Chandu Yang Tak Se-Candu Toko Indo Kebanyakan

Kami dibikin penasaran saat pertama kali datang ke tempat makan ini. Katanya 'makanannya enak-enak', katanya 'rame', katanya 'cozy kayak di cafe'. Dan bener aja dong! Waktu kami datang, antriannya puanjaaangg sampe meluber ke jalanan. Whaaatt



Kalau terakhir kali kami ngga jadi ikut antri, maka hari ini kami datang lagi. Weekday dan tidak terlalu malam. Ngga ingin mengulangi kesalahan kemarin ya : uda jalan jauh-jauh eee salah--datangnya pas malam minggu. Namanya Chandu, terletak di Da An District, dekat dengan kawasan Guanghua Digital Plaza dan stasiun MRT terdekat Zhongxiao Xinseng. Kalau seperti saya yang sukanya naik MRT, lumayan pegel ugha kaki disuruh jalan kaki dari stasiun MRT ke Chandu hehe. Google ajah kalau ngga percaya 😛.
 
 
👌 Iya bener aja, tempatnya cozy kayak di cafe. Waktu kami baru datang, ornamen ruangan dan musik indie Indonesia yang diputar memang mendukung untuk 'nongkrong', tapi uniknya menu yang disajikan kebanyakan menu berat untuk makan malam.

👌 Iya bener, tempatnya rame. Rame dengan muda-mudi bermata sipit dan ngomonge boso Jowo (ngoko plus medhok pisan) haha. Mungkin ada salah satu diantara mereka yang berkeluarga crazy rich Indonesian, mungkin... Anyway walau ngga ada yang tanya, tapi saya mau bilang saya ini sedikit sipit, orang Jawa (tapi lebih suka berbahasa Indonesia), dan bukan crazy rich (crazy mom iya).
 
👌 Ini yang paling saya demen, jam buka Chandu dimulai sore hingga malam. Ini konsep yang tidak banyak dilakukan Toko Indo kebanyakan. Karena sejatinya jam buka seperti ini dibutuhkan buat para pekerja atau mahasiswa yang suka keluar malam untuk cari makan, terlepas buat warga Indonesia maupun warga lokal ya.

Tapi bener ngga ya makanannya enak-enak? Let's try. Mas husband pergi ke tempat kasir dan mengambil daftar menu. Waktu mau saya foto si daftar menu ini, do'i bilang, "Ngga usa difoto, menunya ngga ada gambarnya..". Okhay~ Maap ngets buat temans pembaca 🙏. Kalau temans penasaran, bisa googling menu dari Chandu ini. Semua lengkap tersedia disana.

Kata do'i di papan dekat kasir terpampang tulisan TOP 5 Menu dan Today's Deal. Do'i memesan menu makanan ikan bandeng presto dan saya mau coba baksonya. Untuk minum kami memesan es teh jasmine dan milk tea dingin. Do'i emang mulutnya usil, bilang, "Awas ya kalau bandengnya ngga enak, masuk lima top menu tuh". wkwkwkwk.
 

Setelah menunggu tanpa kejelasan kayak dosen gantung revisian skripsi kurang lebih dua puluh menit lamanya, akhirnya baru es tehnya aja yang datang 😂. Iya maklum, lumayan ramai. Ramainya kurir foodpanda dan uber eats aja yang masuk hanya pakai helm dan jaket--pas keluar sudah bawa bungkusan orderan. Kasian ugha xiao cici yang menjabat kasir sekaligus penerima orderan dan pengantar pesanan sekaligus merangkap tukang bersih-bersih meja. Untung dianya lincah. Ngga lama pesanan bakso saya datang, lalu ikan bandeng pesanan do'i, dan yang terakhir datang si milk tea.
 
Bandeng Presto

Bakso

Milk Tea
  

Yang pertama kali saya incip adalah teh nya. Teh nya enak ngets 👌, tapi sayang porsi kurang banyak untuk harga segitu #ehh. Mulai deh bandingin sama Toko Indo lain. Sayangnya lagi tehnya uda keburu abis lupa ngga ke foto~.
 
Kemudian bakso, rasa kuahnya dapet 👌, mungkin kalau kuah lebih panas lagi dan ditambah garam dikit lagi pasti rasa jadi lebih SIP. Rasa pentolan baksonya mengingatkan saya pada bakso p*j*k j*yo, cuma tekstur yang ini lebih padat (mungkin kalau direbus lama, teksturnya sudah mirip sama bakso p*j*k j*yo).

Mas husband nyicip milk teanya langsung nyeletuk, "ini mah teh m*xt*a kurang gula, tapi lumayan enak lah..". Penasaran saya langsung ambil milk teanya. Oh iya bener, batin saya. Lagi-lagi, kalau pesan diluar, harga segitu sudah dapat gelas jumbo hihihi. Ngga lama mas husband mulai makan ikan bandengnya.

"Bu, ini bener a ikan bandeng? Sebagai lulusan perikanan, gimana menurutmu?"

Saya mengamati dan sedikit agak bingung. Mau dibilang Bandeng, ini terlalu tipis kayak jenis Ikan Sebelah, fisiologi kepala ikanpun juga ndak mirip Bandeng, ditambah lagi hampir empat tahun tinggal di Taiwan saya ndak nemu Ikan Bandeng di pasar-pasar. Tapi kalau mau dibilang bukan Bandeng, nampaknya bukan ranah saya menilai, mungkin saja saya yang kurang benar mengamatinya, mungkin juga chef nya chandu dapat ikan bandeng dari pembudidaya langsung, mungkin...

"Mirip ngga mirip, bismillah aja ayy makannya hehe".

Seperti biasa, Kia mulai sluggish makannya. Kami pesan nasi goreng untuk dibawa pulang. Ngga makan disana karena bakal lama nantinya, gantian tempat duduknya sama pelanggan Chandu lainnya, selain itu mas husband ada meeting online jam delapan nanti. Kami harus move ke warung kopi terdekat.

Buat temans yang lagi di Taipei dan butuh tempat nongkrong malam hari yang menyajikan menu tanah air, bisa mampir kesini. Untuk harga, ngga seberapa mahal koq sama seperti Toko Indo lainnya, asal jangan dibandingin sama harga makanan di kampus NTUST ya hwehehe.


Chandu 讚都
No. 6, Lane 128, Section 3, Shimin Blvd, Da’an District, Taipei City, 106
(+886) 02 87731200
Open Tuesday - Sunday  17.00 - 21.30

 

 

Liburan Mahasiswa Akhir di Pantura Taiwan (Day 3)

<< cerita sebelumnya

 

Mowniiingg (lagi)..

Sinar matahari pagi menyorot jendela kamar kami. Ini hari terakhir kami liburan di Tamsui. Mau jalan kemana hari ini?

 


Rencananya pagi ini kami ingin pergi ke pantai Shalun lagi. Puas-puasin menikmati desiran pasir dan ombak di pantai. Rupanya di pagi hari rasa malas menghampiri kami bertiga, hihihi. Alhasil kami hanya menghabiskan waktu bershantay di kamar hingga dekat waktu check out.

Iyaa, bebas kak kriwul,, bebaaass. #SingkekKriwul asyik mainan teletabis, Ayah Ibunya pillow talk dong #ehh.

 

Beginilah suasana kamar kami. Gambar diambil (dan diusahakan) sebaik mungkin dari berbagai kesempatan, karena sudah punya buntut (baik yang besar maupun yang kecil), sudah pasti kalau lihat tempat baru--niat hati mau difoto dulu baru diuji coba--rupanya mereka ngga bisa kompak. Maka pengambilan foto kamar diambilnya agak sembarang waktu.

 


Waktu awal kami baru masuk kamar hotel, saya melihat di coffee table dekat jendela terdapat welcome present, saya buka lah langsung, isinya dua buah coklat yang dibungkus kertas perayaan berwarna merah-emas dan ada kartu bertuliskan "Happy Honeymoon".

Lho? Lalu mas husband senyum-senyum sendiri sambil bilang, "Ah ngga seseru hotel di Indo. Aku request waktu booking hotel kemarin kalau kita mau honeymoon disini jadi minta ada hiasannya. Eee cuma dapet coklat". Dimakanlah coklat nya langsung sama do'i. Guweh speechless cuma bisa nyengir. Aduh lakik gueee~.


Ampun deh anaknya Pak Alam 😌







Mas husband mengambil sarapan setelah ditelpon pegawai hotel kemudian membawanya ke kamar. Dan hfuallah, sarapannya sama dengan yang kemarin. Bedanya hari ini ngga ada bubur. Kurang asyik ya sebenarnya, tapi mau gimana, dimakan seenaknya aza lah.


Makan Siang di Toko Indo Sebelum Pulang

Sekitar pukul sebelas lebih lima belas menit, telepon kamar berdering tanda ada panggilan dari pegawai hotel. Benar dugaan saya, itu pengingat waktu check out untuk kami. SIAPPP, kami suda siap meninggalkan hotel dan balik ke rutinitas.

Keluar dari hotel, kami mengisi perut terlebih dulu di Toko Indo yang ngga jauh dari hotel.



Saat masuk toko, celingak celinguk, lho koq ngga ada laopaniang nya. Usut punya cerita, ada seorang mbak-mbak yang mengatakan kalau mbak Nati nya lagi pulang ke rumahnya untuk mengurus anaknya sebentar. Baik, kami tunggu sambil duduk dan camil-camil dulu hehe, bayarnya belakangan yak.

 

Pelanggan yang tidak bisa menunggu, wajib didahulukan.

 

Satu persatu pelanggan datang dan mbak tadi melayaninya dengan penuh kebingungan. Sesekali dia menelepon mbak Nati selaku yang punya toko untuk segera balik ke toko. Fix, mbak Nati ini pemilik yang unik. Dia sama sekali ngga takut rugi ato kehilangan ato apa gitu saat tokonya ditinggal gitu aja. Iya kalau sepi tokonya, lha wong ini lumayan rame wkwk.

Ada kali satu jam lebih kami menunggu, akhirnya mbak Nati dan suaminya datang sambil berkendara motor dan membawa layar LCD. Wait, terlihat yang menyetir motor mbak Nati dan yang membawa layar suaminya. Gokilsss mbak!.

Baru beliau datang, mas-mas yang sedari menunggu (kelaparan) langsung mengantri untuk pesan makanan. Mbak Nati melayani dengan sabar dan woles (kalau saya jadi mbak Nati sudah panik duluan mah). Mas husband pun tak luput ikut mengantri, bedanya do'i ingin langsung makan makanan yang sudah tersedia. Sambil memasak, mbak Nati mengobrol bersama kami. Panjang kali lebar, ngalor ngidul, kami banyak dapat informasi pun kelihatan beliau senang ada tempat bertukar pikiran.

Masakannya mbak Nati fix enak bingits! Dari kemarin makan malam dan sekarang makan siang dengan menu yang berbeda namun sangat memanjakan lidah dan perut. Ditambah beliau baiknya ngga ketulungan, dari porsi makanan yang kami makan kami hanya membayar harga lebih murah dari prediksi kami. Malah pas mau pulang, kami disangoni jeruk bali. Maunya dia, ngebawain semua jeruk bali yang dia punya buat kami. Lha dalah, barang bawaan kami aja satu stroller full, ngga bisa atuh bawa jeruk bali segitu banyak mbak..

Seperti Toko Indo lainnya, selain menyediakan masakan setiap harinya, Toko Indo ini juga menjual barang-barang kebutuhan dari Indonesia. Kalau temans ada wisata ke Tamsui, jangan lupa mampir kesini yaa ^^.


Pulang Naik LRT lanjut MRT.

Kalau berangkat kemarin kami mencoba naik bus R26, maka pulang ke Taipei kami mencoba naik LRT Danhai. Siang yang cerah (cenderung fanasss) buat kami (maksudnya saya hehe) ngga semangat pulang. Pengen gitu rasanya nambah liburan 😝.


Serasa di luar negeri yaa, #ehh



Kia mulai ngantuk, nemplok sama Ayah~ (tolong abaikan barang bawaan kami 😂)


Waktu yang ditempuh lumayan lama gaess, ada kali hampir satu jam, karena rute LRT dari Fisherman's Wharf ke Stasiun MRT Hongshulin melewati gunung. Tapi keren banget pemandangannya, sayang tidak sempat mengabadikannya.....


💝💝💝


Inilah akhir dari cerita liburan kami. Alhamdulillah, liburan singkat namun sangat menyenangkan. Semoga bisa diulang di lain waktu, tentunya sudah ngga bertiga lagi ya, soon jadi berempat ^^

Terima kasih temans sudah mengikuti cerita saya, sampai jumpa di artikel saya berikutnya ^^.

Liburan Mahasiswa Akhir di Pantura Taiwan (Day 2)

<< cerita sebelumnya

 

Mowniiingg..

Terang banget jendela kamar kami pagi ini. Baru juga jam setengah tujuh, tapi matahari nya uda nyentrong ajah.


#SingkekKriwul pun bangun dan langsung buka jendela kamar. Terdiam berlama-lama mengamati berbagai kegiatan yang ada di luar jendela. Ini hari Kamis, pasti sibuk banget di luar sana.

Sarapan pagi sudah tersedia, dan layanan hotel menelepon kamar kami mengingatkan agar mengambil sarapan di aula resto. Mas husband langsung turun ke bawah dan ngga lama balik ke kamar untuk unboxing sarapan. Kek gimana sih sarapannya?

 

Pada saat check in di hotel manapun di Taiwan, kami selalu request sarapan dengan bahan-bahan no pork. Mereka yang melihat saya memakai jilbab paham akan hal itu. Tapi, perlu diingat nih, saat mengambil sarapan wajib ditanyakan dulu bahan-bahannya ya, karena kadang mereka (pegawai hotel) ada lalainya--kasih makanan yang ada bahan babinya. Kalau sudah begitu, lebih aman pilih sarapan yang berbahan dasar vege aja.

 

Begini sarapan The Fisher Hotel day 1. Dua porsi bubur putih. Dua buah roti, isi selai nanas dan isi coklat. Dua mangkuk makanan yang masing-masing isinya sama : misoa; sayur rebus; ayam bumbu kecap; telur mata sapi; kentang hashbrown goreng dan kentang rebus; sayuran plus salad; potongan buah apel jambu biji dan buah naga; dan golden raisin. Tak lupa mas husband ambil minuman kopi dan orange juice.


Day 1 yak? Iyaaa, karena kami masih akan menginap semalam lagi, jadi besok masih ada sarapan day 2. Sementara mbak Herza dan mas Saide check out siang ini (maklum kawan kami satu ini kegiatannya sibuk dan produktif banget, patut dicontoh ni temans, jangan contoh kami yang pengangguran ini xixixi), maka itinerary jalan-jalan hari ini harus dilaksanakan semaksimal mungkin #eluselusperut (kuat sama Ibu ya nak...)

 

☆☆☆

Sejarah Taiwan yang memiliki banyak budaya dan religi memang menarik untuk diketahui. Apalagi ditambah dengan cerita sejarah mengenai invasi dari negara lain, menurut saya semakin rumit semakin asyik untuk dipelajari. Cerita mundur kebelakang, waktu mas husband memilih Tamsui daripada Hualien, saya langsung browsing, bergeser dari wisata di Hualien ke tempat wisata di Tamsui yang belum pernah didatangi. Saat saya melihat ada beberapa tempat wisata historikal disekitar Tamsui, saya langsung "OKE, Tamsui asyik juga buat di explore" dan melupakan wisata hura-hura di Hualien atau Miaoli.

Tersusunlah dalam waktu satu jam (sambil tiduran--maklum bumil susah gerak haha) itinerary tempat kasaran untuk didiskusikan ke mbak Herza, seperti Fort San Domingo (FSD), Cloud Gate Theater, Drop of Water Memorial Hall, Hobe Fort, Museum of Tamsui Fishiegoodies, Red Castles 1899, dan nongkrong di Starbucks cantik dekat kawasan historikal tersebut. Si cantik mbak Herza memiliki ide untuk menikmati sunset di Shalun Beach dan makan malam di Coolife Owl Coffees and Food.

Dan kenyataannya, karena terbatasnya waktu (dan pasti juga karena terbatasnya gerakan karena bawa bumil satu ini huhuhu) dari beberapa tempat ini, kami mengunjungi empat tempat saja.

☆☆☆ 


Tamsui Customs Wharf

Kami berempat berangkat sekitar pukul 10 dari halte bis dekat hotel menuju Fort San Domingo (FSD). Naik bus 880 dan sampai didepan Tamsui Customs Wharf (TCW). Letak FSD berseberangan dengan TCW. Awalnya kami mengira TCW ini adalah FSD, kami jelajahilah tempat ini. Agak sedikit kecewa karena hanya menemukan pantai dan bangunan kecil.





 

Ini Fort San Domingo bukan ya? Koq ngga persis seperti gambar di google...

 

Fort San Domingo

Rupanya itu bukan FSD yang kami maksud. Mas husband mengajak ke halte dan menuju ke tempat selanjutnya sambil berbisik, "yuk mau kemana lagi kita, waktu mereka ngga panjang lho". Tiba-tiba sepintas terlihat ada papan penunjuk arah bahwa FSD ada diseberang jalan. Melihat medan menju bangunannya yang full melawan gravitasi, saya langsung berkecil hati : bisa ngga ya badanku naik kesana, fiewwhhh.




Lungguh sek rek, capek... Pemandangan : Benteng Fort San Domingo.


Little did I know, saya tak sempat banyak foto didepan gate karcis, jadi kurang banyak informasi mengenai harga masuk disana. Mas husband, mas Saide dan mbak Herza bisa menunjukkan kartu mahasiswa, mereka tidak dikenakan biaya masuk. Beda lagi dengan saya, ngga punya kartu mahasiswa, maka saya harus membayar 80NTD. Jadi pengen jadi mahasiswa 😂.

Benar kan benar kaaan, medannya menanjak sekali menuju benteng utama. Bumil ini uda jalan paling akhir, pake istirahat duduk dulu pula selesai ditanjakan pertama. Duh maafkan yaa, maafkan. Yang paling kelihatan "tidak lelah" si #SingkekKriwul. Uda jalan paling dulu, terus lari-lari mondar-mandir lagi, kayak baterai always full. Gokils kamu nak!

#SingkekKriwul ngga pernah habis baterai~
 

Jalanan tanjakan kedua menuju benteng sudah agak landai, bumil semangat jelajah jadinya. Ehtapi mas husband uda bersiap aja naruh kamera hapenya buat diabadikan gambar kami berempat setengah. Yaudah yoookk foto duluu~.


Tetiba lari kedepan kamera lalu bilang Ciiizz. Ancene koq anake Pak Wahyu iki, ngga bisa lihat kamera nyala 😅


Usai berfoto kami lanjut explore. Kami berada ditepi taman yang cantik disamping benteng dengan berderet macam-macam meriam menghiasi. Tamannya hijau berbentuk square (dan seperti tempat wisata lainnya : tidak ada sampah dan tidak ada tempat sampah). Satu yang kurang dari explore wisata historikal kali ini, kurang tour guide nya. Jadinya kami hanya bisa membaca tulisan yang terpampang dipapan, tanpa tau sejarah lengkapnya. Kami masuk ke dalam gedung usai puas memandangi taman, meriam dan pemandangan sungai Tamsui yang luas dan jauh disana.

Kastil Anthonio


Gedung benteng terdiri dua lantai. Lantai pertama sebagai kantor dan ruang publik (pada jamannya) dan lantai kedua sebagai tempat tinggal penunggu benteng.

 

Fort San Domingo adalah sebuah benteng yang dibangun oleh bangsa Spanyol saat menginvasi Taiwan sekitar tahun 1629. Dulunya FSD hanya sebuah benteng yang terbuat dari kayu (dekat dengan tanjakan pertama). Kemudian pada tahun 1642, Belanda merebut benteng dan mengusir Spanyol dari pulau Taiwan. Namun sebelum meninggalkan Taiwan, Spanyol membumihanguskan benteng kayu tersebut. Oleh Belanda, benteng dibangun kembali (tak jauh dari benteng kayu yang dibumihanguskan) dengan kontur bebatuan dan aksitektur Belanda dan diberi nama Benteng Anthonio. Benteng Anthonio ini berbentuk square dan memiliki dua lantai, gedungnya berukuran 15,25 x 15,25 meter dan tinggi 13 meter. Setelah perang candu sekitar tahun 1860, pemerintah Inggris menyewa benteng Anthonio sebagai kantor konsulat dagang sekaligus kediaman konsuler mereka. Benteng Anthonio disulap menjadi kastil bergaya Victoria dengan nuansa merah. Jadi dalam sejarah invasi asing ke Taiwan, nama Fort San Domingo (yang berasal dari Spanyol ini) digunakan sebagai representasi bangunan sejarah ini dan yang sejatinya kita lihat sekarang adalah benteng atau kastil Anthonio. Jangan bingung ya teman-teman ^^.

 

Bangunan FSD ini menjadi saksi bisu kepemilikan dari penjajah asing yang masuk ke Taiwan seperti Spanyol, Belanda, Jepang, Inggris, Australia hingga Amerika. Bisa kita lihat dengan jelas dari berbagai bendera yang dikibarkan di depan bangunan (tanjakan pertama). Berbagai peninggalan era lampau pun terjaga dengan baik didalam gedung, membuat kita berasa diajak ke masa lalu saat explore.









Saat pergi ke ruangan terakhir, melihat anak tangga yang cantik namun tinggi dan sedikit curam ini, saya urungkan niatan explore lantai dua. Saya geleng-geleng sambil menghela nafas, memang bumil ini banyak keterbatasan, ngga seperti waktu saya masih single ato bahkan sudah ada Kia yang bisa saya gendong kemana-mana. Saya berasa begitu harus menjaga kehamilan, apalah daya tinggal di negeri orang cuma bertiga... Alhamdulillah ^^.

Tunggu disini saja yuk..
 

Saya menunggu mereka didepan kastil, disebuah taman yang menghadap ke Sungai Tamsui. Agak creepy memang, karena suasananya sejuk; asri dan pepohonan bikin taman jadi rindang. (Lalu dimana letak creepy nya, Lis? Coba temans kesini deh, rasain sendiri, saya ndak pandai ngungkapin ke kripi an inihhh). Sempat bikin ngantuk juga sih yaa wkwkwk, tapi saya harus sadar dan ngga boleh melamun. Ini tempat orang, ngga boleh kemasukan ato kesurupan ato bahkan ketempelan disini, jadi saya harus waspada hihi (maklum pernah ada pengalaman ketempelan waktu pendidikan menwa wkwkw).


 

Ngga lama, terdengar suara mas husband dan Kia dari belakang. Alhamdulillah, mereka selesai juga explore nya hihi. Berakhirlah perjalanan mengelilingi benteng FSD. Namun sebelum beranjak meninggalkan FSD, kami mengabadikan gambar dulu pakai polaroid pink yang dibawa mas husband. Mbak Herza berbisik sambil setengah ketawa, "Ini emang cute gitu ya bawaannya mas Alam..". Hihihi saya ikut nyengir kalem, alhamdulillaah dari jaman pacaran sampai sekarang mau punya dua buntut mas husband ngga pernah malu bawa perabotan perempuan-perempuannya ^^.

 

Hobe Fort

Dari FSD menuju Hobe Fort kami menemukan kesulitan dalam mencari kendaraan umum dikarenakan medannya. Sebenarnya bisa naik bus, tapi hanya sampai dijalan utama. Sementara dari jalan utama menuju ke Hobe Fort, harus melalui jalanan bukit yang menanjak sejauh kurang lebih 500 meter. Alhamdulillah pada sepakat naik uber pada akhirnya.

 

Note : buat teman-teman yang naik uber ato kendaraan umum mobil lainnya harus "agak memaksa" pak supirnya untuk mengantar sampai depan Hobe Fort ya. Karena pengalaman kami kemarin, pak supir uber ini "agak nakal". Maunya menurunkan kami di parkiran Golden Tulip Hotel yang berada masih setengah perjalanan ke Hobe Fort. Padahal sudah dibayar penuh sesuai aplikasi. Jelas kami ngga terima dan para suamik lah yang "ngeroyok beliaunya" agar melanjutkan perjalanan. Beruntung dia mengalah dan menurunkan kami didepan parkiran Hobe Fort. Entah apa alasan beliau menurunkan kami disetengah perjalanan, padahal juga untuk masuk ke kawasan Hobe Fort tidak ada gate yang mengharuskan membayar sejumlah uang.

 

 

Wisata historikal Tamsui dan harga tiket terusannya.
 

Seperti sebelumnya di FSD, kami harus registrasi terlebih dahulu di loket pintu masuk. Dan yak, mas husband; mas Saide dan mbak Herza tidak membayar tiket masuk karena bisa menunjukkan kartu mahasiswanya. Sementara saya dikenakan biaya tiket masuk reguler. Baik, bayar lagi 80NTD. Tapi tetiba mas husband melihat ada papan informasi kalau masuk Hobe Fort gratis jika bisa sudah membayar tiket terusan empat tempat wisata : Fort San Domingo, British Consulat, Hobe Fort, dan Little White House,, lalu berkata, "Buk tunjukin karcismu tadi bu, ngga perlu bayar lagi~". Saya tunjukkan lah tiket For San Domingo tadi, petugas kemudian mengembalikan uang yang sudah dibayar mas husband. Lumayaaan duitnya bisa buat beli naichaa hehe.





 

Hobe Fort dibangun sekitar 1886-1889 oleh pemerintah Qing (setelah Perang Tiongkok-Perancis yang memperebutkan Vietnam tahun 1884-1885) selesai berkecamuk, dengan sembilan benteng lainnya tersebar di penjuru pantai Taiwan (Penghu/Pescadores; Keelung; Hobe/Tamsui; Aning/Tainan; Qihou/Kaohsiung) untuk memperkuat pertahanan pantai Taiwan. Tepat ditembok gerbang masuk Hobe Fort, terdapat tulisan 北門鎖鑰 (Bei Men Suo Yao) yang berarti Kunci Gerbang Utara. Tapi tulisan ini terbalik aslinya, apa iya tulisan yang dibikin sendiri oleh pak gubernur terpilih saat itu (Bapak Liu Ming-Chuan) mirip konsep tulisan mobil 'ambulance' bagian depan mobilnya (?).

Sejatinya Hobe Fort ini tidak terlibat dengan pertempuran apapun sehingga struktur utama bangunan masih terpelihara hingga sekarang. Hobe Fort memiliki tebal dinding utama berbahan dasar semen besi berukuran sekitar empat meter dengan tinggi sekitar tujuh meter, dan hanya memiliki satu pintu gerbang yang masuk menghadap ke selatan sebagai akses keluar masuk. Selama pembangunan benteng, Liu Ming-Chuan menyewa seorang teknisi dari Jerman (Bapak Max E. Hect) untuk mengawasi jalannya pembangunan dan mengatur konstruksi bangunan sesuai gaya barat-Jerman. Benteng Hobe dilengkapi empat meriam yang sengaja didatangkan dari Inggris dan Jerman.


Menarik sekali sejarah Hobe Fort ini man-temans. Tapi saya yakin, jika saya ceritakan sejarahnya diartikel ini, pasti temans akan bosan membacanya karena kepanjangan haha. Maka, saya putuskan untuk taruh link government disini, disini dan disini jika ada temans yang ingin membaca sejarah lengkap Hobe Fort ya.

Jadi teringat Penjara Kalisosok Surabaya...
 

Salah satu pintu barak.

Barak yang creepy ini difungsikan sebagai ruang pameran, dilengkapi dengan proyektor untuk menampilkan beragam simulasi sejarah lampau.


Mas husband penasaran, pengerjaan apa yang dilakukan diatas sana koq berisik banget katanya...

Saat kami explore Hobe Fort, nampaknya sedang ada pengerjaan sesuatu diatas benteng. Yang kami lihat ada dua orang laki-laki yang sedang memangkas dan memindahkan batang pohon. Sedikit agak berisik dan tidak nyaman sejatinya, karena para pekerja tersebut berkomunikasi dengan cara berteriak haha. Oleh karena itu, kami hanya menjelajah hanya separuh bagian benteng. Kebanyakan dalam bangunan (yang creepy ini) terdapat proyektor yang memutar simulasi digital saat terjadinya perang. Tidak hanya itu, kehidupan sekitar Hobe Fort pun ditayangkan pula. Asyik sebenarnya, tapi entah mengapa perasaan saya ngga enak berlama-lama berada didalam barak-barak ini. So creepy...

Maafkeun yaa mbak Herza dan mas Saide, bumil ini paling rempong emang. Langsung aja ngajak ke destinasi selanjutnya tanpa merampungkan Hobe Fort. Yuk cuss...

Sebelum bertolak, foto dulu 😋


Cloud Gate Theater Ngelurusin Kaki di Starbucks

Hobe Fort dan Cloud Gate Theater (CGT) ini letaknya berdekatan (depan belakang), masih dalam satu kawasan Zhongzheng Rd Tamsui District. Namun karena pintu masuk-keluar Hobe Fort hanya satu yakni berada di Selatan benteng, maka kami harus menempuh jarak sekitar 300meter berjalan kaki memutari benteng untuk sampai di CGT. Tapi tak apa, suasana yang cerah nan sejuk daerah Tamsui membuat kami bersemangat berjalan jauh.


Sampai di CGT, saya kecewa bener karena CGT sedang dilakukan renovasi, keliatan renovasi besar-besaran ya hampir separuh dari keliling gedung tertutupi kain biru. Padahal ini keun hari libur nasional yak (double ten lhooo). Fiuh ya sudahlah, karena ngga bagus penampakannya, ya kami melipir aza nongkrong ke Starbucks yang berada diseberangnya. Nampaknya yang kegirangan para suamik haha.


 

Walau dalam gedung starbucks tempatnya cozy abis, tapi kami bebarengan memilih duduk diluar ruangan. Angin segar semilir setengah kencang hembusannya, ditemani dengan jus mango, biskuit dan para sahabat. Nikmatnya liburan kali ini, subhanallah... Para suamik ngga berani minum kopi karena belum makan nasi waktu sarapan dan koq ya sudah minum kopi waktu paginya. Jadinya pesan jus mangga aza wes paling aman.

 

Ngobrolin apaaa? Lanjutan yang kemarin malam dooong~.

Ngga terasa dua jam terlewati, perut sudah mulai kerasa pingin makan nasi (maklum sama-sama perut anak Indonesia) dan angin juga makin siang makin kencang hembusannya. Yuk lanjut cari makan siang...


Ter-muter Cari Makan Siang

Hahaha, aslinya ini ngga asyik kalau diceritakan. Tapi biarlah, biar ada kenangannya. Walau rerata kami sekolah tinggi tapi ada kalanya "kalah" sama yang namanya google maps wkwk.

Dibilang agak apes juga ngga boleh ya, perjalanan makan siang hari ini lumayan agak seret gitu wkwk. Sepulang dari ngelurusin kaki di Starbucks, kami naik uber arah hotel (karena medannya berat dan rupanya kalau dilihat di peta--hotel dekat banget sama Starbucks ini kalau naik kendaraan pribadi). Rencana mau makan hotpot vege dekat hotel, nampaknya kami kurang beruntung karena saat kami datang (sekitar pukul dua siang hari), tempat makannya sedang istirahat dan akan buka kembali pukul lima sore.

Oke gapapa, beruntung diblok sebelah ada Toko Indo. Jalan lah kami dengan semangat ke toko indo tersebut. Waktu mas husband mau buka pintunya, lha kok dikunci. Lho sido tah gak iki wakakak. Mas husband langsung menelepon nomor yang terpampang di plank papan nama toko. Rupanya si pemilik toko sedang ke Taipei untuk membeli barang-barang dan akan sampai di toko sekitar dua jam lagi. Ohlala..

Ngga mungkin menunggu toko indo buka (karena jujur kami berempat setengah sudah kadung laper wkwk), kami putuskan jalan ke area LRT karena berjajar resto hotpot dan seafood disana. Masuk resto hotpot satu persatu tidak ada yang cocok, karena menu mereka kebanyakan bahannya daging yang belum tentu halal. Kami butuh seafoodnya aja sebenarnya hehe, tapi ya ngga mungkin ya hmmm...

Alhasil kami putuskan untuk pergi ke tempat makan yang diingini mbak Herza saat diskusi awal liburan bareng. Kami naik bus R26 menuju ke Tamsui Fishermnan's Wharf. Sampai disana, kami muter-muter mengikuti google maps, tapi tidak menemukan satupun resto yang dimaksud.

Olraittt pemirsah, ngga pakai lama mikirnya kami langsung berjalan ke sebuah gedung yang bertuliskan Seafood Restaurant. Menuju ke lantai 2 karena letak restonya ada disana, dan zonk lagi karena kalau mau makan disana harus reservasi dulu wkwkwk. Aduhaaayyy... (Pas nulis ini kalau diinget-inget ya geleng-geleng sendiri, kenapa bisa se-apes ini wkwk).

Mas husband telpon Toko Indo yang tadi, barangkali ada kemungkinan dia sudah pulang. Dan ternyata belom balik ownernya pemirsahhh. Baiikkk, jalan satu-satunya kami makan di Subway. Udah deh ini yang paling bener, yuk pilih menu ikan dan sayur yang buanyaaakkk. Pun kaki bumil butuh istirahat, moga-moga aja balik hotel ngga bengkak ini kaki (inget-inget lagi jaman CFDan di Jakarta bareng kawan-kawan ngga kerasa 11 kilometer dijalani tanpa istirahat dan duduk, pulang ke Surabaya langsung bengkak semua ini badan dan yak rupanya si mungil Kia minta keluar sebelum waktunya hihihi, uda ngga sabar pingin jalan-jalan sama ortunya).


Saatnya Berpisah...

Sedih ya, liburan bareng mereka harus berakhir. Usai isi perut di Subway, kami pulang ke hotel naik bus R26. Sampai kamar, mbak Herza dan mas Saide sholat berjamaah kemudian berpamitan pulang duluan. Saya menghela nafas, baiklah, semoga kedepannya masih ada rejeki jalan-jalan bareng lagi.

Wajah Kia pun terlihat diam, seolah-olah ikut mengekspresikan "yaaahhh koq pulang sih Tante...". Saat mereka jalan keluar hotel dan terlihat dari jendela kamar pun Kia tak berhenti dadah dadah sama tantenya.


Makan Malam Masakan Toko Indo

Matahari senja Tamsui menyorot jendela kamar agak lama. Menyilaukan mata memang, tapi cantik banget panoramanya. Saya duduk disofa sambil meluruskan kaki dan menikmatinya. Subhanallah...


Mas husband bersiap lompat ke Toko Indo yang tadi untuk membeli makan malam. Rencananya mau makan malam disana, tapi koq ya badan bumil lumayan legrek. Jadilah merepotkan mas husband untuk beli makan disana dan membawanya ke kamar hotel.

Sesampainya mas husband balik ke kamar, saya mencium aroma sedap masakan Indonesia. Sabar yaa sabaarrr, cuci tangan dulu baru makan. Kami bertiga sama-sama kalap makan, habis tak bersisa makanan sebanyak ini. Saking laparnya kalik ya, sampai lupa mau foto si makanannya haha.


bersambung >>