 Apr 2017, 11:47
Nomor Kursi : EKS-2 / 11C 11D
Harga : IDR 420.000 untuk 2 tiket
Diskon Channel : - IDR 15.000
Convenience Fee : IDR 7.500
Total Pembayaran : IDR 0
Kode Promo : KERETA100 - IDR 100.000
Total Harga : IDR 865.000


Ngga paham awalnya, namun membaca kali kedua saya jadi tercengang. Tanpa membaca halaman kertas berikutnya, saya lantas bertanya, "ke Solo nya jadi mas?". Dia memasang wajah lucu khas Wahyu Alam kemudian tersenyum girang, mungkin pikirnya wajahku saat itu menggelikan akibat ketidakpercayaan.

Kami berangkat ke Solo!

~oOo~




Jum'at siang kami sampai di Solo ONTIME. Saking ontime nya, suami sempat kebingungan cari masjid untuk sholat Jum'at. Selesai registrasi di lobby hotel Aziza Solo, suami langsung bergegas mencari masjid terdekat. Bahkan sebelumnya dia tidak bilang akan menginap di hotel mana dan diwajibkan membayar berapa. Dan selanjutnya, saya dibiarkan sendirian mengexplore hotel (sebenarnya hanya berjalan dari lobby ke kamar).

Kamar yang suami pesan bernomor 418 yakni berada di lantai empat. Sangat berat jika membawa tas-tas ini sendirian, memang saya ingin manja - kan ini holiday, dan syukur mbak resepsionis menawarkan untuk membawakan tas hingga ke kamar, tapi harus menunggu karyawan room boy selesai Jum'at an.

Saya berjalan keluar lobby menuju kamar 418, melewati kids pool, kemudian restaurant hotel, naik lift menuju lantai empat, lalu menyusuri lorong yang lumayan gelap namun disepanjangnya terdengar lantunan ayat-ayat Al Qur'an, hingga sampailah didepan pintu kamar 418. Sepanjang jalan dari lift menuju kamar, saya terus mengabadikannya melalui video kamera handphone.

Tanpa menunggu lama, saya segera menempelkan kartu kamar ke sebuah kotak magnet dekat gagang pintu. Setelah terdengar suara kunci pintu terbuka, gagang pintu saya dorong kebawah kemudian mendorong pintu masuk ke kamar. Semua lampu menyala, televisipun hidup dengan sendirinya, tidak terkecuali pendingin ruangan. Pintu saya tutup, kartu kamar saya letakkan ketempat yang disediakan (tembok dekat pintu), sepatu saya lepas dan saya masih memegang video handphone.

WOW!

Seketika merasa lucu ketika ada hiasan-hiasan ala pengantin baru di tempat tidur. Omaigat! This is real?

Tak berani ngutak-ngatik hiasan-hiasan itu sebelum suami datang, saya duduk di kursi malas tepat disamping tempat tidur. Lantaran tidak betah duduk santai lama-lama, lantas saya menata barang bawaan dan snack di meja. Beberapa menit kemudian ada suara pintu diketuk. Saya intip dari lubang pintu (bukan lubang kunci lho ya), dan membiarkan room boy "islami" meletakkan koper dibalik pintu. Waktunya beberes.

Suami datang 10 menit kemudian. Terlihat raut wajahnya sama terkejutnya dengan saya tadi, namun dia berusaha tampil cool.

"Lucu yaaa, boleh aku bongkar ngga nih mas?"

"Eh ya jangan dong. Difoto duluk"

"Eyaaaakk"

"Kamu duduk situ, jadi modelnya"

"Hmmmmmmmmmm". Dalam hati : untung baru keganjel batagor, kalo engga ngambul nih aku ngga dikasih makan huakakakak.

Muka saya lesu bingitss

Malam harinya kami putuskan untuk jalan-jalan keluar, menikmati suasana malam kota Solo. Tempat makan terdekat ada Galabo. Galabo disini sama seperti food court tepi jalan di Surabaya, bedanya Galabo hanya hidup dimalam hari.

Usai sholat Maghrib, kami keluar hotel. Dengan diantar oleh becak dan ditemani gerimis romantis (se-romantis ketika kami bergandengan tangan dalam becak #eyaaakk), kami dilewatkan abang becak di sebuah jalanan sepi nan gelap, beberapa pohon beringin dan bambu yang entah berumur berapa puluh tahun (atau bahkan sudah ratusan tahun) berdiri gagah di kanan-kiri jalan seolah-olah tak akan ada yang dapat menumbangkannya.

Kami sampai di Galabo. Abang becak bersedia menunggu dan mengantar kami pulang setelah makan. Kami berjalan melewati beberapa warung makanan di Galabo, memilih makanan yang pas dan sesuai selera malam itu plus memeriksa tempat duduk yang kosong. Beberapa menit kemudian sampailah kami di ujung Galabo, dan kami putuskan untuk berhenti kemudian memesan makanan di warung terdekat. Kami dipersilakan duduk oleh seorang karyawan warung, dan karyawan lain membersihkan meja yang akan kami pakai lalu pergi berlalu. Karyawan yang tadi menunggu kami duduk kemudian memberikan dua menu. Suami meminta karyawan tersebut untuk memberikan kesempatan kami memilih makanan, mungkin agak lama karena menu makanannya terlihat baru dimata, hanya beberapa yang saya mengerti.

Karyawan yang tadi dipanggil suami, setelah bertanya beberapa menu (karena namanya kurang familiar dimata), kami memesan beberapa makanan. Nasi goreng kambing, sate buntel dan tongseng kuah menjadi pilihan menu dinner malam ini. Minuman yang kami pilih es teh dan es mega mendung. Kami makan dengan lahap, karena ya sudah jelas : KELAPARAN.

1. Nasi goreng kambing  ||  2. Sate buntel daging  ||  3. Tongseng kuah

Rasanya eummhhh, orang lapar ya sudah pasti semua makanan dinilai nikmat hehe. Tapi memang masakannya lumayan menggoyang lidah (terutama nasi goreng kambing dan sate buntel yang bercita rasa pedas - biasanya masakan khas Solo itu kebanyakan bercita rasa manis, sama kek Jogja).

Puas makan, kami kembali ke hotel dan beristirahat.


(Part 3) - I Got Married!



# Step 4. Pernikahan

Tanggal 15 April 2017 pukul 07.20, disaksikan oleh kedua belah pihak keluarga dan juga para malaikat turut mendoakan kami, acara ijab kabul selesai dengan lancar. Alhamdulillah Bapak sehat fisik dan mentalnya menikahkan anak pertamanya tanpa wali, dan alhamdulillah do'i dengan tegas dan lantang menjawab ijab Bapak. It means, Bapak sepenuhnya menyerahkan tanggung jawabnya untuk menjaga saya kepada seorang laki-laki bernama Nurwahyu Alamsyah.

Laki-laki yang saya kenal kurang lebih tiga tahun yang lalu, yang menyatakan keinginannya untuk menjadi pacar akhir tahun 2014, yang menghilang selama dua bulan tak ada kabar di akhir tahun dan muncul kembali di awal tahun, yang selalu mengenalkan dunia dan pengalaman hidupnya, yang kemudian menghilang lagi selama delapan bulan pada tahun 2015 dan mendadak muncul kembali dan membuat pemikiran : orang ini hanya main-main dengan saya, yang kemudian memberikan keseriusannya dalam relationship kami, yang berhasil membuat saya percaya bahwa masa depan berdua akan dibangunnya dengan tangannya sendiri, yang selalu bersabar dan menekan ego menghadapi ego saya, yang bersedia membagi edukasi tentang apapun, laki-laki yang lucu dan cerdas, laki-laki yang telah merebut hati saya.

Campur aduk : rasa haru, deg-degan, senang karena relationship kami menjadi halal, sedih karena tidak bisa setiap hari bertemu orang tua, bingung harus melakukan apa setelahnya (karena ini merupakan hal pertama bagi saya) namun harus tetap tersenyum membuat saya harus menguatkan diri pada hari itu.

Jujur rasa bingung, canggung dan masih belum percaya terus-terusan menghantui saya. Wow, saya sudah memiliki suami, tidak bisa kemana-mana seenaknya, apa-apa harus minta ijin suami, selain bercengkerama dengan orang tua baru juga harus melayani suami, semakin multitasking dan semakin berat tanggung jawab sebagai seorang perempuan.

Seolah 25 tahun lampau merupakan pembelajaran hidup yang tertanam di otak dan kini waktunya mengaplikasikan di kehidupan dewasa seumur hidup saya.


Luar biasa sekali hal yang kualami ini. Rejeki datang mengalir lancar. Senyuman-senyuman bertebaran tepat dimuka. Hantaran-harapan yang dibungkus ucapan selamat disodorkan dihadapan kami berdua. Kami raja dan ratu sehari.


Usai ijab kabul, acara resepsi digelar. Dipimpin oleh Ibu Laili, kami melakukan serangkaian prosesi manten adat Jawa. Kirab manten menjadi akhir dari prosesi. Saya, suami, Ibu dan Bapak berjalan keatas pelaminan dan menunggu gatotkaca membukakan pintu agar para tamu bisa naik ke pelaminan.

Satu persatu tamu menyalami dan mengucapkan selamat pada kami, entah berapa banyak pasang tangan yang menyalami kami. Keluarga, saudara, kerabat, sahabat, teman dan para tetangga bergantian mengantri diatas pelaminan. Ungkapan yang tepat untuk acara hari ini adalah Alhamdulillah Wa Syukurilah.




Special Thanks : Keluarga

(Part 2) - Ready To Be His Wife?



# Step 3. Balasan.

Ini pertama kalinya keluarga saya pergi ke kabupaten Bangkalan, terutama ke rumah laki-laki yang letaknya di luar kota. Tanggal 31 Desember 2016 pukul sembilan sebanyak enam belas orang dengan tiga mobil meluncur ke rumah do'i.

Keluarga kami datang disambut dengan sangat baik oleh keluarga do'i. Saya dan saudara-saudara perempuan dipersilahkan untuk masuk ke ruang tamu, sementara pihak laki-laki berada di teras. Singkat cerita, acara diskusi dimulai walau dengan dua bahasa yang berbeda. Saya bersyukur saat mereka sama-sama paham saat berbincang dengan menggunakan bahasa Indonesia EYD hehehe.

Kedua belah pihak sepakat untuk akad nikah diadakan tanggal 15 April 2017 pagi kemudian dilanjut acara resepsi di Gedung Wanita Surabaya.

Keluarga kami berpamitan usai acara ramah tamah. Hantaran yang keluarga saya berikan, rupanya dibalik dengan hantaran khas Bangkalan. Alhamdulillah.. Keluarga saya dan keluarga do'i sudah klop.

=

Pentingnya memiliki keluarga adalah saat kita berada di masa-masa genting, mereka siap membantu. Juga sebaliknya, ketika mereka dalam keadaan yang membutuhkan, kita pun harus siap membantu mereka. Karena hutang budi jauh lebih berat dibanding hutang uang.

Persiapan demi persiapan kami lakukan menjelang akad nikah. Kami memiliki waktu selama empat bulan untuk mempersiapkannya. Baik moril maupun materiil, bantuan pun berdatangan dari saudara-saudara. Saya sungguh sangat beruntung.

Ada 11 hal besar persiapan menuju ke pernikahan saya, 10 hal yang berbau fisik dan satu hal yang menyangkut mental. Ke 10 hal fisik tersebut adalah gedung, undangan, perias, souvenir, cincin nikah dan mas kawin, dokumen KUA, catering, musik, foto prewed, dan walimatul ursy. Satu hal yang menyangkut mental adalah persiapan batin menjadi istri orang dan menjadi seorang ibu.

Dibawah ini saya tuliskan rincian beserta opini pribadi saya tentang hal-hal persiapan sebelum menikah. Semoga berguna untuk yang akan menikah ya.

Gedung
Setelah muter-muter keliling kota Surabaya, rupanya rejeki saya ada di Gedung Wanita jalan Kalibokor Surabaya. Awalnya saya ragu karena dinding gedung yang berwarna coklat dan nuansanya gelap. Tapi perias saya menawarkan diri untuk menghandlenya. Baik, kekhawatiran mereda. Lantai atas gedung wanita yang menjadi tempat saya melangsungkan akad nikah dan resepsi memuat sekitar 1000 orang. Alhamdulillah..
-
Urusan selanjutnya yaitu biaya charge kebersihan dari pihak gedung untuk catering, musik, dan dekorasi. Pihak gedung menyarankan agar biaya charge bisa dikoordinasikan dengan pihak catering, musik dan dekorasi. Hmmm, sayangnya setelah ditanyakan, mereka lepas tangan. Mau tidak mau, ya harus dibayar sendiri. Bismillah, semoga kedepannya rejekinya nambah, aamiin.

Undangan
Karena Bapak adalah seorang yang sudah ahli dibidang percetakan undangan, nota, buku dll. Selanjutnya Ibu mengiyakan permintaan Bapak, yakni membuatkan undangan untuk anaknya jika akan menikah. Saya senang, karena itu berarti undangan pernikahan nanti akan berbeda dengan undangan kebanyakan. Sebagai langkah pertama, saya dan Ibu membeli kertas undangan dan plastik pembungkus undangan di toko langganan Bapak. Kertas yang dipilih berwarna hitam dan kuning gading. Selanjutnya saya lah yang membuat rangkaian kata undangan, desain cover, peta gedung dan desain kartu souvenir.



Setelah softkopi jadi semua, kami (saya dan Bapak) pergi ke rekanan Bapak untuk mencetak seluruh desain yang saya buat di kertas khusus sebelum di cetak hotprint dan diperbanyak. Langkah keempat, kami membawa kertas khusus tersebut ke teman Bapak di lain tempat untuk diperbanyak dikertas yang telah dibeli. Langkah terakhir, kami menempel cover dengan kertas undangannya, menempel stiker nama undangan dan dimasukkan ke plastik. Siap kirim deh undangannya.
-
Rencana hanya keluarga, kerabat dan teman terdekat lah yang akan diundang, kata Ibu saya agar acara berlangsung khidmat dan sakral, kalau mengundang banyak orang justru terlihat seperti menghambur-hamburkan uang. Saya nurut saja, saya apa kata Ibu. Saya dan mas Alam diberi jatah undangan 100 (tapi ujung-ujungnya membengkak 150 undangan hehe). Jatah untuk keluarga besar Bapak ada 50 undangan. Jatah untuk tetangga rumah ada 50 undangan (tapi kemudian membengkak hingga 65 undangan). Jatah untuk teman dan kerabat Ibu Bapak ada 50 undangan. Kemudian untuk keluarga Ibu ada sekitar 26 keluarga yang datang namun tidak diberi undangan. Nah total hadirin yang datang tinggal ditotal lalu dikalikan dua atau tiga saja.

Tata Rias, Busana, Dekorasi & Dokumentasi Foto Video
Ketiga hal ini telah dihandle oleh Mas Totok dan kawan-kawan. Mas Totok bertindak sebagai desainer busana kami sekaligus perias khusus manten. Tiga bulan sebelum acara pernikahan digelar, kami sudah saling berkoordinasi.
Pinta saya suasana pernikahan disulap menjadi bernuansa ke-Jawa-an yang dihiasi warna biru glamour. Mulai dari busana manten, busana orang tua dan besan, busana pengiring manten (kebaya kembang mayang+penerima tamu; beskap kembang mayang; beskap keluarga) hingga nuansa gedung. Dan mereka mewujudkan keinginan saya. Sementara untuk dekorasi dipegang oleh Pak Yohanes.
-
Karena yang diambil adalah tema Adat Jawa, saya harus mengenakan sanggul dan hiasan kepala ala-ala Jawa yang beratnya minta ampun (ngiahahaha T_T), sementara untuk para lelaki diwajibkan mengenakan Beskap Jawa beserta Blankon nya.
-
Mas Totok khusus merias wajah saya, kemudian untuk urusan kepala dihandle oleh Mas Bima, dan untuk pakaian beserta jarik dan hiasannya dihandle oleh dua asisten ibu-ibu yang saya lupa ngga tanya namanya #maafpinyak. Saya tidak sempat dan tidak bisa memperhatikan yang lain melainkan hanya sebentar, dan itupun hanya memperhatikan Ibu saya.
Tapi saya percaya pada team Mas Totok yang merias keluarga manten, besan dan pengiring manten. Juga ada adik saya yang bertugas sebagai polisi alias pengatur keseluruhan acara (adik saya galak dan disiplin - merasa ada yang aneh dan mengganjal langsung di "abis" in hahaha, jadi saya percaya dia 1000 persen).
-
Busana yang saya dan Mas Alam kenakan untuk akad nikah berwarna putih dan resepsi berwarna biru dongker. Pada saat akad nikah, saya memakai kebaya dan jarik (plus kain kaca yang amat besar, full sama payet dan bordiran yang semakin menambah sanggul saya jadi lebih berat), Mas Alam memakai beskap panjang berwarna putih dengan jarik dan blankonnya. Busana resepsi terbuat dari kain bludru berwarna biru dongker mewah beserta payet dan bordiran berwarna silver adalah rancangan Mas Totok sendiri yang dibuat baru khusus acara saya. Uhuiy.


Kebaya yang dikenakan Ibu dan Ibu Mertua juga baru dibuat, warnanya tidak jauh berbeda dengan busana pengantin. Beskap yang dikenakan Bapak - Bapak Mertua dan pengiring manten memiliki warna yang tidak jauh beda yakni biru dongker, yang membedakan hanya pada hiasannya. Karena ada hiasan payet dan bordiran, beskap yang dipakai Bapak - Bapak Mertua lebih menyala ketimbang beskap pengiring manten.
Beskap yang dipakai kembang mayang berwarna biru muda, senada dengan warna kebaya keluarga. Busana pengiring manten terdiri dari dua warna, warna biru muda untuk yang masih single dan warna biru kehijauan untuk yang sudah dobel (berkeluarga #eh).
-
Seperti yang saya singgung tadi, dekorasi dihandle oleh rekanan Mas Totok yang bernama Pak Yohanes. Sempat dagdigdug apakah model pelaminan yang saya request dan nuansa gedung sesuai dengan apa yang saya inginkan atau tidak. Tepat pukul 2 dini hari, saya dan Ibu meninjau gedung, luar biasa dekorasinya. Saya sungguh sangat bersyukur, gedung disulap menjadi cantik, lebih cantik dari ekspektasi saya.


-
Dokumentasi Foto Video telah dihandle oleh Pak Oke dan Mas Agus. Saat kemarin persiapan dan pas acara karyawannya profesional dalam bekerja. Namun sayangnya hingga artikel ini ditulis, hasil dari dokumentasi belum diberikan. Kan jadi penasaran sama hasilnya ya...huft.

Souvenir
Souvenir dipesan ibu tepat tiga bulan sebelum acara dan jadi sebulan kemudian. Sedari awal Ibu dan Bapak berkeinginan jika nanti mengadakan pernikahan kali pertama, untuk souvenir dipesankan dalam bentuk note book (bukan notebook ya, beda). Setelah berkelana mencari, Ibu dan Bapak akhirnya menemukan tempat pembuatan note book ini, yakni di daerah Medokan Ayu. Ibu dan Bapak menyerahkan pilihan desain dan sampul souvenir. Saya memilih warna souvenir sama seperti corak dan warna busana manten : abstrak dan biru dongker. Alhamdulillah lagi-lagi hasilnya melebihi ekspektasi saya.



Cincin Nikah & Mas Kawin
Huft. Sejujurnya saya memang suka belanja, tapi harus menggunakan uang sendiri. Ketika diminta berbelanja dengan uang orang lain, saya merasa berat. Apalagi diminta menentukan berat gram cincin dan besar mas kawin untuk pernikahan. Butuh waktu tiga minggu lebih lima hari untuk menentukan. Kalau tidak selalu diingatkan oleh Ibu saya, saya pasti dianggap kurang persiapan untuk hal ini.
Dengan berbekal nasehat dari bude-bude dan sepupu, saya lantas berdiskusi dengan do'i, mahar yang saya minta 10 gram emas dan mas kawin sebesar sesuai dengan tanggal pernikahan. Mahar emas termasuk cincin nikah yang saya pakai. Dan do'i menyanggupinya. Mulailah kami bergerilya mencari barang-barang itu.
-
Cincin nikah kami pesan di toko online ternama dan terpercaya di instagram, namun kami mendatangi toko offline nya yang berada di Sidoarjo. Sekitar hampir dua bulan cincin sudah bisa diambil. Hasil jadinya sedikit berbeda dengan desain yang kami pilih dari katalognya, namun tidak mengurangi keanggunan cincin. Do'i memakai cincin berbahan paladium dan saya memilih cincin berwarna emas.
-
Menyesuaikan dengan cincin, kami segera bergerilya mencari emas perhiasan (saya memilih gelang emas) di Blauran (di toko rekomendasi Ibu) dan menghitung beratnya. Walau terbilang tidak memiliki banyak uang, selalu saja Allah mencukupkan semuanya, dan saya sangat bersyukur do'i selalu memenuhi permintaan saya.
-
Agar memberi kesan unik, mas kawin atau mahar selain diberikan dalam bentuk uang juga diberikan dalam bentuk kreasi mahar berupa uang koin dan sketsa dari foto kami berdua. Do'i memesan mahar tersebut di teman baiknya, dan alhamdulillah hasilnya membuat saya takjub.



KUA
Sebelum menuju KUA, ada beberapa tahapan yang dilalui, seperti harus ke RT untuk meminta surat mengurus pernikahan ke kelurahan, kemudian ke kelurahan untuk mengurus data calon pengantin, kemudian balik lagi ke RT dan RW untuk meminta tanda tangan, dan terakhir balik lagi ke kelurahan untuk menyelesaikan dokumen agar siap diantar ke KUA.
-
KUA tempat kami mendaftar nikah adalah KUA domisili daerah sesuai dengan KTP calon istri, ini berarti semua urusan terletak di KUA dan kelurahan Alon-alon Contong. Tapi tidak cuma itu, pihak calon suami juga harus mengurus surat pengantar pernikahan di RT sesuai dengan KTP calon suami. Istilahnya : surat pengantar numpang nikah (aneh ya).
-
Usai mendapat surat pengantar nikah dari RT masing-masing, dokumen siap diantar ke kelurahan untuk diproses lalu mendapat surat N1-N4. Usai mendapat surat nikah dari kelurahan (N1-N4, ditambah N7 untuk calon istri), kami langsung cus ke KUA.
-
Sampai di KUA, kami menyerahkan sejumlah dokumen.
Untuk calon istri, dokumen saya berupa surat keterangan menikah (N1); surat keterangan asal-usul (N2); surat persetujuan calon mempelai (N3); surat keterangan orang tua (N4); fotocopy (KTP+akta kelahiran+kartu keluarga+ijazah terakhir+buku nikah orang tua karena saya anak perempuan pertama); dan pas foto 3x3 dan 4x6 background biru.
Untuk calon suami, dokumen yang diberikan berupa surat N1-N4; fotocopy (KTP+akta kelahiran+kartu keluarga+ijazah terakhir); dan pas foto 3x3 dan 4x6 background biru.
-
Syukur alhamdulillah, penghulu siap di tanggal dan jam pernikahan kami, dengan catatan kami harus ontime karena akad nikah dilaksanakan pada jam pertama (pukul 7 pagi).
-
Dua minggu sebelum hari H, diadakan "rapak" yang berfungsi untuk menyamakan informasi guna pembuatan buku nikah. Rapak dihadiri oleh wali calon istri (Bapak saya), calon istri, calon suami dan satu orang perwakilan dari KUA. Di Rapak, kami berdiskusi tentang tata cara pernikahan; menyamakan informasi; menanyakan pada Bapak apakah yang menikahkan Bapak sendiri atau diwakilkan. Bapak saya meminta agar tidak diwakilkan melainkan Bapak sendiri yang menikahkan. Alhamdulillah.

Catering
Yang paling membuat Ibu harap-harap cemas adalah mengenai catering. Ibu paling anti dengan yang namanya mengecewakan tamu, dan kebanyakan di acara resepsi, makanan lah yang paling mengundang omongan orang. Jika makanan enak dipuji, dan jika tidak enak diujo (dijelekkan) sampe kemana-mana.
Ibu memilih catering Multi yang kantornya terletak di jalan Kalisosok Surabaya. Selain kualitasnya terdepan diantara orang-orang kantor hingga yang menengah keatas, juga kebetulan marketing dari Multi adalah sepupu dari Bapak. Harga mahal sebanding dengan kualitas dan cita rasa masakannya, rupanya sang Ibu tak mempermasalahkan itu.
-
Menu apa saja yang menjadi pilihan di hari H? Ibu dan si adik menghandle semuanya. Mereka memilih paket menengah dengan tambahan menu joglo yang mana pilihan rasa berdasarkan lidah keluarga besar. Untuk acara akad nikah, nasi krawu menjadi menu pilihan sarapan, disandingkan dengan kopi dan teh. Untuk resepsi, menu makanan inti yang diambil adalah nasi goreng keju daging, steak lidah, cha daging kailan, ayam lada hitam, kakap goreng saus madu, sop tomyam, es manado,, dan menu joglo yang diambil adalah tahu campur, sate kelapa, dimsum, kebab rol mini, dan es puter rasa cokelat vanila.
-
Sekitar satu minggu sebelum hari H, tante Lisa selaku marketing Multi dan sepupu Bapak datang ke rumah bersama anak dan suaminya membawa beberapa tester masakan yang akan dihidangkan di hari H. Tester ini merupakan bentuk pelayanan dari catering multi dan tidak dikenakan biaya tambahan.

1. Nasi Goreng Keju Daging | 2. Ayam Lada Hitam | 3. Cha Daging Kailan | 4. Es Manado
 | 5. Tahu Campur | 6. Ayam Goreng Saus Madu | 7. Sop Tomyam

Syukur alhamdulillah di hari H, kebanyakan tamu dan keluarga memberikan komentar sangat positif untuk cateringnya. Kuantitas makanan mencukupi jumlah tamu yang hadir, bahkan sampai bisa dibawa pulang. Mengenai rasa sudah jangan ditanya lagi. Rupa sebagus rasanya, dan rasa seenak rupanya. Nendang puol! Catering Multi emang paling jago, saya merekomendasikan catering ini untuk acara spesial temans.

Musik
Kebanyakan vendor tata rias menawarkan paket include musik, namun berbeda dengan vendor Mas Totok. Tapi, hal ini juga menguntungkan keluarga saya karena bisa memilih vendor band. Keluarga saya terutama sang Ibu sudah jatuh hati dengan band akustik yang mengiringi pernikahan Pito & Wulan. Usai berdiskusi dengan keluarga besar, Ibu meminta Bu Cicik (adiknya Ibu) untuk membooking band akustik tersebut. Band akustik tersebut dipimpin oleh Mas Usman yang bertindak sebagai vokalis. Saya juga merekomendasikan band akustik yang berasal dari Malang ini ^^.

Foto Pre Wedding
Awalnya kami sepakat untuk tidak mengadakan foto pre wedding. Namun karena Mas Totok memberikan masukan untuk memasang foto kami berdua di gedung, mengapa tidak kami mengiyakannya? Selama dana mencukupi dan tidak memaksa siapapun, ayok ayok ajah.
-
Benar juga, jika ikhlas lillahi ta'ala akan ada banyak bantuan yang datang. Kami bertemu dengan seorang teman KKN yang memiliki skill fotografer dan kebetulan bekerja di Studio Adventure tempat kami melakukan foto prewed. Tidak melewatkan kesempatan, saya berdiskusi dengan do'i, setelah do'i setuju, saya meminta beliau untuk jadi fotografer prewed. Dan beliau menyetujui.
-
Dihari yang telah ditentukan, kami melakukan shoot untuk prewed di studio adventure. Ada tiga tema yang dipilih yaitu Jawa Madura, modern dan casual. Untuk membuat tema semakin nyata, dipilihlah tiga pasang dresscode, tiga pasang sepatu, dua tema latar foto studio adventure dan satu latar outdoor (mengambil tempat Taman Flora Surabaya).


Disepanjang adegan, baik model maupun fotografernya sama-sama menggelikan, kami ketawa dan have fun. Ujung-ujungnya saya yang khawatir, bisa bagus ngga ya posenya pas uda dipigura...
-
Saya diminta untuk memilih foto mana yang harus diedit, dicetak dan dipigurakan. Saya cenderung memilih foto dengan tema Jawa Madura dan foto modern, alasannya lebih cocok dengan kondisi saya dan do'i. Kemudian dua foto yang telah jadi dikirim oleh beliau sekitar H-2 acara. Hasilnya ciamikk buangettt!



Walimatul Ursy
Acara kirim do'a sepenuhnya dihandle oleh Ibu, menarik waktu ketempatan sehingga ibu-ibu pengajian datang kerumah pada bulan April ba'da Isya. Persiapan singkat telah dilakukan jauh-jauh hari dengan dibantu Mbak Ria tetangga sebelah yang ahli dalam hal memasak. Alhamdulillah berjalan lancar dan berkah...




(Part 1) - 4 Step Menuju Perubahan Status

Akhirnya.. kembali lagi menulis! Sebulan lebih tidak menulis di blog, rindu kangen jadi satu, rasanya ada banyak kata yang ingin ditulis. Karena terlalu panjang jika ditulis satu artikel, jadi saya membagi tulisan berikut menjadi tiga artikel. Temans pembaca, dikuat-kuatin yah matanya...


~oOo~


Kata salah seorang bude dari keluarga Ibu yang kini tinggal di Jakarta, anak perempuan yang paling ditunggu adalah menikah dan berkeluarga. Sudah dari beberapa tahun yang lalu beliau menunggu pernikahan saya, kalau tidak salah ingat saat itu saya masih SD. Beliau selalu mengatakan, "Ica harus menikah dulu daripada mas Dana atau Pito". Itu yang membuat saya, mas Dana dan Pito selalu main tunjuk-tunjukkan kalau ditanya siapa yang nantinya duluan menikah. Hahaha. Namun beliau selalu yang paling khawatir dan paling cerewet ke saya dan selalu bertanya saya sedang menjalin relationship dengan siapa. Beliau selalu memantau setiap kegiatan saya.

Waktu berlalu, awal tahun 2016 menjadi saksi bersatunya Pito dan Wulan. Waktu datangnya jodoh memang tak bisa ditebak. Saya sangat sangat senang, tidak terkecuali mas Dana. Tapi bude kembali menekankan sesuatu pada saya, bahwa setelah itu harus saya yang menikah. Lah...


Bisa dibilang saya sangat sangat sangat santai menghadapi pertanyaan "kapan nikah?". Saya sangat enjoy dengan masa lajang saya, berteman dengan banyak teman pria, bersahabat dengan nelayan dan para pemerhati lingkungan. Karena masa lajang itulah, tidak ada yang bisa menghentikan langkah kaki untuk explore minat diri. Tapi rupanya orang tua, terutama Ibu saya ikut khawatir. Sang Ibu tidak ingin anak perempuannya meniru jejaknya, terlambat menikah karena fokus berkarir. Disitulah drama dalam hidup saya dimulai.

Waktu itu, tahun 2016, status relationship saya masih digantung seorang laki-laki yang sedang menyelesaikan masternya di Taiwan. Pasti beberapa temans ada yang sudah tau siapa laki-laki itu.  Saya sering menyebutnya dengan nama : do'i.

Apakah lantas saya lalu mengurung diri karenanya? Tidak dongs. Rupanya sayap saya melebar begitu bebasnya sepeninggal dia. Banyak target yang digapai, beberapa diantaranya memliliki hasil yang melebihi dari apa yang saya duga. Tetapi yang menurut saya aneh, dari beberapa target itulah rupanya membawa perhatian tujuh pria ke hadapan saya. Allah menguji saya.

Saya tidak terlalu peduli terhadap pria-pria itu, saya hanya fokus ke diri sendiri. Yaa, saya merasa harus melindungi diri dari drama-drama percintaan, ahhaha karena saya tak lagi terlihat seperti anak ABG. Lalu laki-laki itu kembali ke Indonesia membawa segudang prestasinya, dan mendadak menghubungi kembali setelah kurang lebih delapan bulan tak berkomunikasi. Wah ya terang saya katakan : kalau kamu serius, bilang saja lagi sama orang tua saya. Do'i serius.

Hari demi hari dilalui dan dia menunjukkan keseriusannya. Hari demi hari itulah kemudian saya rangkum menjadi  4 Step Menuju Perubahan Status.




# Step 1. Pertemuan Orang Tua.

Tanggal 24 September 2016 pukul lima sore, kedua orang tua pria itu datang kerumah jauh-jauh dari Bangkalan. Membawa oleh-oleh, berkenalan, silaturrahmi kemudian mengutarakan untuk meminang anak perempuannya. Orang tua saya menyambut dengan tangan terbuka dan menerima pinangannya. Orang tua nya mengatakan bahwa jika sudah ada pertemuan kedua orang tua, maka ibarat sudah berjanji tidak bisa dibatalkan, dan sekitar dua bulan kedepan akan ada pertemuan lagi : lamaran.

Keluarga dari Malang, Solo, Jakarta sampai Pontianak pun ikut senang mendengar berita bahwa akan ada acara di Surabaya dua bulan mendatang. Berbagai nasehat dan masukan saya terima kala itu. Kebanyakan nasehat dan masukannya adalah untuk mempersiapkan lamaran.

-

Tak disangka mempersiapkan lamaran itu menyenangkan hahaha, mungkin bagi do'i merepotkan. Pasalnya do'i harus mengeluarkan sejumlah uang untuk memenuhi peningset saya. Dalam adat Jawa, yang dimaksud peningset adalah segala kebutuhan yang bisa dan akan dipakai calon manten. Peningset mencakup hal-hal yang dipakai calon manten perempuan dari ujung rambut hingga ujung kaki se penjalukane calon manten perempuan.

Se penjalukane? Bukankah ini hal yang menyenangkan?hahaha. Tapi bingung juga, apa saja ya komposisi dari peningset se penjalukane ini?

Dengan membawa nasehat dari Ibu dan Bude Solo beserta dana yang dipunyai do'i, kami (saya dan do'i) berangkat berbelanja sepaket baju lengkap, pakaian dalam, alat kosmetik, tas, sepatu, kain dan jarik. Tak lupa pula cincin lamaran usulan keluarga do'i. Saya meminta untuk cincin, saya hanya dibelikan satu, dipakai sampai nikah karena saya kurang begitu berminat memakai perhiasan. Rupanya tidak, nanti cincin nikah sendiri, dan pula ada perhiasan mas kawin. Bee abeeehh..


# Step 2. Lamaran.

4 Desember 2016. Rombongan saudara Ibu yang tinggal di Malang datang ke rumah pagi sekali. Masing-masing keluarga membawa buah tangan untuk keluarga calon besan. Beberapa makanan pun dipasok pula dari beliau-beliau. Saya merasa luar biasa banyak yang mendukung acara hari ini. Ditambah salah seorang sepupu tertua datang ke rumah jauh-jauh dari Pontianak, alangkah bahagia hati ini.

Pukul sepuluh lebih sepuluh menit, rombongan dari Madura pun memasuki rumah. Berbagai hantaran diantar satu persatu , rombongan pun ikut pinarak masuk kedalam rumah. Ruang tamu serasa menjadi kecil. Alhasil hantaran pindah ke kamar saya.

Sebanyak kurang lebih 30 orang masuk dalam rumah, tamu perempuan di ruang tamu sementara tamu laki-laki duduk di halaman. Perkenalan terjadi antara ibu-ibu sendiri dan bapak-bapak sendiri. Usai perkenalan, bapak do'i masuk ke ruang tamu dan memulai acara. Sayangnya saat itu saya berada di dapur, tidak terdengar apa yang mereka diskusikan.

Selang beberapa menit, saya dipanggil. Acara tukar cincin pun dilakukan, dipandu oleh orang tua dan sesepuh kami. Ibu do'i menyematkan cincin ke jari manis tangan kiri saya. Cincin sempat lari ke salah tangan hehe, Ibu do'i hampir menyematkan cincin ke jari manis tangan kanan, untung Bude saya dari Solo langsung mengingatkan : salah, yang benar jari tangan kiri, kan belum menikah. Setelah cincin tersemat di jari manis tangan kiri saya, kini giliran do'i, Ibu saya menyematkan cincin ke jari manis tangan kiri do'i.


Acara selanjutnya adalah ramah tamah, tugasku; adik dan sepupu ipar; dibantu bude-tante untuk mengeluarkan makanan dari dapur.

"Tamu harus dijamu dengan baik, biar mereka pulang dengan perasaan bahagia", kata orang-orang.

Mbah putri menutup acara setelah acara ramah tamah. Begitu singkatnya waktu kebersamaan ini. Giliran kue-kue dan balasan hantaran diberikan untuk rombongan Madura. Bapak, pakde, om dan sepupu-sepupu laki-laki mengantar rombongan ke kendaraan.

Saudara dan sesepuh keluarga rembukan di ruang tamu, berdiskusi tentang waktu balasan. Sang Ibu mengusulkan agar waktu balasan dilakukan setelah ditentukan waktu akad nikah (mengiyakan atau menyanggah tanggal usulan dari mbah putri dan mbah kakung do'i). Saudara-saudara Ibu mengusulkan agar waktu balasan dilakukan saat waktu libur agar tidak bertabrakan dengan waktu bekerja.

Hampir satu jam lamanya mereka berdiskusi, maka tercetuslah untuk mengiyakan usulan tanggal akad nikah dan merampungkan tanggal balasan.

-

Satu minggu setelah lamaran, sang Ibu mulai sibuk bergerilya #ehh. Dengan saya sebagai sopir, langkah persiapan pertama kami menjelang pernikahan adalah mencari gedung. Ibu dan bude-bude menyukai salah satu gedung di Masjid Agung, sementara saya cenderung memilih Convention Hall yang tidak jauh dari rumah. Namun apa daya, rezeki ada di Gedung Wanita.

Gedung sudah dipilih, lanjut mencari bentuk undangan dan perias. Diputuskan untuk membuat undangan tidak diserahkan pada pihak lain melainkan harus ditangani sendiri. Rancangannya : membeli cover undangan di tempat langganan, kemudian membuat desain isi undangan dan hiasannya, terakhir tempel nama orang yang akan diundang. Untuk perias, setelah berdebat cukup lama, akhirnya pilihan kami jatuh pada satu dari empat tawaran pilihan perias, fiuh. Tempat perias dan lokasi membeli cover undangan tak begitu jauh, sehingga kami bisa menyelesaikan urusan dalam waktu sehari. Selanjutnya, kami fokus pada hari balasan.