Menikmati Sensasi Pedas Mi Rampok Ngagel Surabaya

Halo~
Sudah lama ya aku tidak me-review hal-hal yang berbau makanan. Hihihi, soalnya jarang makan diluar siii, akunya lebih suka masak sendiri dan makan di rumah. Untuk itu kali ini aku ingin bercerita tentang tempat makan di Surabaya yaa, boleh yaa.

Jadi ceritanya hari kemarin aku sempat ngidam kepingin makan mie tapi bukan mie instan, dan yak kebetulan hari ini ada sohib yang ngajakin makan diluar, aku tanya mau makan menu apa dan dimana, dan dia jawab mau makan mie rampok. YESS, sip, cocok, tanpa basa-basi aku langsung menerima ajakan sohib plek dari aku umur 4 tahun ini.


Temans yang suka klinong-klinong sekalian kuliner pasti sudah tau nih tentang Mie Rampok. Yak, mie rampok ini salah satu tempat kuliner asli Surabaya yang memiliki konsep unik berupa makan dalam penjara. Yang bikin seru, dengan mengusung tema penjara, mereka sangat totalitas dengan konsep tersebut. Dari suasananya yang menyerupai sel-sel penjara, outfit yang dipakai pegawainya mirip kostum untuk tahanan, hingga menu makanannya pun disajikan berbeda. FYI, mie rampok merupakan franchise dibawah naungan CV Mbledos Group yang memiliki cabang kemitraan di kota Lamongan, Lampung dan terakhir di Makassar. Mie rampok buka beberapa cabang di Surabaya, kebetulan yang dekat dengan rumah ada di cabang Ngagel, cus lah kami kesana setelah hujan reda. Hujan hujan, dingin seru, makan yang hangat lagi pedas, siipp weesss.

Sampai di TKP, kami disambut oleh mbak dan mas pelayan yang memakai outfit ala-ala penjara gitu (kaos dan celana bermotif strip hitam dan strip putih - mirip motif kulit zebra, bertuliskan "mie rampok"). Sebelum kita masuk, duduk dan memesan menu, ada aturan mainnya sendiri.


Kita tidak boleh langsung masuk kedalam melainkan harus memesan menu terlebih dahulu. Didepan pintu, kita akan disapa oleh seorang mbak pelayan yang bertugas mencatat menu yang akan dipesan. Lalu bagaimana dengan menunya? Kita yang baru pertama kali kesini ya mana hafal sama menu-menunya... Jangan khawatir, daftar menu telah terpampang besar didepan pintu. 

Setelah menu utama (makanan dan minuman) yang kami pesan dicatat dan dikonfirmasi oleh mbak pelayan tersebut, kami dipersilahkan untuk masuk dan duduk menunggu panggilan. Mari kita tunggu seberapa lama koki nya menyediakan menu utama pesanan Anis Mi Cambuk (mi kering level 3)+Bajak Laut (mocca coffee),  dan menu utama pesanan Aku Mi Coro (mi basah level 1)+Koruptor (es chocolate).


Sekitar 10 menit berlalu, kemudian nama Anisa dipanggil melalui mic sehingga sound nya yang terdengar hingga seluruh sudut tempat mie rampok. Jadi ceritanya ternyata tujuan dari sohib plekku ini mengajak makan diluar adalah ingin mentraktir aku dan bertemu dengan koki mie rampok yang ganteng (katanya). Sayangnya kokinya sedang tidak bertugas hari ini... Belum beruntung kamu nis...

Tempat kokinya bertugas
Intermezzo**Tak banyak sahabat yang aku punya, Anis adalah salah satunya. Kami berkenalan saat aku berumur 4 tahun dan dia berumur 5 tahun ketika kami sama-sama mengaji di tempat ngaji milik Bu Toyib. Pertemanan terjalin hingga sekarang dan semoga sampai tua hubungan akan selalu baik.

Ingin melihat Anis itu seperti apa? Boleh lho baca ini Celebrate Our Birthday Together 

Anis langsung beranjak dari tempat duduknya dan  mengajak aku ketempat mengambil makanan. Dan akupun berhenti melakukan jepret-rekam dengan kamera androidku ini.

Di sekat pertama, Anis memilih dua klakat dimsum sebagai makanan tambahan. Klakat tersebut masing-masing berisi ceker dan shaomai crab. Aku sengaja tidak memesan dimsum karena pasti perut akan sangat penuh nantinya. Aku menghindari itu hihihi.

Bergeser ke sekat kedua, ada 4 sajian toping yang tersedia diatas meja. Anis pun memilih 2 toping, toping Satpam dan toping Polisi (ayam, udang dan sayur). Aku memilih 2 toping, toping Satpam (toping yang berisi ayam dan nori) dan toping Satpol PP (ayam, udang dan nori). Di sekat kedua juga disediakan berbagai saus-sausan, seperti saus sambal, saus tomat, mayonaise ori dan mayonaise keju.

Lanjut ke sekat ketiga. Disini minuman kami telah diletakkan dekat meja kasir. Setelah membayar, kami boleh mengambil pesanan dan menikmati cita rasanya.

Mau lihat menu yang kami pesan? Ini dia..

Mi Cambuk (level 3 = 35 biji cabe)

Es Mocca Coffee

Mi Coro (level 1 = 10 cabe)

Es Chocolate

Dimsum Ceker

Dimsum Shomai Crab

Price :
1. Mi Cambuk   Rp 9.000,-
2. Mi Coro   Rp 10.000,-
3. Es Mocca Coffee   Rp 8.000,-
4. Es Chocolate   Rp 8.000,-
5. Toping     Rp 4.000,-/biji
6. Dimsum Ceker   Rp 10.000,-
7. Dimsum Shaomai Crab   Rp 10.000,-


Diluar dugaan, mi coro yang aku pesan sangat pedas luar biasa (iyalahh lomboknya ada sepuluhh). Tapi cita rasanya yang beda membuat ingin terus memasukkan mi dalam mulut, tidak peduli seberapa pedasnya. Bagaimana dengan mi cambuk yang dipesan Anis? Aku memberanikan diri incip sedikit punya Anis, dia mempersilahkan dengan senang hati.

Rasanya Masya Allah! Aku ngga kuwaattt, pedes gilak! Tekstur mi cambuk cenderung lebih kasar karena tidak berkuah, berbeda dengan mi coro yang lembut banget. Anis menilai mi cambuknya kurang asin (barangkali rasa asinnya kalah sama rasa pedasnya, nis…) dan menilai mi coro yang berkuah lebih enak dibanding mi cambuk yang kering. Kalau menurutku, cuma dua kata : Enak dan Pedas.

Saking pedasnya aku tidak berhenti nyeruput es cokelat milikku yang rasanya seperti pop ice rasa coklat biskuit. Perut yang semula mendidih kepanasan, setelah minum es cokelat panas diperut berangsur-angsur mereda.

Piring Anis sudah kosong sementara piringku masih utuh. Dia sudah mulai move ke dimsum yang dipilihnya, sementara aku masih berjuang menghabiskan makanan utamaku. Sumpah ya, jika temans perutnya tidak kuat makan pedas, jangan coba-coba pesan menu dengan level diatas 1.


Anis mempersilahkan aku untuk makan dimsum pilihannya. Duuh, baik banget yak ^^. Dimsum ceker rasanya oke punya. Pertama kali nempel dilidah, ceker berasa ada pahitnya. Kedua dan seterusnya rasanya berubah, seperti ada campuran bedak dalam bumbunya. Kok bisa tau itu rasa bedak? Soalnya aku pernah iseng masukin sedikit bedak ke lidah xixixi *nyengir. Kemudian aku incip dimsum somay isi daging kepiting, enak paraaahh !!!. Tapi.. Harus tau diri lah aku, ga boleh minta incip lagi…

Aku masih berjuang untuk menghabiskan mi coroku, hingga suatu ketika perut dan tenggorokan aku benar ga kuat dan Anis mau menghabiskan mi coro aku hihihi. Daripada mubazir lho… Ini yang dinamakan friendship goals. Aha! Kami bergegas pulang setelah sama-sama menenangkan isi perut selama kurang lebih 30 menit. Dan, ini sudah lewat jam malam perempuan hihihi, kami sampai rumah sekitar pukul 9.30 malam.

Nah, temans, kalau kalian ingin mencoba menikmati sensasi pedas mi rampok, langsung aja datang kesini. 

Mie Rampok Cab. Ngagel
Jl. Ngagel Jaya Selatan Surabaya
Open Monday - Sunday, 14.00 - 22.30 WIB

Engagement Day


Sembunyikan lamaran/pertunangan, sebarkan berita pernikahan.

Adalah hadits nabi yang saya terapkan di hari spesial dan sepenuhnya didukung oleh orang tua, yap, saya sangat sengaja tidak mengumumkan berita lamaran dan pertunangan bahkan dari sahabat-sahabat terdekat (maafkan ya sis…). Maunya dirahasiakan sampai ke akad nikah, tapi mulut dan jemari ini rasanya gatel sekali tidak segera bercerita tentang hari bahagia pada orang terdekat, termasuk pada pembaca setia blog ini.

Pertama kali saya terbuka mengenai My E-day ini yakni selang satu minggu lebih satu hari dari hari lamaran (yakni hari Senin) saya bercerita pada sahabat SMA yang kini berprofesi sebagai dokter muda, tiga hari kemudian (hari Kamis) saya bercerita pada sahabat sedari kecil yang tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah, dan tepat dua minggu setelah lamaran saya bercerita pada salah satu sahabat UKM khusus UNAIR. Sampai sekarang pun saya masih belum bercerita pada sahabat saat kuliah (dan skripsi bersama) serta saudara-saudara paskibra. Oh.. Mungkin nanti ada waktunya.

Ini malah jadi curcol ya, --penulis bebas menulis apa saja asal tidak menyinggung SARA-- hihihi. Temans mau kan dengar cerita saya? Jadi begini lho ceritanya,..


*O*

4 Desember 2016 pagi pukul 10 lebih 17 menit, rombongan keluarga do’i datang kerumah dengan resmi dan diterima dengan baik oleh keluarga saya.


Berdasarkan pengalaman keluarga saya, jika melamar seorang perempuan (kebanyakan saudara sepupuku itu cowo sis, jadi seringnya saya mendengar cerita dari para tetua keluarga yang datang melamar) hanya membawa para tetua saja, yang muda-muda dan belum menikah tidak diperbolehkan ikut serta, kata bude pakde yang belum menikah sangat tabu mengikuti acara lamaran. Ternyata berbeda dengan adat keluarga do’i ya, semuanya diajak serta bahkan anak kecil pun juga ikut. Tak khayal saat itu rumah saya mendadak jadi ramai dan penuh. Ditambah rombongan keluarga do’i membawa banyak hantaran, Subhanallah…

"sebagian" hantaran
Ramah tamah antar orang tua (rombongan perempuan duduk bercengkerama rumah sementara yang laki-laki di halaman) berlangsung setelah hantaran dipindahkan ke kamar saya, karena sibuk berpindah dari dapur ke kamar kemudian ke dapur lagi untuk menata makanan dan hantaran, saya tidak mendengar jelas hal-hal apa saja yang sedang mereka perbincangkan.

Sekitar 30 menit kemudian, saya dipanggil ke ruang tamu untuk bersalaman dengan rombongan keluarga do’i dan duduk di tengah, do’i pun melakukan hal yang sama : menyalami dan berkenalan dengan keluarga besar saya kemudian duduk di tengah ruangan. Acara tukar cincin pun berlangsung. Dengan dimoderatori bapaknya do’i, ibu do’i memakaikan cincin di jari saya. Sempat ramai ketika ibu do’i meraih tangan kanan saya, dan bude-bude saya berkata dengan nada tinggi, “lhooo itu tangan kiri yang dipakaikan, kan belum akad nikaaahh”, saya jadi bingung salah tingkah, tak ingin mengulur waktu saya langsung memberikan tangan kiri ke ibunya do’i. Selanjutnya ibu saya bergantian memakaikan cincin ke jari manis kiri do’i. Ruangan menjadi sedikit lebih gelap (padahal sudah pakai lampu yang paling terang lho) karena beberapa orang berdiri menutupi cahaya matahari dari jendela dan pintu untuk mengabadikan moment itu. Kami berdua jadi artis sehari, kata do’i.




Selesai acara tukar cincin, waktunya makan-makan #ehh. Saya sangat bersyukur menu buatan sepupu dan ibu saya cukup untuk dibagikan ke seluruh hadirin (termasuk keluarga saya). Pasalnya do’i menjanjikan hanya ada 15 orang yang hadir namun kenyataannya yang datang dua kali lipatnya,, yak sempat cemas bin dagdigdug lah takut makanan tidak cukup otomatis nantinya keluarga saya yang sepuh sepuh ini harus mengalah tidak menikmati hidangan makan siang, tapi ya Allah saya bersyukur Alhamdulillah semua kebagian dan tidak kurang satupun. Fiuh.

Acara hari ini berlangsung sangat singkat – tidak sampai dua jam, suara mbah putri terdengar sampai ke dapur ketika mengajak rombongan untuk pulang. Setelah saling bersalaman, rombongan meninggalkan rumah. Angsul-angsul pun diantarkan oleh sepupu laki-laki, bapak dan saudara laki-laki ibu sembari menghantarkan rombongan ke kendaraan mereka.

*O*


Sekarang saya resmi jadi tunangan dan calon istri Wahyu Alam,, WOW,, hihihi, sebuah kejadian yang tidak pernah bisa saya bayangkan. Harap cemas senang khawatir jadi satu dipikiran, but I always try to keep my mind slow and think positive. Dan kini saya sedang menuju tapak yang sudah semestinya dialami perempuan : menikah dan berkeluarga. 

Keluarga do’i sudah mengajukan tanggal akad nikah berdasarkan perhitungan Jawa dan bude-bude saya menyetujui karena perhitungan mereka sama. Untuk tanggalnya masih dirahasiakan ya, tidak boleh sesumbar dulu takut ga jadi (naudzubillahmindzaliik)..

Terakhir, saya mohon doa ya teman-teman pembaca, semoga urusan saya dan urusan kita semua diijabah dan dilancarkan Allah SWT, aamiin. Sampai jumpa di cerita saya berikutnya ^^


Hari Keempat, Bangkalan, Putih



Bangkalan - "Bangun tidur kuterus mandi" adalah rutinitas dini hari bersama mbak Erna dan Nila selama kegiatan #MenduniakanMadura berlangsung. Kali ini aku mandi rada merinding dan terburu-buru sebab letak kamar mandi yang jauh dari penginapan dan lampu kamar mandi yang remang-remang. Walah… #OKEHSKIP.

Kegiatan #MenduniakanMadura berakhir hari ini dan kebetulan acara hari ini hanya sampai siang hari. Sedih.. Kok hari-hari jadi cepat banget ya… Yang bikin tambah sedih, ketika mbak Indah Juli berpamitan lebih dulu karena harus menghadiri acara beliau selanjutnya, kereta tak bisa menunggu dan tiketnya tak bisa ditukar, see you soon ya mbak Indah ^^.

Agenda hari ini kami akan mengunjungi Infrastruktur Jalan di Universitas Trunojoyo yang dibangun oleh BPWS dan berkunjung ke Tresna Art. Awalnya setelah sarapan, kami akan pergi berkunjung ke sebuah Goa di Koalas, namun karena semalam hujan deras dipastikan akses jalanan menuju kesana kurang aman. Alhasil, kami membuat acara sendiri di rumah utama. Sembari menunggu perwakilan sarah sehan dengan klebun setempat, kami bersenang-senang, tiada lain dan tidak bukan #halah melainkan berwelfie ria.

Pagi buta...

Sarasehan dengan SKPD setempat

Konferensi pers

Iihhh

Laugh ! 

FRIENDS !

Saya beruntung dipegang tangan dan dirangkul blogger-blogger kece Bekasi dan Medan ^^

Never stop welfie

Terima kasih atas hari-hari yang nyaman Kwanyar, kami pamit…

Blogger Indonesia dan pemuda Kwanyar

Kami menuju balai Kwanyar untuk menjemput bis, kemudian langsung cuss menuju Universitas Trunojoyo.


Efek begadang : ngantuk di pagi hari. Dan aku pun ketiduran dalam mobil, bangun-bangun ada di pom bensin dan kebingungan. Ya nasib, aku ga dibangunin pas lihat infrastruktur di Universitas Trunojoyo xD. Dan anehnya mata ini berat sekali ditahan untuk tidak terpejam, akupun ketiduran lagi…

Aku terbangun karena suara walkitoki yang dipegang do’i ramai : kita harus berhenti untuk ambil video mannequin challenge, tapi dimana?

Akhirnya mobil pengawalan, bis, dan mobil panitia berhenti di tepi pantai desa Sukolilo kecamatan Labang. Dari sini terlihat pemandangan gagahnya jembatan Suramadu, penghubung pulau Madura dan pulau Jawa.

Dengan mata setengah watt, aku keluar dari mobil agar Nila dan Mahdus yang duduk dikursi belakang bisa ikut keluar. Dan kita berpose untuk mannequin challenge. Ini dia video mannequin challenge yang diambil oleh dan diupload di channel yutub milik mas Pardi (Ponorogo).



Puas menikmati pemandangan jembatan suramadu, kami move ke destinasi selanjutnya : Tresna Art. Galeri Tresna Art berada di jalan KH. Moh. Kholil XII. Coba lihat deh tempatnya, instagramable banget!

Gerbang masuk

Bernuansa perpaduan Jawa, Madura dan Bali 

Beragam koleksi batik 

Endorse?



Setelah melihat postingan ini jadi tertarik ingin berkunjung? Langsung aja datang ke Bangkalan.

Do'i dihubungi oleh bapak Abi pemilik Ole Olang Resto dan diminta membawa rombongan Blogger Indonesia datang ke restoran beliau untuk makan siang dan beristirahat karena telah disiapkan menu baru yang siap dilaunching. Hmmm, sebenarnya ini diluar rundown acara. Setelah dirembuk dengan panitia, akhirnya kami dan rombongan setuju untuk datang ke Ole Olang Resto.

Di sponsori oleh Ole Olang Resto

Acara penutupan pun diadakan di Ole Olang Resto. Panitia yang diwakili oleh do'i a.k.a Wahyu Alam menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya atas partisipasi #BloggerIndonesia dalam kegiatan #MenduniakanMadura dan #JejakBPWS selama 4 hari 3 malam ini. Sebagai hadiah tambahan, panitia menyeleksi blogger untuk menerima hadiah. Pembagian hadiah dibagi menjadi beberapa katagori : Blogger Terjauh, Blogger Teramai, Blogger Terdiam, Blogger Terkreatif, Blogger Sesepuh, Blogger dengan postingan Instagram Termenarik, dan Blogger yang nyambi sebagai Fotografer Terunik.

Untuk katagori Blogger Terjauh diberikan pada mbak Molly yang berasal dari Medan. Katagori Blogger Teramai diberikan pada mbak Atanasia Rian dari Jogja. Katagori Blogger Terdiam jatuh pada Andi dari Jogja. Katagori Blogger Terkreatif diberikan pada mbak Mira Sahid dari Bekasi. Blogger Sesepuh Plat M diberikan pada om Budiono dari Surabaya. Blogger dengan postingan Instagram Termenarik jatuh pada mas Virman dari Klaten. Blogger yang nyambi sebagai Fotografer Terunik diberikan pada mas Pardi dari Ponorogo. Semoga para pemenang suka sama hadiahnya ^^.

Nah, karena ini hari Jum'at, para pria langsung segera pergi ke masjid terdekat untuk melaksanakan sholat Jum'at. Sementara yang wanita beristirahat dan saling sharing.

Usai sholat Jum'at, pak Abi dan bu Lela pemilik Ole Olang Resto datang dan memberikan sambutan sederhana. Dalam menjelaskan arti menu baru Ole Olang Resto : bebek cetar, pak Abi membawa sebuah pecut tali kemudian memecutkan keudara. WOW. Sebagai pendatang baru di Madura, aku semakin penasaran bagaimana rasa dari makanan asli Ole Olang Resto.

Tanpa basa-basi lagi, pak Abi dan bu Lela mempersilahkan kami untuk menyantap hidangan yang telah disediakan, menu baru bebek cetar dan minuman. SUMPAAHHH uwenak parah! Pedesss dan bikin ketagihan. Temans wajib cobaaakk ! Sayangnya aku tidak sempat mengabadikan menunya... Dan beberapa teman pun juga tidak sempat memfoto, hmmm...


Secara bergantian beberapa blogger berpamitan dan diantar dengan mobil panitia menuju Surabaya usai makan siang, ada yang ke stasiun dan ada pula yang ke bandara. Beberapa panitia pun juga ikut berpamitan karena nebeng bis milik CV. Ada pertemuan sudah pasti ada perpisahan. Dan semoga ini bukan silaturrahmi yang terakhir.

Terima kasih teman-teman blogger, terima kasih teman-teman panitia tersayang, terima kasih BPWS dan terima kasih untuk warga dan SKPD terkait kegiatan #MenduniakanMadura. Semoga nanti diberi kesempatan untuk mengadakan #MenduniakanMadura Part 2 ^^

Hari Ketiga, Pamekasan, Biru


Sumenep - Pagi hari membuka mata di homestay Giliyang sangatlah ringan ketimbang membuka mata di kamar sendiri. Tidak ada magnet tidur disini agar bisa tidur pulas melainkan bagai hawa kopi yang membuatku setiap saat terjaga. Tapi ini keuntungan sii, karena bangun sangat pagi sekali berguna untuk dapat nomor antrian kamar mandi paling depan hehehe.

Yap, setelah sesi curhat bergiliran semalaman, para ladies blogger masih asyik dengan mimpi indahnya. Terkecuali mbak Uniek dan mbak Indah Juli, beliau ini memang emak-emak panutan, selalu bangun lebih awal.

Suasana Homestay : Pendopo pertemuan

Homestay Laki-laki

Homestay Perempuan

Suasana dikamar homestay dan di halaman sudah sangat ramai ketika aku keluar dari kamar mandi. Memang benar, sudah waktunya untuk jalan ke tempat wisata berikutnya : tempat fosil ikan paus dan pantai ropet, untuk menikmati suasana matahari terbit dan sarapan ditepi pantai. Hmmm, so romantic.

Dorkas sudah siap mengantar kami menuju destinasi tersebut. Oya sampai lupa, jika ingin kesini, temans bisa menyewa dorkas dengan harga Rp 125.000/hari. Dorkas ini satu-satunya angkutan umum yang ada disini dan dapat mengantar kita ke tempat wisata di pulau Giliyang. Jangan berfikir bagaimana dorkas ini bisa sampai kesini yaa hihihi.

Mau tau perjalanan kami mengelilingi wisata di pulau Giliyang, langsung ajah ceki ceki video amatir berikut.


Sarapan ditepi pantai tebing ditemani teman-teman blogger Indonesia sungguh terlalu sangat amat mengasyikkan (kata-katanya dilebaykan dikit biar temans tau betapa mengasyikkan pengalaman ini). Menu yang disajikan oleh pak Ropet dan keluarga terlihat menggugah selera : menu dominan seafood. Disini aku merasa useless, soalnya tugas sie konsumsi #menduniakanmadura adalah membantu mempersiapkan makanan, namun disini tugas sie tidak berfungsi karena pasukan pak Ropet sudah menghandle semua penyajian makanan. Ahh..

Setelah sarapan kami langsung menuju homestay untuk bersiap menyeberang menuju destinasi berikutnya.


Tiba-tiba do’i mendatangi kamar homestay wanita, mbak Indah Juli meneriakiku, membuatku terbangun dari “ketiduran”.

“Lisaa, dipanggil masnyaaa” | “Iya mbak…”


Rupanya do’i meminjam motor warga untuk membawaku ke titik daerah dimana terdapat oksigen tertinggi di pulau Giliyang atau bahkan didunia. Waaahhh,, senangnyaaahh ♥ what a surprise! Aku mengambil barang-barang dan siap diangkut hehe.

“Sebenarnya maps titik ini masih dirahasiakan, hanya beberapa orang saja yang tau”, kata do’i bercerita sambil menyetir. “Waktu subuh aku dengar kalau mas Fadel sama Vicky mau ke titik oksigen ini, habis sholat subuh kok aku sudah ngga liat mereka, karena penasaran aku ikuti mereka. Bayangin, subuh-subuh ga ada penerangan gini, aku jalan sendirian. Aku telponlah mereka, aku takut nyasar. Gelap, mana ada makam, bikin merinding…”

“Kamu kayak jerit malam disini mas hahahah”

“Nah itu. Pas uda sampai, aku liat mereka jongkok disudut titik. Sumpah, kalau mereka ga ngelambaiin tangan, aku mana keliatan. Uda sampai, mereka langsung copot baju…”

“Lhoh ngapain?”, tanyaku penasaran!

“Mereka nyuruh aku juga copot baju”

“Lhoh heh! Kalian cowo-cowo pada ngapain!”

“Hahahahah. Kita ga boleh rame, nikmatin aja udara yang sengaja jatuh dari atas. Kayak kena angin AC, tapi ini lebih segar dari AC. Ini yang disebut dihembus oksigen. Kata orang, kalau setiap pagi kayak gini, kita bisa awet muda”

“Ooo.. Aneh juga ya”


Jalan yang kami lalui menuju titik oksigen tersebut adalah jalan tanjakan berbukit dan jaraknya lumayan jauh dari homestay, kira-kira satu sampai dua kilometer jauhnya. Dan.. hfuallah, inilah tempat titik oksigen tersebut.

Asyik!

Kabarnya, kalau menjelang siang angin disini tidak kerasa hembusannya. Dan benar saja ketika aku kesini sedikitpun tidak ada angin yang lewat. Tak apa, yang penting pernah kesini, belum tentu kedepannya bisa balik sini lagi. Dan kalaupun balik, akunya ngga mau deh nyoba malem-malem kesini. Serreeemmm. Bukan karena ada setan hantu ato apalah, melainkan…… (kalau diterusin ceritanya ga ada yang mau kesini nantinya :p). 

Lanjuutt.. Dan kita balik ke homestay dengan suasana hati yang bahagia ha ha #nggajelas. 

Dipersingkat saja, kami menyeberang meninggalkan Giliyang dan misterinya, menuju destinasi lainnya yang juga penuh misteri (karena belum pernah kukunjungi heheh). Bye bye Giliyang…

Cantiknya...

Applause buat Nila yang telah mengambil gambar ini  :*

Apa destinasi wisata #menduniakanmadura berikutnya? Bandar Udara Trunojoyo Sumenep. 


Yap, Sumenep punya bandara lho, jangan salah. Bandar Udara Trunojoyo ini melayani penerbangan destinasi terdekat di pulau Jawa seperti Bawean, Karimun Jawa, Semarang, Surabaya dan Sumenep.


Harganya pun tidak terlampau mahal temans dan serasa naik pesawat milik pribadi. Mau mencoba? Langsung aja datang kesini yak. 

Destinasi dan harga tiket pesawat

Masih muter-muter Sumenep, selanjutnya kita mengarah ke desa Tanjung kecamatan Saronggi. Ada apa disana?

Bagi temans perikanan dan kelautan yang sudah menjalani masa PKL dan KKN pasti sudah tau ada apa di kecamatan Saronggi. Kecamatan Saronggi merupakan daerah penghasil rumput laut jenis Euchema cottonii atau Kappaphycus alvarezii yang cukup besar dan hampir dipesisir pantainya terdapat rakit apung tempat budidaya – peletakkan bibit rumput laut. Dan aku sangat bersyukur bisa kesini ^^.

Bibit rumput laut yang siap dibudidayakan
Desa Tanjung Kecamatan Saronggi Sumenep merupakan penghasil rumput laut yang tidak boleh diremehkan keberadaannya. Pasalnya dari kegiatan budidaya rumput laut disini, hasil rumput laut yang dikeringkan (dengan dijemur) dijual kepada pengepul untuk diekspor lho. Selain itu, rumput laut yang tidak masuk seleksi untuk diekspor, kemudian diolah menjadi semacam cincau yang dicampur dalam es dan dibikin rujak. Nah kan, banyak manfaatnya. Kita bantu promosikan mereka ya ^^.

Rumput laut yang akan dijual basah

Rumput laut yang dijual kering

Hasil olahan rumput laut kecamatan Saronggi : puding rumput laut

Dari cuaca yang sangat panas dari kecamatan Saronggi – Sumenep, kami berpindah ke cuaca yang mendadak hujan deras di kecamatan Proppo – Pamekasan. Hujan yang mendadak mengguyur membuat kami segera berlarian dari kendaraan menuju tempat teduh, tidak terkecuali bapak-bapak polisi sektor kabupaten Pamekasan yang mengawal rombongan kami dari perbatasan kabupaten Sumenep-Pamekasan.


Di kecamatan Proppo tepatnya di desa Klampar, kami mengunjungi sebuah kawasan desa batik yang diberi nama desa batik Klampar. Dengan berbasah-basahan ria, kami disuguhi pemandangan para pengrajin yang sedang membatik selembar kain yang cukup lebar. Uniknya, mereka membatik tanpa adanya pola dikain tersebut, tak perlu diragukan lagi tangan-tangan mereka sangat ahli dan lihai memulas cating batik diatas kain.

Pengrajin batik Pamekasan

Puas belajar membatik dari tangan ibu-ibu desa wisata batik klampar, kami berpindah ke sebuah galeri dimana batik-batik tersebut dipajang dan dipasarkan. Letak galeri tersebut agak lebih masuk kedalam namun tak jauh dari area membatik.

Bapak Ahmadi pemilik galeri dengan ramah mempersilahkan kami untuk langsung beristirahat, mengambil makan siang sembari melihat-lihat galerinya. Batik yang dipajang beraneka ragam corak dan motif, sangat cantik. Harganya pun bervariasi, dilihat dari tingkat kerumitan membuat motif batiknya. Dan kalau menawar harga disini jangan terlalu murah ya guys, ingat lho membuat batik tanpa pola itu susah dan butuh tingkat kejelian yang tinggi.

Galeri, Fotografer dan Artisnya

Makan siang yang disajikan untuk kami begitu lezat dan beragam : 4 sehat dan sempurna (tidak ada menu susu jadi 5 nya tidak ada ha ha). Setelah makan siang, beberapa teman blogger membeli kain batik sebagai oleh-oleh, dan yang lain menjalankan sholat di masjid belakang galeri.

Masjid tempat kami menjalankan sholat Dhuhur dan Ashar begitu megah, indah dan sangat bersih. Pertama kali masuk kedalam masjid, aku mendengar tiga orang ibu-ibu sedang melantunkan ayat suci al Qur’an, tidak bohong jika aku mengatakan masjid ini menentramkan. Jika temans berkunjung ke desa batik ini, jangan lupa beribadah di masjid ini ya. Kami pamit diri pada bapak Ahmadi untuk lanjut ke destinasi selanjutnya.


Pamekasan, tinggallah seorang blogger santun, anggota plat M dan bagian dari blogger Indonesia yang diakui keahliannya dalam membuat desain grafis. Blogger tersebut bernama mas Slamet atau yang lebih dikenal dengan nama Slametux. Sebelumnya, pentolan-pentolan plat M telah mengagendakan akan berkunjung kerumah beliau saat rombongan berada di Pamekasan. Walaupun ketika rapat mereka merasa padatnya agenda perjalanan akan mengombang-ambingkan keinginan untuk berkunjung, namun pada akhirnya agenda kecil ini terealisasi juga. Plat M membuktikan bahwa saudara tidak boleh dilupakan.

Semula hanya beberapa orang yang mengenal dekat mas Slamet turun dari kendaraan, termasuk aku karena aku ingin tau dan melihat dari dekat bagaimana dan seperti apa mas Slamet itu. Beberapa menit kemudian semua blogger turun dari kendaraan untuk mencari tahu bagaimana keadaan mas Slamet. Aku terharu.

Hati aku jadi kalut saat menulis ini, jadi lebih baik di skip aja, aku akan menulis tentang mas Slamet dengan kata-kata yang jauh dari keadaan terharu.

Benar kata teman-teman, mas Slamet orang yang santun dan sangat hebat. Beliau tidak ada duanya dimuka bumi. Kami blogger Indonesia datang kerumahnya untuk memberikan dukungan dan semangat, tidak sedikit dari kami menginginkan beliau untuk kembali ke dunia perbloggingan, namun semuanya kembali pada keputusan mas Slamet.

We are Family : Blogger Indonesia

Mas Slametux

Kami berpamitan agar tidak merepotkan mas Slamet lebih jauh. “Membuatnya kaget dengan kedatangan rombongan perwakilan blogger Indonesia, itu sudah lebih dari cukup”, kata do’i. Daaan, saking semangatnya, do’i lupa mengembalikan sandal japit milik mas Slamet. Sebagai gantinya, sandal gunung milik do’i menginap dirumah mas Slamet. Huakakakak, kalau sudah kebiasaan ga perhatian sama barang-barangnya ituu, ya sudah ga bisa diubah ya, kalau saja telinga ga nempel gitu ya paling lupa ditaruh dimana wkwkwk.

Agenda selanjutnya adalah bertukar tempat duduk. Kegiatan apalagi itu? Hehehe, plat M selalu punya 1000 kejutan untuk peserta. Dari yang kemarin ada adegan carok dalam bis, kali ini ada pertukaran panitia dan peserta, untuk membuat kami semakin akrab. Aldi lah yang bertugas membagi siapa saja yang masuk mobil dan siapa saja yang masuk bis. Karena ini kejutan, banyak yang tidak tau siapa saja yang menjadi pilihan Aldi, termasuk panitianya hahahaha.

Di mobil 1 dari panitia yang pindah ke bus ada mbak Erna dan Nila, dan peserta yang masuk mobil adalah mas Edo (Palembang), Silvi (Kediri), mas Firman (Klaten) dan mas Fadel (Sumenep). Kami bertukar pikiran tentang acara #menduniakanmadura yang sudah berjalan selama 3 hari.


Tentu saja tukar pikiran ini diselingi dengan guyonan, agar tidak terkesan mengintimidasi #halah hehehe. Dari sini aku mendapat wawasan bagaimana cara mereka mengembangkan pariwisata atau bahkan hal-hal yang bermanfaat lainnya di wilayah Palembang, Kediri, Klaten dan Sumenep. Mereka orang yang hebat, aku? apalah aku, ga ada apa-apanya dibanding mereka.


Kendaraan kami berhenti di sebuah tempat tepi pantai yang mana lokasi tersebut dipilih secara mendadak. Tujuannya untuk mengambil video mannequin challenge! Bukan blogger rasanya kalau ga ngikutin hal-hal kekinian..hihihi. Liat ya video ini, ssstt bapak-bapak polisi pun juga mau lho diajakain bikin video mannequin challenge wkwkwk.



All right, kami lanjut menempuh perjalanan yang amat sangat panjang menuju ke timur Madura : Bangkalan. 



Sekitar 3 jam kemudian kami sampai di Desa Wisata Syariah Ketetang Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, bis kami berhenti tepat di balai desa dan langsung disambut dengan letupan mercon. Kami memasuki balai dan disuguhi Kotel dan Kobbhu. Kotel adalah makanan khas Madura yang terdiri dari tahu dan semacam sewel (makanan Madura yang berbahan dasar udang dan tepung tapioka) yang disiram dengan petis udang khas Madura sehingga rasanya ada campuran asin dan asam. Sementara Kobbhu adalah minuman khas daerah yang rasanya unik sekali. Temans wajib coba!



Acara di balai aku rangkum dalam bentuk video amatir berikut, cekthisout!



Usai penyambutan di balai, kami dipersilahkan untuk sholat Maghrib sekaligus Isya di masjid Sunan Cendana yang letaknya tak jauh dari balai desa. Namun karena lokasinya sedang ramai, bis tidak diperkenankan untuk masuk ke lokasi, alhasil pengemudi mobil yang ditumpangi panitia harus rela bolak balik balai--masjid untuk mengantar dan menjemput peserta. Yang semangatt yaa kawan!


Dari balai kami langsung menuju dusun koalas rumah warga tempat kami menginap malam ini, malam terakhir bersama #bloggerIndonesia (hiks). Lah dalah, jarak dari balai menuju rumah warga yang akan kami tempati sangat–sangat jauh rupanya, harus melewati hutan yang tidak ada penerangan dengan satu dua rumah di kanan kirinya, kemudian memasuki kawasan rumah warga harus melewati jalanan sempit dan bergelombang dimana kanan dan kiri adalah hutan dan rawa, pun tidak ada lampu PJR pula. Tidak salah kalau mbak Erna mengatakan, “Kita nanti hidup semalam ala ala acara televisi Jika Aku Menjadi…”. I’m exciting!


Sesampainya dirumah warga, kami disambut dengan hujan rintik-rintik yang berpotensi akan deras menjelang malam. Kami panitia dan peserta wanita menginap di rumah paling besar, mereka menyebutnya rumah utama. Sementara yang pria menginap menyebar di rumah-rumah belakang rumah utama. Kamar mandinya pun letaknya menyebar dan lumayan jauh. Wow..

Warga telah menyiapkan semacam layar tancap semenjak kami datang, dan siap diputar saat malam. Aku mandi malam itu, bergantian menunggu dengan mbak Erna dan Nila, juga ada mbak Apri (Jakarta), kak Didik (Bojonegoro) dan mas Ndop (Nganjuk), jadi sembari menunggu giliran, kami saling bertukar cerita. Seperti biasa, aku lebih memilih mendengar cerita mereka ^^.

Saat kami kembali dari kamar mandi, rumah utama sudah ramai dengan blogger Indonesia dan beberapa warga. Kami makan malam dengan menu yang sangat lezat! Subhanallah… Dari 4 hari 3 malam ini, aku sama sekali tidak pernah merasa kelaparan atau bahkan mengeluh karena makanan tidak enak. Sudah dipastikan aku pulang dalam keadaan berat badan yang bertambah wkwkwk.

Setelah makan malam acara bebas, dan seperti biasa hal ini tidak ingin kulewatkan tanpa ngobrol dengan peserta. Tiba-tiba seorang bapak menawarkan untuk memperlihatkan cara menggoreng kerupuk dengan pasir, yang merupakan ciri khas dari desa ini. Mereka mempersiapkan peralatan dengan cekatan dan mempersilahkan kami untuk mencoba setelah seorang bapak memberikan contoh. Aku juga mencoba dan lumayan susah ya, lebih berat dibanding menggoreng kerupuk menggunakan minyak goreng. Ada videonya juga, ini dia…^^



Karena ini malam terakhir, aku putuskan untuk tidak tidur cepat. Aku gabung ngobrol dengan mbak Erna, mas Dito (Surabaya), mas Edo, mas Ipuy (Palembang), mas Wijayanto (Rembang), Vivi (Bangkalan), Sayadi, mas Eko dan Rosyid.


Senaaangg banget bisa ketawa ketiwi ngobrol ngalor ngidul sama mereka ^^. Obrolan ini berakhir pukul 1 dini hari, hoams.. Lanjut besok ya ceritanya..