High Speed Railway Taipei - Taichung, Kayak Naik Pesawat !



Isengnya emang kebangetan sih kami, jalan jauh ke kota Taichung yang jaraknya lebih dari 150 kilometer dalam satu hari... Hanya untuk satu hal : bertransaksi dengan orang.

Sebenarnya, diawal kami agak awang-awangen kalau ke Taichung tujuannya cuma untuk satu hal itu. Untuk menuju kesana, hanya ada dua pilihan transportasi umum : THSR (Taiwan High Speed Rail -- 台灣高速鐵路) atau nge-bus. Kami bawa bayi dan ngga ingin wasting time di jalan, kepikiran untuk naik THSR, tapi mehong bets harganya. Yaudah, keputusan akhir kami yaa sekalian aja seharian jalan-jalan di Taichung, dan biarlah pergi pulang biar cepat naik kereta tercepat Taiwan dan juga termasuk 10 kereta tercepat didunia, ini.



SEKILAS THSR

Taiwan High Speed Rail atau THSR atau yang biasa kami sebut HSR, adalah kereta super cepat Taiwan yang memiliki rute membentang sepanjang pantai barat Taiwan (sekitar 350 kilometers atau 217 mil), menghubungkan kota Taipei (utara) hingga kota Kaohsiung (selatan). Seperti yang sudah saya singgung diawal, THSR masuk dalam katagori 10 kereta tercepat di dunia versi website www.timesofindia.indiatimes.com.

THSR dicetuskan pada tahun 1970 ketika pertumbuhan ekonomi Taiwan yang cepat selama paruh kedua abad ke-20 yang menyebabkan saturasi jalan raya, kereta api konvensional, dan sistem lalu lintas udara di koridor transportasi barat, yang mengancam akan menghambat pertumbuhan lebih lanjut. Pemerintah Taiwan menginstruksikan Kementrian Perhubungan untuk melakukan studi kelayakan untuk jalur kereta berkecepatan tinggi di koridor barat Taiwan dan selesai pada tahun 1990. Studi ini menemukan bahwa dalam perbandingan solusi potensial untuk masalah lalu lintas di koridor, kecepatan tinggi jalur kereta akan menawarkan volume transit tertinggi, penggunaan lahan terendah, penghematan energi tertinggi, dan polusi paling sedikit. THSR mulai resmi dibuka untuk pelayanan pada tahun 2007 dan terus berbenah hingga sekarang.

Rute THSR hingga tahun ini berhenti di 12 kota : Nangang, Taipei, Banqiao, Taoyuan, Hsinchu, Miaoli, Taichung, Changhua, Yunlin, Chiayi, Tainan, Zuoying.

THSR memiliki panjang 304 meter (997 kaki) dan memiliki berat 503 ton saat kereta kosong. Kereta memiliki total 12 gerbong yang dibagi dalam dua kelas (kelas bisnis dan kelas standar). Kereta memiliki kapasitas penumpang 989 kursi : 66 kursi (2 + 2) di kelas bisnis dan 923 kursi (2 + 3) di sebelas gerbong kelas standar.

Lalu bagaimana dengan harga? Harga bervariasi tergantung pada tujuan pemberhentian. Selain itu juga kelas standar dan kelas bisnis memiliki harga yang berbeda. Baru-baru ini saya tau jika pembelian tiket THSR ada early bird tickets nya, sayangnya saya belum mengetahui lebih banyak tentang itu.


BERANGKAT dari TAIPEI

As usual, persiapan sebelum jalan adalah hal terpenting. Saking pentingnya makan waktu sampai berjam-jam.  Untungnya Kia bisa bangun sangat pagi sekali jadi bisa langsung saya eksekusi #ehh. Setelah urusan Kia selesai (mandi dan makan), saya cek kembali bekal apa saja yang sudah saya siapkan dari semalam. Penting ya ini temans untuk cek kembali barang-barang yang akan dibawa sebelum berangkat, karena kalau ketinggalan satu aja, wes wassalam ya, takutnya ditempat baru nanti tidak bisa menemukan barang yang diperlukan.

Semua siap, kami langsung cus menuju MRT Taipei Main Station, tempat pemberhentian THSR terdekat dari apartemen kami. Di Taipei sendiri ada tiga tempat pemberhentian THSR nih : Nangang (start THSR), Taipei (Taipei Main Station) dan Banqiao.

Loket tiket HSR tidak jauh dari Aula Taipei Main Station (ada papan informasi yang menunjukkan lokasi tiket). Oiya, pembelian tiket dilakukan secara mandiri ya (self driving) di HSR ticket vending machine, jika ada kendala bisa minta tolong pada petugas terdekat. Tapi saya rasa kendala akan minim terjadi, jika kita mengikuti instruksi mesin dengan pelan-pelan.

Self driving.

Rute dan Harga.

Cuss.

Mas husband memesan tiket pergi dan pulang, alasannya karena ini hari Jum'at, biasanya arus penumpang kereta yang pergi dari dan kembali ke Taipei lebih banyak dari hari-hari biasa. Jadwal kereta kami berangkat pada pukul 10:21 tujuan Taichung, dan itu selalu ontime. Jadi kami harus bergegas menuju gate dan paltform THSR. Berbeda dengan TRA, gate THSR dibuat lebih berkelas. Oiya lupa, jika tiket TRA kemarin hanya seperti sebuah tiket kecil yang terbuat dari kertas tebal, maka tiket THSR ini pun berbentuk seperti easy card (ukuran lebih besar dari tiket TRA).


Baca dulu : Menikmati Senja di Wisata Ikonik Taiwan, Jiufen


Tepat pukul 10 lebih 21 menit, kereta sampai. Kami mengantri masuk kedalam dan kemudian mendapat tempat duduk sesuai tiket yang kami beli. Walau kami memesan tiket kelas standar, tapi gerbong kelas standar ini terlihat berkelas dan terasa sangat nyaman.

Kereta berjalan dari yang semula pelan hingga berkecepatan tinggi. Tidak ada dengungan atau bahkan (tidak) terdengar bunyi gesekan antar gerbong (atau rel kereta nya). Kereta berlari sangat halus dan guncangannya pun terasa hanya sedikit. Berbeda jauh jika dibandingkan dengan TRA atau MRT (yo jelas lis). Saking cepatnya berlari, tau-tau uda sampai Taichung. Jarak Taipei-Taichung sekitar 150 kilometer, dengan THSR hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.


PULANG menuju TAIPEI

Jika pemberhentian THSR Taipei Main Station berada dibawah tanah, maka berbeda dengan THSR kota Taichung--yang letaknya ada di lantai dua.

Kami sedang berada disekitar Stasiun Taichung saat hari menjelang sore. Untung saja Stasiun Taichung dan Stasiun THSR sudah terintegrasi, jadi kami hanya naik satu macam TRA menuju ke Stasiun THSR. Baiknya warga Taichung, mereka memberikan kursi untuk saya. Tau aja kalau saya lagi pusing-pening berat. Eh atau emang keliatan dari muka saya wkwk.

Sampai di Stasiun THSR, sambil menunggu waktu naik kereta tiba, kami berjalan-jalan menikmati arsitektur stasiun yang modern nan elegan. Kami tidak bisa langsung masuk gate (walau sudah memasukkan kartu kereta--kartu ditolak mesin gate) karena waktu masuk gate dengan waktu kedatangan kereta harus berselang 30 menit. Masih ada waktu satu jam lebih lima belas menit sebelum kereta datang, kami gunakan untuk berkeliling stasiun. Di tiap sudut dan di tiap properti didalamnya, semuanya terjaga dari kerusakan. Saya rasa ini bukan nampak seperti stasiun, melainkan seperti mall. Sayangnya saya tak sempat mengabadikan pemandangan didalamnya.

Di luar stasiun terdapat taman untuk perokok. Namun kami yang bukan type keluarga perokok ini merasa nyaman karena pemandangan yang ada dibawah taman. Terdapat bunga yang bermekaran, pohon kelapa berdiri berjajar dengan gagahnya dan nuansa taman ini mirip dengan salah satu kebun kurma di jazirah arab yang pernah saya lihat di internet. Cantik sekali. Senja matahari tenggelam membuat suasana menjadi syahdu romantis saat dihabiskan berdua dengan mas husband. Eh kok ngga bertiga? Kia nya tidur di stroller,,

Jatuh cinta.

Epic.

Matahari kemudian tenggelam diantara bangunan lalu kami masuk kedalam stasiun. Membeli beberapa camilan dan air putih, kemudian masuk gate dan menunggu kereta datang.

Yang membuat saya cinta terhadap negeri formosa ini adalah ketepatan waktunya. Semuanya serba ontime dan cepat. Semua transportasinya berjalan tepat waktu. Kereta super cepat ini pun juga datang tepat waktu.


BAGAIMANA RASANYA ?

Rasanya?hmmm. Kepengen naik lagi dooong (tapi yaa lain kali aja lah ya, mau kemana juga belum terpikir wkwk). Pertama kali lihat luar keretanya, saya merasa : Ah ini biasa aja. Tapi begitu masuk ke dalam. Buuzzz. Serasa kayak naik pesawat g*ruda first class. Dimulai dari interiornya, MEWAH. Kemudian lanjut ke tempat duduknya, kaki mas husband yang kelewat panjang ini sampai dengan leluasanya bergerak saat kami duduk. Bahkan stroller Kia pun bisa masuk didalamnya, karena jarak antar kursi yang begitu lebar. Kaca jendela dibikin sedemikian rupa persis kaca jendela pesawat terbang. Dan yang paling bikin nyaman adalah, dengan kecepatan mendekati 300 km/jam, kami tidak merasakan goncangan yang keras.




Jadi, ini adalah kereta setengah pesawat #halah.

Sepanjang naik kereta super cepat ini, Kia tidak rewel. Dia justru sangat menikmati. Eh tapi ada pengecualiannya ding. Saat Kia ganti popok dalam kereta. dia rewel haha. Dalam kereta THSR ini, terdapat breastfeeding room di gerbong lima. Sayangnya saat itu, ruangan itu sedang tertutup (atau mungkin sedang diperbaiki ya), sehingga saya diarahkan oleh mbak pramugari kereta untuk mengganti popok di salah satu toilet yang ada tempat ganti popok bayinya. Disaat itulah Kia rewel.

Ibuuuuu huhuhu.

Tapi setelah ganti popok, Kia kembali ceria. Bahkan dia dengan beraninya berdiri di lorong kemudian menyapa beberapa penumpang disekitar. Senang rasanya saat penumpang yang notabene nya orang lokal ini memberikan senyuman pada Kia.

Duh om, jangan senyumin Kia terus dong, kan jadi malu-maluin...

Seperti berangkat, waktu pulang pun tidak terasa. Tiba-tiba saja sudah sampai Taipei Main Station. Yang terasa adalah kecepatannya, mungkin karena waktu pulang tadi saya sudah merasa kepala sangat berat dan pening, maka saat dalam kereta pun jadi semakin berat dan benar-benar merasakan kecepatan kereta mendekati rata-rata 300 km/jam ini (tertulis di dinding informasi gerbong) membuat kepala makin nyut-nyutan.



Yaa begitulah, lintas kata dari saya tentang High Speed Railway Taiwan. Kalau teman bagaimana? Ada yang sudah pernah merasakan kereta berkecepatan tinggi tersebut? Share dooong.


Anyway, terima kasih ya sudah membaca artikel saya. Sampai bertemu di artikel selanjutnya.



Qingtiangang, Dua Nuansa Berbeda Di Musim Gugur

Qingtiangang !!!
Yeah.


Kayaknya ini jadi destinasi favorit yang bakal sering kami kunjungi di tahun-tahun berikutnya. Pasalnya, hmmm, scene nya itu "luar negeri bangettt". Kami pun pergi ke Qingtiangang (擎天崗)  sampai dua kali dalam periode musim gugur tahun ini.  Scene nya pun menampilkan perbedaan ditiap waktu kami datang.

Tertarik pertama kali untuk pergi kesana karena ide mas husband yang pengen ke gunung sekitar dua bulan lalu. Pemandangannya sangat cantik -- "katanya". Tapi yang ada ekspektasi tak seindah realita. Lalu karena penasaran (sangat penasaran), liburan double ten kemarin saya minta untuk kesana lagi. Daaan terbayarkan sudah rasa penasaran itu.

Ini ya, saya bagi info buat temans siapa tau setelah membaca blog saya, mendadak pengen pergi kesana, haha.

So, baca sampe abiss ya.


Sekilas tentang Qingtiangang.

Qingtiangang Grass Land ini ada sejarahnya lho cyin. Kabarnya pula Qingtiangang ini merupakan padang rumput terbesar di Taipei. Daerah padang rumput Qingtiangang terbentuk akibat dari letusan gunung Zhugao. Lava dari letusan gunung tersebut mengalir ke utara dan sampai di dataran Qingtiangang.

 
Tahun-tahun berlalu, terbentuklah dataran penuh rumput ini. Selama pendudukan Jepang, daerah ini didirikan peternakan untuk ternak merumput. Hingga kini, dataran ini masih menjadi rumah bagi sapi dan satwa liar lainnya, sehingga menarik untuk dikunjungi. Buat generasi milenial, tempat ini instagramable deh pokoknya.


Patuhi ini saat berkunjung.

Seperti yang saya tulis sebelumnya, Qingtiangang ini juga menjadi rumah bagi satwa liar. Jadi pemerintah membuat peraturan tertulis untuk semua pengunjung dan tidak ada pengecualian.


Begini peraturannya :
1. Jaga jarak dari ternak liar di Qingtiangang Grassland.
2. Qingtiangang memiliki kondisi cuaca yang tidak stabil, disarankan bagi pendaki gunung atau pengunjung untuk membawa perlengkapan hujan dan pakaian hangat.
3. TIDAK menggali batu atau tanah, TIDAK memetik bunga atau tumbuhan,  TIDAK mengambil atau menghilangkan sumber daya alam lainnya di lahan rumput Qingtiangang.
4. JANGAN membuang sampah sembarangan, JANGAN berbicara keras atau memainkan musik secara keras, JANGAN menyalakan petasan atau memanggang apapun di padang rumput.


Kali pertama berkunjung.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, pertama kali datang itu merasa kecewa karena ekspektasi tak seindah realita. SEBAB, waktu kami datang pas juga langit Taipei mendung dan ada sedikit rintik hujan disepanjang perjalanan. Saya ngga aware sedikitpun bakal kecewa nantinya hingga kami sampai di Terminal Bus Yangmingshan.


Lho kok SEPI.. Cuma ada driver dan busnya yang bejejer, menunggu antrian berangkat cari penumpang. Ini khan hari Jum'at yak. Seharusnya ada banyak pengunjung yang datang, kayak waktu di Jiufen tempo hari.


Baca dulu : Menikmati Senja di Wisata Ikonik, Jiufen


Nah, waktu sepi ini saya jadi was-was, dugaan saya bakal kecewa waktu sampai atas. Tempat wisata yang ngga ada pengunjungnya khan agak mengecewakan gitu yak. Tapi, ngga sampai lima menit, datanglah bus yang mengantar orang untuk naik ke atas. Hampir semua orang ini sudah berusia senja, jalan agak membungkuk dan tertatih, tapi terlihat masih sanggup membawa beban dan berjalan jauh.

Sembari sama-sama menunggu bus kecil berangkat untuk ke atas, kami mengobrol. Bukan kami, tapi hanya mereka. Mas husband sibuk dengan handphonenya. Sementara saya memangku Kia yang baru saja terbangun karena gelak tawa amma akong (panggilan nenek dan kakek dalam bahasa Zhongwen) itu. Sempat beberapa kali mereka mengajak ngobrol saya karena tertarik melihat Kia. Saya yang mengerti sedikit bahasa mereka yaa hanya bisa angguk-angguk sambil meringis. Okehskip.

Sampai pada akhirnya bus yang saya maksud berangkat mengangkut kami semua untuk naik ke atas. Satu persatu amma dan akong turun di pemberhentian-pemberhentian. Kabut-kabut seolah menghalangi bus untuk melintas. Tapi driver bus tak mau kalah, dengan tangkas beliau menembus kabut, walau jarak pandangan tidak sampai sepuluh meter. Serem lho temans, asli.

Sekitar 45 menit kemudian kami sampai di tujuan : Qingtiangang.



Dan, O Em Ji. Qingtiangang nampak seperti bukan tempat wisata, melainkan seperti rumah yang abis di fogging demam berdarah. Terlihat sempit karena jarak pandang terbatas. Dan, mau gimana lagi, uda sampai juga. Masa iya kami langsung balik pulang. Mau ngga mau ya kami eksplor walau sedikit-sedikit.

Singkat cerita, karena tak ada pemandangan, kami hanya piknik di mini grassland. Kia nampak senang karena baru pertama kali dia melihat dan menginjak grassland. Sambil nyamil sambil berlari. Kalau Kia senang, saya sudah lega alhamdulillah. Dan yang selalu saya syukuri adalah hingga saat ini Kia tak pernah rewel selama diajak bepergian.





Rintik hujan membawa kami tergesa-gesa untuk mencari tempat berteduh. Semakin deras dan semakin deras. Hanya ada satu gazebo ditempat seluas ini dan menaungi tiga keluarga dan sepasang muda-mudi yang sedang berpacaran. Duh duuuh, walau rame begini mereka ya masih menunjukkan kemesraan aja. Gua pelototin nih yang perempuan biar ngga kek perempuan ganjen gitu hahaha, ada anak banyak kecil juga khan. Biar dikata ini negara bebas, tapi saya teteup deh pantang menyerah kalau sudah menyangkut apa yang akan dilihat Kia.


Hujan reda, satu persatu keluarga pergi, termasuk orang pacaran itu. Tinggallah kami di gazebo. Setelah dirasa camilan alpukat Kia habis, baru kami bergegas turun bukit dan menuju tempat pemberhentian bus. Pulang naik bus dengan membawa rasa penasaran.


Kali kedua berkunjung.

Puas dong! Alhamdulillah..

Seperti biasa kami berangkat setelah sholat Jum'at. Kami tidak hanya bertiga nih, tapi ditemani si adik cantik Fatriza. Siapa ituuu???


Fatriza ini teman akrab saat les di English First Kayun Surabaya. Kami berteman dari level Elementary. Kemudian mas husband bergabung di kelas kami level Front Runner 5. Saya berhenti di level 6 karena harus konsentrasi penuh dengan skripsi. Pertemanan itu tetap berlanjut hingga sekarang. Fatriza melanjutkan sarjananya di Taipei, satu kampus dengan mas husband. Dan yak, Fatriza ini hobinya makan, bersyukur banget dong saya, sejak ada dia, saya sudah jarang buang makanan hahaha.

Liburan double ten kemarin, kami sepakat jauh-jauh hari untuk pergi ke Qingtiangang dan Fatriza setuju. Alhamdulillah banget, walau pengunjung banyak tapi tak sedahsyat sesaknya saat liburan awal musim semi tahun lalu waktu kami ke Yangmingshan.


Baca lagi dong : Gagal Dapat Momen Epic di Yangmingshan


Berangkat matahari cerah, perjalanan pun macet karena banyak yang ingin ke wisata Yangmingshan, sampai di Qingtiangang hari sudah sore mulai dingin tapi tak berkabut.




Kami dapat momen epic, melihat sunset yang tenggelam dibalik bukit. Cantik dan syahdu. Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahailallah Wallahuakbar!

Matahari tenggelam diantara gunung.

Taken by me and I love it.
 
Bagaimana Cara Kesana?

Start nya dari MRT Jiantan (jalur merah/red line) ya. Keluar exit 1 lalu cuss ke halte bis yang letaknya disebelah kiri exit. Cari papan halte yang bertuliskan ke Yangmingshan atau Qingtiangang. Nah kalau kami, biasanya ke Yangmingshan dulu naik bus 260. Sampai di tujuan akhir bus 260 (Terminal Bus Yangmingshan), kami oper naik bus kecil nomor 108 dan turun persis di Qingtiangang nya. Mungkin lebih enak lagi kalau naik bus yang langsung turun di Qingtiangang, jadi ngga perlu oper-oper, tapi ya itu kami belum mencoba jadi belum berani merekomendasikan. Buat kamu yang suka berpetualang, tidak ada salahnya mencoba jalur berbeda dengan kami.


Allright!
Selesai juga tulisan tentang Qingtiangang ini, setelah menunggu hilang rasa penasaran hingga dua bulan lamanya.
Semoga tulisannya bermanfaat buat temans pembaca.

Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ^^

Living Mall Taipei, Mirip Sama Markas Power Ranger ?

Masih ingat dengan postingan instagram saya tentang "mantan ranger pink yang berkunjung ke markas?".


Saya sebenarnya penasaran, karena waktu itu kurang puas berkeliling di Living Mall, maka kemarin saya mas husband dan Kia datang kembali untuk berkeliling. Dan tebak siapa yang paling bahagia?

KIA !!!

Karena mall ini memang diciptakan untuk anak-anak dan keluarga. Bagaimana sih penampakannya? So, let's start touring!


Living Mall (京華城) atau yang juga dikenal dengan nama Core Pacific City ini didirikan pada tahun 2001, dengan bentuk yang sangat khas. Bangunan mall merupakan gabungan dari dua bentuk, yakni bentuk gedung L dan gedung berbentuk bola sphere. Total lantai yang dimiliki living mall ada 19 nih temans, 12 lantai keatas dan 7 lantai underground.

Nah, lantai mall ada 19 dan kami datang setelah sholat Maghrib, jadi kami tak mengunjungi semua lantai ya. Kami hanya mengunjungi beberapa lantai mall saja.

Guide floor map from www.web01.livingmall.com.tw

Start dari lantai pertama, dan akan menuju lantai 7. Tapi mas husband ingin ke lantai paling atas dulu haha. Sampai di lantai 12, malah sepi krik krik krik. Sekilas pandang, ada beberapa pintu di lantai 12 ini, nampaknya lantai 12 akan menjadi ramai jika ada yang menyewa ruangan tersebut. Mungkin untuk pesta pernikahan atau pesta-pesta lainnya, feeling saya.

Top Floor. Lantai 12.

Nampak tak ada seorangpun disini, saya pun minta segera turun. Daripada nanti ditangkap security ya, dikira macem-macem, mending ayo cepet turun ke bawah.



CHILDREN'S WORLD

Lantai tujuh, memang di khususkan untuk anak-anak. Jika temans datang kesini lewat pintu mall sebelah utara, maka ada papan besaaar sekali yang menjelaskan tentang tenant per lantai melalui gambar infografis. Saya melihat lantai enam tepat untuk bayi, tapi mas husband kekeuh lantai tujuh yang ada banyak permainan anak. (Lah khan anakmu masih bayi Pak Alam???! --- batin saya). Ngga papa yuk dah daripada berantem yang ngga penting, dijelajahi aja satu per satu lantai mall nya. Jangan kayak orang sussaaahhh~ Debat muluk.

Ada dua tenant permainan di lantai tujuh. Jika keluar dari lift utama, sebelah kiri adalah Knight Castles (騎士堡-小美人魚的家) dan sebelah kanan adalah 職業體驗任意城 atau yang lebih dikenal dengan Baby Boss. Ujung dari ruangan dua tenant ini saling bersambungan, mengingat utama dari bangunan mall adalah berbentuk lingkaran.


Kami masuk ke knight castles dan berkeliling di dalamnya. Sayang beribu sayang saya tak mengabadikan isi didalamnya karena menggendong Kia. Eh salah. Yang benar.. saya lebih memilih tidak terlihat memegang gadget karena it's Kia time.

Mas husband mencoba bertanya, berapa biaya masuk dan bermain di salah satu pool ball nya. Berikut fotonya.

Ngerti ndak...hehe

Ngerti ndak temans pembaca? Ngga? Sama hehe. Saya cuma ngerti arti yang pojok kiri atas saja. Satu jam sewa, kid's dikenakan biaya 250NTD. Tiga jam sewa, kid's dikenakan biaya 750NTD. Dan orang tua yang menemani dikenakan biaya 150NTD/orang. Nah, berhubung kami bukan orang lokal, kami tidak diperbolehkan sewa hanya satu jam. Iyup, kami diwajibkan untuk sewa selama tiga jam. Setidaknya itu yang dikatakan sama mbak penjaganya.

Ew... Jadi kalau kami masuk total bayarnya 1050NTD yak. Kalau di-rupiah-kan.....hmm Jangan kayak orang sussaaahhh~ wakakak, gampar nih. Iya hari ini masuk permainan dan senang-senang, lalu tiga hari kemudian kita nangis-nangis karena ngga ada uang buat makan. Wkwkwkwk. Ngga juga sih, liat jam, uda mau menunjukkan pukul delapan teng. Sementara permainannya tutup jam delapan pula, kalau kami masuk saat itu, yaa eman-eman dong kan cuma main 15 menit tapi bayarnya seribu entede~.

"Maaf ya anaknya Ibu sayang, masuk permainannya lain kali ya... Kalau kita ada rejeki banyak dan datang kesini pas siang-siang". "Iya bu...".


Lanjut!

Kami turun ke lantai enam. Lantai ini juga dijadikan sebagai wahana permainan anak, bedanya dengan lantai tujuh, di lantai enam ini terdapat lebih banyak tenant yang mengusung permainan anak. Diantaranya : Baby Fish 親水會館, Permainan mobil-mobilan untuk anak SD 小學堂漂移卡丁車館, Feibao Indoor Game Park 飛寶室內遊戲樂園&飛寶體操體能館, Taman permainan SD 小學堂遊戲園.

Tak satupun tempat yang kami datangi agar Kia bermain, lantaran tempat-tempatnya pada sepi--tak ada satupun pengunjung atau penunggu wahana permainannya. Apa sudah pada tutup ya? Ini hari apa sih, kok tempat bermain ini sepi, ehh lebih tepatnya lebih sepi daripada tempat bermain di lantai tujuh tadi.

Kami menikmati jajanan yang kami bawa di sebuah tempat duduk dekat dengan salah satu permainan. Mata saya tiba-tiba tersandung pada seorang perempuan yang sedang menemani seorang anak bermain di wahana permainan tersebut. Kami bertabrakan mata dan saya melempar senyuman lalu mengangguk tanda menyapa, sayang sekali hanya dibalas senyum bias.

Yaaa, mbak perempuan tadi merupakan orang Indonesia yang sedang bekerja mengasuh anak. Bisa dibilang begitu karena saya tak melihat nenek atau ada orang (maaf) disabilitas disitu, karena kebanyakan TKI disini kalau tidak menjaga nenek, ya menjaga orang disabilitas atau menjaga anak/bayi, kalau TKI tersebut sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan atau tempat hiburan dan tidak sedang membawa siapa-siapa berarti mereka bekerja di pabrik atau restoran.

Saya senggol dong mas husband. Do'i sudah tau tapi tak ingin menyapa, buat apa juga katanya haha, kan bukan orang tua. Ya baiq. Walau terlihat mas husband cuek, tapi do'i mengutarakan rasa iba nya. Kami ke mall di malam begini untuk refreshing, sementara mbak itu malam-malam begini masih bekerja jaga anak ke mall. Ye khaaan beda ayy, kita kesini keluar duit, beliau kesini dapat duit, batin saya, ha ha.

Usai menghabiskan jajanan, kami lanjut menjelajah ke lantai delapan. Di lantai ini ada beberapa kafe dan beberapa wahana permainan. Saya berhenti di salah satu corner, terdapat satu box besar yang dapat dimuati maksimal dua orang dewasa. Setelah saya amati, box ini rupanya digunakan orang untuk karaoke. Wahahaha unik sekali. Bagaimana cara menggunakannya? Tidak tau secara pasti, tapi nampaknya box ini baru bisa digunakan setelah mengisi uang koin di tempat yang sudah disediakan. Koinnya apa khusus atau koin biasa ya? Nah itu yang saya masih belum tau.

Karaoke Mini

Mas husband berhenti dan iseng menaruh Kia diatas sebuah mobil kereta. Lalu memasukkan beberapa koin nominal 10 NTD. Mobil kereta pun jalan dan Kia sangat senang. Hahahahahaahahaha. Alhamdulillah, anak saya memang tak memerlukan barang yang mahal atau wahhh baru dia bisa senang. Alhamdulillah...



Masih berlanjut di lantai delapan. Di lantai ini pun juga banyak permainan yang berjajar di sepanjang lorong. Kia dengan wajah yang girang mencoba mengamati satu persatu permainan itu.

Beberapa menit kemudian nampak Kia lebih tertarik menuju tangga eskalator yang sedang berjalan. Ewww. Ini buat pelajaran ya teman-teman, kalau ada eskalator atau lift, anak-anaknya harus dikekep ya biar ngga menuju benda itu sendirian. Bahaya nanti kalau dibiarkan. Kia pun langsung saya gendong lalu saya taruh di stroller.

Kami berjalan lagi, enaknya jalan-jalan di mall yang melingkar ini, tidak perlu effort banyak untuk sightseeing hahaha. Tinggal jalan aja ngikutin lorong, sampai deh di tempat semula. Tiba-tiba kami bertemu satu wahana permainan sebelum akhirnya sampai di lift utama. Wahana permainan ini dinamakan Austin Dreamland (奧斯丁夢想樂園).

Berlatarkan warna serba orange jeruk, nampaknya Austin Dreamland lebih ramai pengunjung daripada rumah mermaid (knight castles) yang ada di lantai tujuh tadi. Dan nampaknya pula mereka sudah tidak terima pengunjung lagi karena sudah malam (kelihatan dari wajah perempuan-perempuan penjaga wahananya yang sama sekali tidak melihat kami atau mungkin lebih tepatnya tidak memperdulikan kami). Yaa baiqlah. Saya pun mengajak mas husband untuk hengkang dari sana, ngga suka dooong di-begitu-kaan hahaha. Kan yang namanya pegawai pelayanan harus ramah setiap saat, kalau engga ya siap-siap aja sepi pengunjung. Tapi saya pun curi-curi foto papan info pricelist nya.



Menurut google translate, harga Austin Dreamland ini masih terhitung manusiawi bagi kami hahaha. Terjangkau lah kamsudnya. Untuk anak berusia 1-12 tahun dikenakan biaya 350NTD per 2jam. Untuk anak dibawah satu tahun dan yang perlu penanganan khusus (disabilitas) dikenakan biaya 200NTD per 2jam. Dan orang tua (tunggal) dikenakan biaya 150 per jam per orang. Nah sib, kan mungkin bisa lain kali main kesini. Semoga saja harga yang tertera merupakan harga NETT dan bukan harga pengecualian buat foreign people kayak yang di lantai tujuh tadi hahaha.



ARSITEKTUR YANG UNIK

Sontak saya dan mas husband bebarengan bilang "ini mall kayak markas power rangers", saat pertama kali kami datang kesini. Entah ya kenapa kami bisa flipflop bilang begitu, tapi unik banget gitu arsitekturnya. Mallnya gabungan dari bentuk lingkaran dan balok kemudian ada banyak wahana dan permainan anak didalamnya. Kemudian detail dari edge terluar bentuk lingkarannya yang terperinci banget. Orang-orang Taiwan memang suka yang anti-mainstream kok! Salute...

Round shape, tampak dari luar mall.

Lihat detail nya!


Masih belum paham juga fungsinya.

Area bawah round shape. Digunakan sebagai area bermain orang dewasa.



SAAT KALI PERTAMA KAMI DATANG KE LIVING MALL

Saat kami pertama kali datang kesini, hmmm, tujuan kami adalah untuk makan haha. Alhasil kami hanya menjelajah sedikit bagian mall.

B3 adalah lantai yang kami datangi untuk makan. Di lantai ini ada beberapa toko makanan dan tempat permainan. Tapi permainannya bukan untuk bayi atau anak dibawah usia lima tahun ya.

Lalu kami menuju lantai tiga karena ada Daiso disitu hihihi. Belanja dong jadinya. Di lantai tiga ini hanya ada dua gerai ya, Daiso dan Nitori. Keduanya sama-sama bisa menyanding "home and furniture need it". Sempat berkeliling sebentar, rupanya Nitori hampir mirip dengan Informa kalau di Indonesia.

Pintu masuk dan keluar Living Mall ada di lantai satu. Di lantai B1 (dibawah lantai satu), juga terdapat Cinemark Theater. Pingin sih waktu itu nonton, uda setahun ngga nonton bioskop hiks, tapi... memikirkan Kia, sepertinya masih belum memungkinkan jika Kia diajak nonton bioskop. Jadi harus puasa nonton bioskop dulu ya, sabar...



Begitulah isi dari mall yang mirip sama markas power ranger ini. Butuh waktu seharian kayaknya kalau mau berkeliling isi mall. Tapi kalau mau seharian berkeliling isi mall, pasti mas husband banyak nyeletuknya lalu ujung-ujungnya bilang : ratu mall Surabaya kini berubah jadi ratu mall Taipei. Wakakakak.

Menikmati Senja Di Wisata Ikonik Taiwan, Jiufen

Jika tidak ke Jiufen, bukan ke Taiwan namanya!
Kata orang-orang yang akan plesir ke Taiwan. Mereka ini seperti kurang afdhol rasanya kalau ke Taiwan tapi ngga ke Jiufen. Apa iya?


Awalnya saya tidak meyakini itu, karena ada banyak sekali wisata cantik di Taiwan, tak hanya Jiufen (九份). Walau saya tidak meyakini, tapi rasa penasaran di hati masih ada. Bahkan di awal-awal kedatangan kami ke Taiwan, destinasi pertama wisata kami suatu hari nanti adalah Jiufen. Hanya melihat medannya secara sekilas, saya sempat khawatir akan terlalu berat nanti wisata kesana, apalagi Kia masih belum bisa berjalan--pikir saya waktu itu.

Lalu keinginan dan kesempatan muncul bersamaan. Setelah sholat Jum'at kemarin, kami langsung cus ke Jiufen.


Naik Apa?

Ada banyak sekali transportasi umum yang akan mengantarkan ke tempat wisata Jiufen, mengingat semua transportasi di Taiwan sudah terintegrasi dan dalam penggunaannya sangat dimudahkan. Kami memilih transportasi yang tidak memakan waktu lama : kereta. Yup, mungkin temans yang memiliki bayi atau anak bisa memilih transportasi kereta agar tidak berlama-lama di perjalanan.

Start kami di Taipei Main Station ya. Kami berencana naik TRA (kepanjangan dari Taiwan Railways Administration atau 台灣鐵路管理局), kereta lokal utama yang rel nya berada diatas (bukan underground seperti MRT ya) dan mencakup seluruh kota besar di Taiwan. Kalau di Indonesia, TRA seperti kereta Penataran (Sby-Mlg) atau kereta Bima (Jkt-Mlg).

Sebelum naik TRA, kami harus membeli tiket tersebut di mesin tiket yang ada di samping kiri dan kanan pintu masuk TRA. Tidak ada petugas yang menjaga mesin dan kita harus melakukannya sendiri. Tapi tak perlu khawatir ya, karena di bagian atas mesin terdapat cara penggunaannya. Kami memilih tujuan akhir di Ruifang Station, stasiun terdekat dengan Jiufen.

Yang digunakan untuk membeli tiket adalah hanya uang koin dan kartu magnet. Kami tak punya kartu magnet sehingga paling mudah ya membeli dengan uang koin. Jika temans kebetulan tak punya uang koin, ada kok mesin penukaran uang tepat disamping mesin tiket. Kata mas husband : Taiwan ini ada-ada aja ya, selalu ada jalan untuk mempermudah sesuatu.

Mesin tiket TRA.

Informasi penggunaan mesin tiket.

Mesin penukaran uang kertas menjadi uang koin.

Setelah mendapat tiket, kami masuk melalui pintu masuk, tentunya harus dengan memasukkan tiketnya terlebih dahulu ke dalam mesin pintu. Tiket tersebut akan keluar di ujung mesin setelah gerbang kecilnya terbuka. Tiket tidak boleh hilang ya, karena nanti saat sudah sampai tujuan, tiket harus ditunjukkan ke petugas. Kami naik ke atas (platform 4) dan segera menaiki kereta (kebetulan kereta yang akan kami naiki sudah stand by).

Gerbang tiket TRA.

Masukkan tiket dulu ya.

Tiket berlubang dibagian tengah atas, tanda sudah "dicetok" mesin dan boleh naik kereta.

Dengan TRA, Taipei-Ruifang memakan waktu hampir satu jam, pemirsaahhh. Tapi itu tak terasa karena disepanjang perjalanan, kita disuguhkan dengan pemandangan yang cantik, dijamin tak akan bosan.

Bagian luar TRA.

Dalam TRA. Baru tau ada yang makan dalam TRA, entah diperbolehkan entah tidak.

Eh ada Ria Enes dan Suzan, versi sipit.

Sampai di Ruifang Station, kami keluar menuju exit 3. Di stasiun Ruifang ini tersedia taksi yang khusus mengantarkan langsung ke Jiufen Street, harga yang ditawarkan sekitar 200-250NT ya. Taksi bisa jadi alternatif juga jika temans ingin cepat sampai ke Jiufen.

Ruifang Station.

Kami lebih memilih naik bus, selain murah juga saya ingin membiasakan Kia menggunakan transportasi umum dan berkenalan dengan orang lokal. Setelah dari exit 3 tadi, kami berjalan beberapa meter dari sebelah kiri stasiun (melewati family mart dan 85 cafe) dan berhenti di stasiun bus. Agak ribet ya memang, tapi jika kita lihat patokan Gmaps maka kita tidak akan kesasar. Dari sini kami naik bus 965 menuju Jiufen Street. Kalau dilihat di map halte, ada lima bus yang menuju Jiufen. Kami memilih 965 karena bus itu yang datang lebih dulu, kok ya beruntungnya kami bus ini bus eksklusif sama seperti bus dari Taipei menuju Zhongli.


Baca juga : Gara-gara #TSWIM, Kami Bisa Berlibur ke Zhongli Part 1 dan Part 2


Sekitar 15 menit kemudian bus berhenti Jiufen Street. Duh ya, dahsyat banget emang driver bus-bus Taiwan ini. Sepanjang medan menuju Jiufen adalah jalan yang berkelok-kelok hampir 360 derajat mirip dengan jalan menuju Wulai, jalanannya pun sempit dan pas banget jika dilalui oleh dua bus, tak jarang bus kami sisipan dengan bus lain dari arah berlawanan, dan yak--ini agak ngeri-ngeri sedap kalau temans kebetulan duduk disamping jendela kaca.

Oke skip aja perjalanannya ya, yang penting diawal perjalanan sudah berdoa dulu jadi semua dipasrahkan saja sama Allah. Lanjut ke perjalanan Jiufen.


Pemandangan Yang Luar Biasa

Tak jauh dari tempat kami turun bus, ada spot yang memiliki dua lantai dan beratap, yang mungkin dikhususkan untuk pengunjung melihat pemandangan. Dari spot ini, kita bisa melihat jauh dataran hijau dan samudera Taiwan (atau kalau di peta bernama Yinyang Sea).




Selamat datang di padatnya Jiufen Old Street

Mau bilang buat temans yang tidak suka tempat sempit dan padat orang, hmmm, lebih baik pikir ulang jika mau Jiufen Old Street, jangan sekali-kali datangnya saat weekend atau hari libur. Hmm kayak kami nih, masya allah uda kayak mau pingsan aja #HahaLebay.

Entrance Main Gate Jiufen Old Street.

FYI, kawasan Jiufen ini dulunya adalah sebuah desa kecil yang terisolasi. Hingga saat Taiwan masih dijajah Jepang pada tahun 1893, ditemukan tambang emas yang kemudian menjadikan Jiufen berkembang. Selama Perang Dunia ke 2, kawasan Jiufen menjadi tempat penampungan tahanan pasukan sekutu yang mana tahanan tersebut dipaksa untuk bekerja di tambang emas. Waktu berlalu dan kegiatan tambang emas menurun. Hingga sekarang, kawasan Jiufen dijadikan tujuan wisata untuk mengingat sejarah dan budaya Taiwan.

Jiufen Old Street tidak jauh berbeda dengan old street--night market lainnya di Taiwan dalam hal produk yang dijual, aksesoris, jajanan dan souvenir. Namun yang bikin beda adalah tata letaknya. Jika kebanyakan old street dan night market berjajar rapi secara horisontal, di Jiufen Old Street ini gerai-gerai tokonya berjajar rapi secara diagonal dan vertikal. Ya musti ya, karena Jiufen ini letaknya di pegunungan, maka kontur bangunan dan jalanannya harus mengikuti datarannya.

Tertata apik dan lengkap. Jalanan yang dibuat halus menanjak pun juga sistem drainase bagus. Juga ada ATM dan kotak pos.

Karena kontur bangunan dan jalanannya itulah yang membuat kami maju-mundur mau ke Jiufen. Bisa ngga ya bawa stroller,, kalau ngga bisa terus ada tempat istirahat gratis ngga ya disana (hehe emak-emak emang suka gratisan) kan secara ngga bawa stroller berarti harus gendong Kia bergantian. Tapi yaa, kami emang sukanya nekat, kalau kata Mas Dafa nya Cak Ikin "Dipikir ambek mlaku ae rek!". Jadi kami cuma berbekal doa dari rumah, bismillah, jalan. Dan Alhamdulillah... Lancar sampai pulang.

Buat temans yang mau ke Jiufen sambil membawa stroller tidak perlu khawatir. Jalanan utama Jiufen Old Street dibuat sedemikian rupa sehingga semua yang beroda bisa lewat, yeaiy!

Menyusuri jalanan utama, buat saya penasaran, ada apa di ujung jalan sana?

Sejumlah pemandangan cantik kami dapatkan disini. Sayangnya kami harus bersabar mengantri karena banyak sekali pengunjung yang datang.




Ujung jalan utama Jiufen Old Street adalah sebuah perbatasan. Terlihat sekali perbedaan dari sebuah perbatasan tersebut. Adalah nampak seperti sebuah pertigaan : rumah kuno yang terbuat dari kayu (sebagian masih ada yang menempati sebagai rumah usaha dan sebagian lagi dibiarkan kosong lagi usang), kemudian ada rumah yang modern terbuat dari bukan kayu, kemudian ada tangga menuju kebawah yang terhubung dengan jalanan beraspal-berkelok dibawah. Benar-benar sebuah pemandangan yang cantik dan diluar dugaan saya. Sayang sekali saya tak sempat mengabadikannya.


Berebut Foto Di Spot Ikonik Jiufen

Sebenarnya ngga berebut juga sih. Tapi biar heboh dan lebay gitu, saya bikin heading begitu hehe.

Asli ya, ini padahal baru hari Jum'at, tapi pengunjungnya ini masya allah. Semakin malam semakin ramai.

Crowded parah!

Mas husband "memaksa" untuk mampir ke spot ini sebelum pulang, karena dibilangnya rugi kalau ke Jiufen ngga sempat berfoto atau bahkan melihat spot ikonik ini. Alhasil lah kami dengan suka rela (mas husband suka, saya rela) berdesak-desakan mengantri turun-naik tangga yang jumlahnya ngga bisa dihitung dengan jari, sambil menggendong Kia dan stroller. Untung ya sebelum berangkat tadi sudah makan, kalau belum makan gitu saya bisa pingsan ditengah antrian. Sudah panas, syumuk, sesak-desak, ya wes gitulah.

Pas sudah sampai, mas husband menggendong Kia lalu menyuruh saya untuk pergi ke satu sudut (yang sudah tentu penuh dengan kerumunan orang) dan berfoto disana. Lho kok aku sendiri ayy?

Sedikit kebingungan lantaran spot ikonik masih belum terlihat--masih sibuk dengan pemandangan orang-orang--maklum ya saya orangnya ngga tinggi tinggi amat. Saya mencari kesana kemari mana yang disebut mas husband, dan yak! Ikon unggulan Kartu Pos Taiwan pun muncul didepan mata. Hahaha, masya allah, subhanallah. Sebegitu cantiknya ya sampai orang-orang rela antri begini. Rela antri untuk berfoto dan masuk ke gedungnya.



Karena saya sendiri, saya leluasa mengabadikan gedung cantik ikonik Jiufen ini. Tanpa saya sadari penuh, saya menawarkan diri untuk mengabadikan gambar sebuah keluarga kecil yang baru datang untuk berfoto. Keluarga kecil ini rupanya dari negara Korea Selatan dan ikut salah satu rombongan group tour ke Jiufen. Alhamdulillah mereka terlihat puas dengan hasil jepretan saya. Dan entah mengapa pula saya menolak tawaran mereka untuk gantian difotokan. Kami sama-sama tersenyum dan say goodbye.

Saya jadi iri sebenarnya, masa' cuma saya sendiri yang berfoto disini. Saya pun kembali ke tempat mas husband menunggu dan memaksa do'i ikut berfoto di spot tadi. Bermodal tongsis yang saya bawa, akhirnya kami dapat foto kenang-kenangan di spot ikonik Jiufen.



Oleh-Oleh Khas Jiufen, Apa Ya?

Entah mengapa saya bersi-keras untuk tidak pernah beli souvenir tiap berkunjung ke tempat wisata di Taiwan. Selain karena saya akan menetap di Taiwan untuk waktu yang lama dan toh juga bisa sewaktu-waktu kembali ke tempat wisata tersebut. Pun juga produk yang dijual di Jiufen Old Street tak banyak berbeda dengan yang dijual di Night Market wisata dekat apartemen kami. Namun ternyata dalam hati saya kali ini berkeinginan untuk membeli sesuatu barang di Jiufen, tapi apa ya yang bisa dibuat kenang-kenangan dari Jiufen untuk kali pertama?

Teringat saat berjalan di jalanan utama Jiufen Old Street, saya mampir ke sebuah toko yang menjual aksesoris berbahan dasar kulit seperti gantungan kunci, dompet dan tas. Yang unik dari toko ini, adalah penjualnya bisa memberikan nama di setiap produk yang dijualnya. Pikir saya, kan unik ya jika saya membeli salah satu produknya yang simpel lalu terdapat nama LIMAURA.COM. Kan bisa jadi branding gitu kalau dilihat orang-orang lokal hehehe.

Sebelum kembali ke tempat toko tersebut, saya menawari mas husband pula. Tapi mas husband menolak. Dan belakangan saat perjalanan pulang, saya kok jadi getun karena tak membelikan mas husband juga hiks. Kebiasaan kalau beli musti couple-an lalu ngga beli couple-an itu.... gimanaa gitu rasanya.

Dan hfuallah, ini dia souvenir yang saya miliki dari Jiufen.




Go Home, Saya Senang dan Alhamdulillah...

Yap, perjalanan kali ini sungguh membuat saya lega. Akhirnya kesampaian juga ke Jiufen nya. Hari pun mulai gelap. Kami bergegas menuju stasiun bus terdekat (berada di sebelah utara gerbang masuk utama Jiufen Old Street). Mengantri lagi (tapi tak sepanjang antrian ke spot ikonik Jiufen sih). Kami naik bus pertama yang datang, bus 788 menuju Ruifang Station.

Halte terdekat dari Jiufen Old Street.

Pemandangan senja dari halte.

Sampai di Ruifang Station, kami masuk Gate 3, membeli tiket TRA tujuan Taipei Main Station dan berakhirlah perjalanan kami hari ini, alhamdulillah.




Sampai jumpa di cerita Next Trip ALK selanjutnya...^^