Chirashi Zushi - Japanese Food Street di Surabaya

Jadi ceritanya hari ini aku bosan banget dirumah. Mau keluar tapi diluar sedang hujan lebat disertai angin kencang, baru reda sekitar pukul 4 sore. Nah mau keluar jam segitu pun nanggung, bentar lagi maghrib. Eh lha kok mendadak hujan turun rintik-rintik pula. Ya uda deh niatan mau keluar rumah batal.

Tapi lama-lama rasa bosan didalam rumah makin membesar. Akhirnya, aku mengiyakan perasaan ingin keluar rumah, abis sholat maghrib aku menuju gerai takoyaki, ga jauh dari rumah. Sesampainya disana, aku kecewa, gerai mininya tutup, weleh.. Ya uda deh, aku move nyari gerai takoyaki di tempat lain yang lumayan jauh. Karena ga kunjung ketemu gerai takoyaki yang buka (kebanyakan gerai makanan mini masih tutup karena liburan), dengan pasrah aku pulang kerumah.

Tiba-tiba dijalan aku teringat kalau ada teman yang memberi informasi kalau di sekitar jalan Raya Nginden ada tempat food street hits banget yang mengusung tema Japanese food. Kebetulan aku juga belum pernah merasakan makanan disana. Yaa, kesanalah aku diantar si putih (motor kesayangan aku hihi).

Namanya Chirashi Zushi bertempat di jalan Raya Nginden. Wohoo~ tempatnya ramai banget. Ke 6 pegawainya (kalau aku ga salah hitung hehe) pun sigap-sigap dan ga ada yang menganggur, ada yang meracik makanan, ada yang melayani pembeli dan ada yang membersihkan peralatan makannya. Aku langsung duduk ditempat yang aku suka. Sambil menunggu pelayannya datang, aku melihat sekitar, memandangi si pembuat sushi (dan si pembuat sushi juga memandangiku balik ha ha awkward), dan pembeli yang datang. Pembeli disini tak selalu yang membawa mobil dan bermata sipit. Tapi ada yang berpenampilan sederhana, ada yang membawa keluarga, ada mahasiswa-mahasiswi,, menandakan ini food street yang merakyat dan bisa dinikmati siapa saja.

Makanan Chirashi Zushi berasal dari dapur beratap itu
Kemudian seorang mbak pelayan yang ramah dan santun datang memberi list menu dan bersiap mencatat apa pesananku. Karena aku pertama kali kesini, aku butuh waktu memilih menu, apalagi aku ga ngerti apa maksudnya beberapa nama makanan jika diartikan ke bahan makanan Indonesia (hehehe katrok banget). Aku meminta mbak pelayannya untuk ditinggal dulu, nanti aku ke mbaknya untuk memberikan nota pesanannya,, dengan santun mbaknya mengiyakan.

Dan inilah daftar menu nya.



Biar ga lama-lama, langsung deh aku pilih 2 menu makanan dan 1 menu minuman : teriyaki roll, kani katsu dan vanilla milk shake, dan kutulis di nota pesanan. Kemudian aku memberikannya ke mbak pelayan yang tadi.

Waktu menunggu semakin kerasa karena aku penasaran sama rasa dan bentuknya. Dan hfuallah, setelah 20 menit lamanya menunggu, pesanan aku datang satu persatu, dimulai dari teriyaki roll lalu vanilla milk shake lalu kani katsu.

Itadakimasu !
Kebanyakan tempat makan menyajikan makanan tidak sama persis dengan yang ada di daftar menunya (di daftar menu terlihat besar dan oke, tapi aslinya engga). Berbeda dengan Chirashi Zushi, makanan aslinya lebih WOW dibanding dengan yang terpampang di daftar menu. Niatnya cuma jajan lah ini seperti makan besar. Apa karena ini efek aku makan sendiri ya...

Teriyaki roll

Vanilla milk shake

Kani katsu
Jika tidak salah aku mengartikan (jika salah maafkanlah dan mohon diralat, karena aku bukan spesial food blogger), Teriyaki roll adalah nasi lembut yang didalamnya berisi onigiri, kyuri (timun Jepang), tamago (telur), dan ayam yang digoreng, kemudian digulung dan diberi sesame (semacam biji wijen) dan saos teriyaki. Rasa sushi ini ga kalah enak sama sushi jenis yang sama (tapi aku lupa namanya) di restoran Sushi Tei. Justru aku lebih suka cita rasa sushi disini.

Kemudian ada Kani katsu. Kupikir kani katsu adalah sejenis gorengan Japanese cuisine yang tidak terlalu berbobot karena ukuran didaftar menu begitu kecil dan sedikit. Pas lihat aslinya, wew, ini kalau dicampur nasi uda bisa jadi makan malam. Ternyata kani katsu adalah daging crab stick yang dibalut dengan sejenis tepung roti, ha ha ha, pantesan berat banget.

Aku suka vanilla milk shake disini, karena vanilla nya lumayan kerasa. Mungkin yang bikin ga ngeh itu es serutnya kebanyakan, bikin gigi ngilu hehe.

Ada sepasang cowo cewe dimeja sebelah terus-terusan melirik ke arahku. Aku dengar yang cewe berbisik ke si cowo, "cewe itu badannya kecil makannya banyak...". Xixixi. Kalau aja tadi sebelum keluar rumah ga makan nasi dulu, sudah tentu aku pesan 3 menu makanan mbak. Tadi memang keluar rumah niatnya hanya untuk jajan, tapi yang dipesan ndak kerasa malah WOW gini.

Setelah dirasa cukup full ini perut, aku segera menghabiskan vanilla milkshake lalu berkemas, membawa 4 roll teriyaki dan 3 kani katsu ke mbak pelayan yang tadi untuk dibungkus, kemudian bayar di kasir. Letak kasir bersebelahan dengan meja kerja pembuat sushi.

Yak, ini dia meja kerja sang pembuat sushi
Harganya ga terlampau mahal sis bro, sungguh. Dari ke 3 menu yang aku pesan, aku hanya mengeluarkan uang berwarna biru, itupun masih diberi kembalian 2 lembar uang, yang satu berwarna abu-abu yang satu berwarna kuning keemasan (apaan sih ini malah tebak-tebakan harga).

Harga pesanan :
1. Teriyaki roll   Rp 18.000,-
2. Kani katsu   Rp 15.000,-
3. Vanilla milk shake   Rp 10.000,-

Sambil menunggu mbak pelayan membungkus makanan aku, aku foto deh dapur Japanese Food Street ini. Agak malu sih ya emang foto-foto. Karena kesini niatnya jajan bukan ngumpulkan data untuk nulis artikel hehe. Mbak pelayan selesai membungkus makanan aku, dan aku cuss langsung pulang kerumah.

Chirashi Zushi
Jl. Raya Nginden no. 30 Surabaya
08563036010
Open Monday - Sunday, 18.00 - 23.00 WIB

Pandaan, Malang, Blitar - Praktikum Lapang sekaligus Liburan?

Adalah suatu berkah memilih dan diterima di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga melalui jalur tes seleksi bersama se Indonesia. Selain belajar banyak teori mengenai seluk beluk budidaya, kehidupan dan penyakit bidang perikanan kelautan, kami disini juga melaksanakan praktikum baik di internal kampus maupun praktikum lapang ke kota lain.

Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan praktikum lapang di daerah paling dekat dengan Surabaya. Kota Malang dan Blitar menjadi destinasi wisata praktikum lapang kami untuk belajar mata kuliah Manajemen Akuakultur Tawar (MAT), Ekologi Perairan (EKOPER), dan Manajemen Kualitas Air (MKA). Yuk ikuti.

Perjalanan di hari pertama, awal bulan di akhir tahun, kami rombongan mahasiswa dan dosen FPK UNAIR dengan 4 bis besar menuju selatan Surabaya yakni daerah Pandaan. Kami belajar tentang MAT dan MKA di balai perikanan air tawar yang bernama UPBAT Pandaan (sekarang IBAT Pandaan). Saya merasa mengulang kembali keceriaan magang bersama teman-teman di tempat ini. Tempat yang bagus, hawa yang sejuk, pemandangan yang indah, air yang begitu jernih, serta menginap bersama teman-teman menyempurnakan kenyamanan tinggal disini. Sayangnya, disini kami hanya singgah sebentar.


UPBAT Pandaan terletak dijalan Kartini nomor 1 Pandaan. Dulunya tempat ini merupakan tempat budidaya udang Galah yang sangat sukses di Jawa Timur ketika nama Indonesia melejit karena pasokan komoditas udang yang melimpah. Namun pada tahun 1990-an, udang Galah terkena penyakit dan akhirnya susah untuk dibudidayakan kembali hingga sekarang. Kini komoditas utama UPBAT Pandaan adalah mencakup ikan air tawar seperti ikan nila, gurami, berbagai macam ikan hias dan beberapa jenis benih udang.

"He Lisa! Liato kamera", kata Oka.
"Sek ka, masi mikir nulis ini lho"
"Halaa, telaat, wis di cekrik"
Setelah mendapatkan informasi yang diperlukan untuk laporan praktikum, kami pindah ke destinasi berikutnya.

Saya berada di bis pertama dan diminta duduk paling depan sebagai penunjuk jalan. Padahal saya bukan komting... Pada saat survey praktikum, saya beserta 6 teman menjelajah tempat-tempat yang akan kami kunjungi selama praktikum lapang. Sementara saat praktikum lapang... *menghela nafas* hanya saya yang disuruh menjadi penunjuk jalan dan pengambil keputusan. Baiklah! Untung saja ada seorang teman cowok yang bersedia menemani dan menyumbang pendapat plus membantu mengambil keputusan selama perjalanan 3 hari 2 malam ini.

Walau pak sopir tidak ngebut, tapi serem juga ya duduk di depan tanpa pakai seat belt
Destinasi berikutnya adalah balai perikanan di daerah Umbulan. Tetapi karena suatu hal kami memutuskan untuk tidak kesana setelah berdiskusi lumayan lama. Jadi kami langsung cuss ke destinasi selanjutnya : waduk Lahor, terletak diantara Malang dan Blitar.

FYI, bendungan Lahor dibangun tahun 1972, dan mulai beroperasi sejak November 1977 merupakan bagian dari Proyek pengembangan wilayah sungai Brantas yang dilaksanakan secara terpadu oleh Badan Pelaksana Induk Pengembangan Wilayah Sungai Brantas. Waduk Lahor ini dialiri oleh tiga buah sungai yaitu sungai Lahor, sungai Leso dan sungai Dewi. Waduk lahor memiliki luas 2,6 km2 atau 260 Ha, terletak kurang lebih 1,5 km di sebelah utara proyek serbaguna Karangkates, dan kurang lebih 32 km di sebelah selatan kota Malang ke arah kota Blitar. Waduk ini menjadi salah satu inlet (daerah aliran masuk) dari waduk Sutami yang merupakan waduk terbesar di Jawa Timur. Waduk lahor dibangun dengan tujuan sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi irigasi pertanian, kegiatan perikanan darat dan sebagai tempat wisata.
Kesibukan anak-anak ikan mencari biota air.
Hai Tiffani, saya mau moto kamu kok malah kamu yang moto saya..
Tujuan kami kesini adalah untuk mempelajari beberapa bab mata kuliah EKOPER diantaranya mengenali dan mengidentifikasi biota air serta menganalisis ekosistem waduk yang sebenarnya karena waduk ini merupakan ekosistem perairan tawar terbuka yang menggenang. Kami diperbolehkan mengambil beberapa biota kemudian mengawetkannya dengan formalin dan membawanya pulang untuk diidentifikasi di laboratorium kampus.

Biota hasil pencarian kelompok kami, kelompok 8
Selama hampir satu setengah jam kami disini. Setelah dirasa cukup, kami segera pindah ketempat praktikum berikutnya.
Hawwawaw.. Hayo tebak mana yang dosen mana yang mahasiswa ^^
Muka capek kami ga keliatan karena kami senang!
Tempat praktikum lapang selanjutnya adalah Sub Raiser Ikan Hias milik dinas kelautan dan perikanan kabupaten Blitar, yang sekaligus menjadi tempat menginap kami selama 2 hari 2 malam. Sub Raiser Ikan Hias ini terletak di desa Penataran kecamatan Nglegok, desa yang nyaman dan indah, jauh sekali dari keramaian kota. Kami sampai disana sekitar jam 4 sore dan disambut dengan turunnya air hujan. Subhanallah... Jarak antara tempat parkir bis dan mes tempat kami menginap lumayan jauh, sementara barang-barang yang kami bawa pun lumayan banyak. Benar-benar perjuangan juga untuk saya yang tiga kali bolak balik mes-parkir bus untuk membantu teman-teman PJ membawa barang-barang sambil berhujan-hujan ria.

Malamnya hujan reda, dosen lapang mengumpulkan kami di aula terbuka (dimana dibawah aula ini merupakan habitat berbagai macam ikan air tawar) kemudian memberikan arahan pada kami untuk mengamati tempat ini lebih jauh malam ini sehingga besok pagi kita bisa langsung memulai wawancara penjaga Sub Raiser dan melanjutkan praktikum (dan menyicil laporan-bagiku).

Udara malam begitu dan sangat dingin, tidak ada kasur empuk dan selimut untuk kami tidur, yap yap kami tidur dilantai beralaskan selapis tikar. Untung saja kami tidur bersama-sama (di mes perempuan), jadi dengan gelak tawa kami teman-teman satu angkatan membuat suasana dingin menjadi sedikit lebih hangat.

~oOo~

Keesokan paginya, setelah sholat Subuh pada jam setengah 7, kami bergiliran membersihkan diri kemudian bersiap melanjutkan praktikum. Lucunya, kebanyakan dari kami pada bangun kesiangan. Matahari yang masih malu-malu membuat suasana semakin nyaman untuk berguling-guling. Jadinya praktikum dimulai jam 8 pagi.
Foto bareng dulu deh, mumpung masih fresh.
Setelah sarapan, pukul 8 kurang kami langsung menyebar bersama dengan kelompok masing-masing untuk mencari data hingga mengukur kualitas air kolam sesuai dengan mata kuliah MAT dan MKA. Lebih cepat menyebar, lebih cepat selesainya.

Tidak sempat mengabadikan foto di Sub Raiser saat praktikum lapang, jadi saya tunjukkan pemandangan Sub Raiser saat survey beberapa hari sebelumnya ya

Konstruksi kolam pada Sub Raiser terbagi menjadi 2, yaitu kolam bagian utara dan kolam bagian selatan. Pada kolam bagian utara, dasar dari kolam tersebut berupa semen dan pada kolam bagian selatan, dasarnya berupa tanah. Saluran air ada. Konstruksi tanah yang miring membuat aliran air menjadi deras dan mengalir. Sumber air berasal dari mata air. Kontur air Blitar dan bahan yang terlarut didalamnya sangat cocok untuk budidaya Ikan Koi dan jenis ikan hias lainnya.

Haii, ini di candid sama Iponk
Usai mengumpulkan data dan informasi, kami segera bersiap untuk praktikum lapang di luar Sub Raiser, sementara barang-barang menginap ditinggal di mes masing-masing. Sekitar pukul 10 kami keluar dari Sub Raiser.

Kemana destinasi selanjutnya? Yak, bus kami menuju ke selatan kota Blitar menuju tambak udang Vaname milik pak Angka. Kami harus melewati jalanan yang berliku-liku dan naik turun. Mesin bus terdengar bekerja ekstra keras ketika sedang berada di jalan tanjakan. Kami saling berdoa meminta agar semua diberi keselamatan dan kelancaran hingga pulang nanti. Kemudian tiba-tiba saya dihubungi teman bahwa bis 2 tertinggal karena mogok di beberapa belokan sebelumnya. Bis 4 yang berada di belakang bis 2 ikut berhenti dan sopir serta kernetnya ikut membantu bikin betul mesinnya. Sementara bis 1 dan bis 3 berhenti menunggu bis 2 & 4 karena mereka sama-sama tidak tahu lokasi praktikum selanjutnya. Bis 1 & 3 tidak memungkinkan untuk putar balik menjemput karena lokasi jalanan sangat sempit, kanan dan kiri jalan hanya berupa tebing dan jurang, jadi kami putuskan bis 1 & 3 berhenti di tepi jalan menunggu bis 2 & 4.
Pak Sopir kekeh berhenti dipinggir jalan, alasannya dibelakang tadi ada beberapa jalan, jika kita ga menunggu disini, mereka bisa kesasar jauh. Dan akhirnya, terjadilah sedikit kemacetan.
Reza,, baik hati sekali mau jadi pengatur lalu lintas wkwk
Kurang lebih 2 jam kami menunggu. Wajah teman-teman sudah menunjukkan ketidaksehatannya dan tidak tertarik menuju tambak milik pak Angka. Oleh karena itu, ada seorang teman yang menghibur kami dengan suaranya.

Duh Wiku terima kasih.. *lebih baik saya tidur*
Tak lama kemudian kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Sayang sekali hasil jepretan kamera ponsel kurang mendukung dan kurang memanjakan mata.
Sawah ini terletak diseberang tambak milik pak Angka
Hai,, ini adalah teman-temanku yang suka banget petualangan, perempuan dan tangguh! Saya ikut ketularan tangguhnya hihihi
Menurut cerita teman, tambak milik pak Angka adalah tambak terbesar dan terbagus dalam pengendalian penyakit udang di kawasan Blitar selatan lho. Kebetulan pak Angka adalah teman dari salah satu dosen, jadi kami punya akses untuk visit dan belajar langsung pada beliau. Lokasi tambak ini berada di daerah Serang.
Salah satu petak tambak berisi udang vaname. Terlihat dari sini bis kami begitu kecil ^^
Waow, aktivitas panen udang, dilihat dari mes yang berada diatas bukit
Kami menuju mess untuk mendengarkan materi dari utusan pak Angka serta berdiskusi dan mengisi buku praktikum.

Rata rata luas kolam/tambak per petak adalah 3000 meter persegi. Pengeringan dan pengapuran dengan pemberian sebesar 5-7 ton/Ha. Dengan rumus kimia kapur caco3 dan pembalikan tanah. Saluran air ada, berupa parit kecil. Namun pada tambak ini pergantian air dilakukan seminimal mungkin. Sumber air berasal dari laut (bersalinitas 30 – 35 ppm) dan air tawar (bersalinitas 0 – 5 ppm) yang dimasukkan ketandon lebih dahulu sebelum dialirkan ketambak. Pada saat air berada didalam tendon, mendapat perlakuan khusus yaitu diberi kaporit 0,2 ppm setiap seminggu sekali. Air yang berada ditandon, diberi perlakuan juga agar salinitas air dapat turun menjadi 20 – 25 ppm dengan suhu 25 derajat celcius.

Usai berdiskusi, kami diminta menyebar untuk mengamati tambak dan mengukur kualitas airnya. 
Ternyata dibelakang mess ini juga ada tambak. Wow
Ada yang nge-candid. Terima kasih Ajeng, good capture ^^
Waktu menunjukkan pukul 2 lebih dan beberapa dosen mengisyaratkan bahwa kami harus berpamitan. Untung saja tadi sholat dhuhur dulu ya, jadi pas mau pulang begini, ga keburu-buru jadinya.

Kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Serang, tidak jauh dari tambak udang milik pak Angka, sekitar 15 menit saja.

Sesampainya di pantai Serang, kami diberi waktu sebentar untuk makan siang, sholat ashar kemudian bersiap melanjutkan praktikum lapang EKOPER di pinggir pantai. Namun salah satu dosen merubah jadwal tiba-tiba, sehingga setelah makan dan sholat kami langsung menuju mess. Memang kala itu sedang hujan rintik-rintik dan saya menduga laut dan ombak di pantai selatan Jawa sedang ganas-ganasnya akibat angin yang bergerak begitu cepat. Mungkin sebab itu, bapak dosen membatalkan praktikum di tepi pantai, semata-mata untuk keselamatan kami. Selain itu, jalanan curam yang kami lalui sebelumnya juga tidak aman jika dilalui saat hujan, jadi dosen meminta pak sopir untuk memutar dan tidak melewati jalanan itu.

Sekembalinya di mess, kami memiliki waktu lebih lama untuk bersantai dan bersenda gurau. Saya sangat amat menikmati memiliki teman mereka semua ^^. Kami bercanda dan tidak terasa waktu menunjukkan pukul 10 malam. Kami langsung bersiap untuk tidur guling-gulingan karena kedinginan hihihi.
~oOo~

Yuhuu~ Dingin dan kami siap jalan-jalan
Setelah sholat Subuh, saya dan beberapa teman jalan-jalan disekitar area Sub Raiser. Dinginnya udara Subuh tidak menyurutkan kami untuk melangkahkan kaki mengeksplorasi wilayah ini. 

Ternyata ada beberapa teman laki-laki yang sengaja begadang dan ngopi di warung berjarak kurang lebih 100 meter dari Sub Raiser. Karena ini di desa, jarak antara bangunan satu dengan bangunan lainnya begitu jauh. Dan karena ini di desa, saya jadi betah karena banyak sekali nuansa hijau yang menyejukkan mata disini.
Kami berada di daftar antrian pertama masuk musium ini. Padahal musiumnya baru buka jam 10 xD
Saking dinginnya, udara yang keluar dari mulut dan hidung kami menjadi terlihat. Dan kemudian kegiatan iseng pun dilakukan.
Lomba mengeluarkan udara lewat mulut. Yang paling tebal dan panjang, adalah juaranya
Sekitar satu jam lebih kami berjalan di sekitar Sub Raiser. Bercerita, bercanda, berfoto ria. Semua hal terasa sangat menyenangkan karena dilakukan bersama teman-teman.
Bebo family
Saya senang !!!
Kami kembali ke mess untuk sarapan, mandi dan bersiap check out dari Sub Raiser.

Sebelum pulang ke Surabaya, kami memiliki 2 destinasi praktikum dadakan usulan dosen : Tambak kepiting (milik perseorangan...-maaf saya lupa) dan tambak ikan hias milik pak Narwan. Karena di tempat tambak kepiting tidak siap menerima kunjungan belajar, kami lanjut saja menuju destinasi selanjutnya.
Pemandangan di tambak ikan hias milik pak Narwan
Tambak ikan hias milik pak Narwan tidak kalah awesome dengan tambak-tambak yang kami kunjungi sebelumnya. Walau tambak milik pak Narwan lebih sederhana, namun jangan ragukan kualitas budidayanya.
Sesi wawancara
Tambak milik pak Narwan membudidayakan berbagai macam ikan hias dan ikan konsumsi yang semuanya dibudidayakan di air tawar, diantaranya Ikan Oscar; Barbir; Komet; Koki; Mas; Lele; Gurami; Gurami albino; Nila; Koi; Lobster; Zebra pink; Manfish dll. Dalam tiap pembudidayaannya, lain ikan lain perlakuan. Kolam ikannya terbuka dan apabila kebanyakan air hujan, ikan akan stress. Oleh karena itu, dibuatlah penampisan air hujan berupa dedaunan yang tumbuh lebat diatas petakan tambak. Selain itu, dedaunan juga berguna melindungi bayi ikan yang baru menetas dan menyediakan pakan alami untuk bayi-bayi ikan tersebut.
Subhanallah, airnya jernih banget!

Abaikan baju-baju yang tergantung itu
Uniknya, tambak ikan hias milik pak Narwan berada dibawah tebing yang siap kapan saja longsor ketika musim hujan begini. Beberapa pegawai disana mengatakan, bukit ini sudah lama seperti ini, dan hingga saat ini masih bertahan dan tidak longsor. Tapi kan tetap saja, ngeriii..

Baiklah, kegiatan praktikum lapang telah usai. Wajah-wajah kami menunjukkan 60% kebahagiaan. Belum 100% karena masih ada laporan dan buku praktikum yang menanti untuk diisi dan dicoret-coret. 


Kami pulang ke Surabaya dengan perasaan lega. Alhamdulillah..

KB | Kebiasaan Pola Makan serta Keseharian Caca dan Lip

Sejenak aku berfikir bahwa memelihara kura-kura dari bayi sama seperti membesarkan anak dalam keluarga. Apa yang kita ajarkan, apa yang kita biasakan dan apa yang kita lakukan ketika mereka still baby akan membentuk mereka dan mempengaruhi kebiasaan mereka ketika dewasa. Aku melihat beberapa pola pengajaran dan didikan berbagai orang tua pada anaknya semasa kecil sangat jelas mempengaruhi pola hidup anak ketika dia dewasa. Begitu pula dengan kura-kura, atau bahkan hewan peliharaan mereka. Karena manusia dan hewan sama-sama memiliki hati dan rasa, tentunya.

Aku membesarkan Caca dan Lip -yang tanpa sengaja- dengan perlakuan berbeda telah mempengaruhi kebiasaan mereka dewasa ini. Sebut saja kebiasaan makan dan kebiasaan dalam keseharian.

Pola makan
Ketika Caca kecil, karena aku masih newbie dan tak ingin gagal membesarkan hewan peliharaan, selain aku rutin memberinya makan pelet, aku juga memberikan Caca makanan apa saja yang pantas untuk dimakan manusia seperti buah dan sayuran. Aku juga memberikan dia beberapa jenis makanan -yang dari beberapa sumber mengatakan bahwa kura-kura suka akan makanan itu- berupa hewan kecil seperti cacing darah, ulat hongkong dan daging ikan. Aku tidak pernah memberi Caca pakan berupa kecoa atau jangkrik, selain aku jijik pada hewan ini aku juga tahu dan mengerti bahwa kecoa dan jangkrik menyimpan berbagai macam jenis cacing dan bakteri pada perutnya.

Caca kecil sangat menikmati semua makanan itu bahkan setiap jam makan, dia selalu bersikap antusias pada apa yang aku bawa untuk dimakannya. Caca tumbuh besar dan menyukai hampir semua makanan. Namun disini aku menyadari kesalahanku yakni ketika memberikan porsi pengenalan pakan hewani lebih besar dari pada pakan nabati ketika Caca masih kecil. Dewasa ini Caca hampir selalu menunggu daging ikan yang aku berikan setiap 3x seminggu (pada saat makan pagi), dan selama menunggu itu dia lebih memilih untuk berpuasa seharian daripada memakan pelet yang selalu aku berikan 3x sehari. Terkadang Caca memakan pelet itu kalau dia sangat lapar dan terpikat melihat Lip yang selalu lahap dan tidak pernah absen menghabiskan pelet yang aku beri. But anyway I'm grateful, Caca tidak menghilangkan rasa suka nya terhadap buah dan kadang sayuran. Caca menyukai buah semangka dan pepaya, bahkan dia tidak pernah mengabaikan ketika aku memberinya buah-buahan yang selalu aku makan seperti apel, mangga dan alpukat. Sementara sayuran, apalagi yang berwarna hijau (kebanyakan sayuran berwarna hijau yak xixixi), dia sudah jarang sekali memakannya. Mungkin dia melihat warna sayuran itu sama seperti warna pelet : Hijau.

How about Lip? Ah, Lip mah, makanan apa saja masuk mulutnya. Ga heran kalau badannya begitu berat, lebih berat dibanding Caca. Lemaknya yang menjuntai dari leher dan bagian depan badannya, (bagaimana aku harus mengatakannya-aku selalu tertawa geli ketika mengingat dan melihatnya) membentuk layaknya payudara pada wanita, begitu berlemak. Sampai sekarang pun aku masih mencari tahu bagaimana caranya mengurangi nafsu makan Lip yang tidak karuan itu. Karena seingatku, aku memberi makan Lip sama seperti Caca, baik dari segi intensitas waktu maupun porsi makanan. Hanya saja ketika mereka masih sama-sama kecil, kecepatan makan Lip berbeda dengan Caca, dan tetap sama hingga mereka dewasa. Ketika ada makanan masuk ke dalam mulut mungilnya, Lip langsung menelan makanan itu dan hanya sesekali mengunyah. Sementara Caca begitu selektif, dia mengunyah makanan beberapa kali hingga dirasa oke masuk perut baru dia menelannya.
Lihatlah! Betapa gemuknya Lip
Lip kecil adalah kura-kura yang istimewa bagiku. Rasa tidak ingin kehilangan kura-kura lagi menyebabkan aku terlalu memanjakan Lip. Saat itu aku hanya berfikir harus memberikan makanan yang sehat dan dapat menghasilkan energi lebih pada Lip untuk survive. Untuk itu aku hanya mengenalkannya pada pakan hewani. Daging ayam, daging ikan, ulat hongkong,, Lip sangat menyukainya. Dan melupakan jika pakan nabati juga sama pentingnya. Sayur dan buah dia tidak terlalu suka (kecuali buah alpukat). Walau aku memanjakan Lip, dia tidak pernah lupa untuk berusaha. Lip tumbuh menjadi kura-kura aktif, manja dan penakut,, sementara Caca tumbuh menjadi kura-kura yang pasif tapi mandiri. Ketika mereka masih kecil, aku memberi pakan Caca dan Lip berupa ikan komet kecil -yang seukuran dengan mulut baby RES-, Lip lebih interest untuk mengejar hingga berhasil mendapatkannya daripada menunggu ikan berenang mendekat. Dan ketika mereka beranjak lebih besar sementara aku tak punya waktu untuk menunggu dan mengamati mereka, saat waktu makan tiba seringnya aku menjatuhkan makanan di kolam airnya, Lip melahap habis makanan dengan cepat sebab dia tidak mengunyah makanan itu, sementara Caca hanya mendapat sedikit. Oleh karena itu, aku menyiasatinya, yakni memberi makan dengan tangan sendiri, dengan kata lain aku menyuapi mereka. Karena Lip menemukan solusi dari "menyuapi" yakni merebut makanan Caca, aku memberi porsi makan Lip lebih sedikit dibanding Caca.

Kebiasaan
Caca menjadi kura-kura yang mandiri dan seringnya risih jika dimanja, karena saat kecil dia tidak aku manja. Seringnya aku mengabaikannya untuk mengurus Nunu dan Kame yang memiliki daya tahan tubuh lemah. Caca selalu berusaha sendiri menyelesaikan apa masalahnya dan diam jika dia terluka. Aku trenyuh saat dia hanya diam dan tidak nafsu makan karena kakinya digigit Lip. Dia bahkan tidak membalas menggigit Lip. Dia hanya menyembunyikan kakinya saat aku datang mengamati mereka dan baru aku mengetahui beberapa waktu kemudian

Walau Caca adalah kura-kura yang pasif, tapi dia adalah kura-kura yang gigih. Dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan walau tidak secepat Lip. Dan yang terutama adalah dia selalu sayang sama adik-adiknya, hal yang menjadi kebiasaannya ketika masih kecil. Dia selalu hobi mencium Nunu, Kame dan seringnya pada Lip.
Caca kecil suka sekali berjemur dibawah matahari
Dari kecil hingga sekarang, Caca sangat suka berjemur dibawah matahari. Dia begitu menikmati sinar matahari yang menyorot badan hijaunya. Bahkan dia tidak sungkan untuk menjulurkan kedua tangan dan kedua kakinya ketika berjemur. Lucu banget pokoknya. Apalagi jika ada sandal atau potongan kayu (digunakan sebagai sandaran jagang motor) yang diletakkan tepat di dada dan perutnya, dapat dipastikan selama beberapa menit dia tidak akan merubah posisi uwenaknya itu.
"Jangan ganggu aku..", kata Caca
Dibanding Lip, Caca sangat suka dan lebih betah di air. Karena saat Caca kecil, dia sangat sering berada di air, untuk makan untuk bermain dan tidur pun dia bisa bernafas di air. Caca kecil sering aku latih untuk berenang di kedalaman tertentu, yaa dia aku cemplungkan pada bak dengan ketinggian air 10x lebih tinggi darinya. Dan dia survive!

Saat musim hujan sekitar bulan Desember hingga Mei, air dan udara begitu dingin. Begitu pula di bak air. 2 tahun lalu ketika aku mulai membiasakan Caca dan Lip berada di air, aku ga tega saat air di bak jadi dingin akibat musim. Kemudian aku berinisiatif untuk memberinya air hangat ketika malam hari, dan hal ini aku lakukan setiap hari selama musim hujan dan hawa dingin. Caca sangat menikmati hangatnya air, terlihat dari kakinya yang sengaja ia regangkan (luruskan) di beberapa menit dia berendam di air hangat.

Sayangnya Lip selalu tidak bisa berendam di air hangat. Beberapa menit setelah Lip berendam, dia selalu meloncat-loncat ingin keluar bak. Hingga sekarang dia masih seperti itu. Bahkan tadi malam jam 3, saat aku selesai berwudhu aku melihat dia loncat dan mendadak terbalik di air. Dengan sigap aku mengangkatnya dari air. Dan dia tidak berhenti berontak. Dia mengepak-ngepakkan kedua tangan dan kedua kakinya dengan cepat seolah-olah dia sedang gelisah. Seperti biasa aku meletakkan dia diatas pangkuan, memeluk dengan setengah tangan dan menenangkannya. Tangan dan kaki Lip berhenti lalu memposisikan tubuhnya senyaman mungkin, dia terlihat menikmati belaian jariku dikepalanya, namun tidak dengan pernafasannya.
Lip kecil yang suka tidur dipangkuan setelah sesak nafas
Aku menduga Lip selalu sesak nafas jika berada di air hangat. Pertama kali dia berlaku begitu sekitar 2 tahun yang lalu. Ketika aku mengangkatnya dari air kemudian mengamati, mendadak Lip bernafas dengan mulutnya dan lehernya tidak henti-hentinya mengembang dan mengempis begitu lebar, seperti ada yang tersumbat disaluran pernafasannya. Dia baru berhenti gelisah saat aku mendekapnya, beberapa menit kemudian dia tertidur -___- selalu seperti itu, benar-benar kura-kura yang manja. Aku tidak tahu mengapa dan sengaja tidak membawanya ke dokter hewan, karena kurasa ini hanya kebiasaan ketika dia berendam di air hangat.

Ketika di air dingin, seringnya Lip tidur dengan kepala dan hidung "mecungul" di permukaan. Yap, Lip lebih suka untuk tidur di daratan dibanding di air. Apalagi jika ada kain tebal dan hangat tiba-tiba terjatuh diatasnya, pasti dia memilih untuk diam dan tidur selama berjam-jam. Sayangnya, Lip tidak suka berada dibawah matahari untuk berjemur (walau dia lebih suka di daratan). Dia selalu kabur ketika aku menaruhnya tepat disebelah Caca yang sedang berjemur.

Result
Nah, bisa kita simpulkan bahwa hewan yang kita pelihara sedari kecil sama seperti bayi manusia. Tingkah laku dan kebiasaan ketika mereka dewasa merupakan hasil dari tingkah laku dan kebiasaan semasa kecil. Oleh sebab itu, jika kita akan memutuskan untuk memiliki hewan peliharaan, ketahui dulu apakah kita mampu dan sanggup menjaga dan mendidiknya dari mereka kecil hingga beranjak dewasa. Sebab yang kita lakukan hari ini akan membentuknya dikemudian hari, lho..

Enjoy your holiday ^^

NB :
*Pakan adalah nama lain dari makanan untuk hewan dan tumbuhan
*Pangan adalah nama lain dari makanan untuk manusia

KB | Teman Kecil Ku - Caca dan Lip

Waktu 4 tahun lebih 2 bulan itu cukup untuk mengenal seorang teman dari sisi baik maupun kebiasaan buruknya. Bagaimana jika aku mengenal sepasang teman yang memiliki kebiasaan yang unik disepanjang hidupnya? Sepanjang hidupnya??? Ya, sepanjang hidupnya. Karena aku memeliharanya sejak dia masih berumur beberapa hari. Memeliharanya??? Iya, dia adalah kura-kuraku, teman kecil ku, Caca dan Lip.

Setelah aku memposting See, how cute my turtles are., aku ingin memposting kembali tentang keunikan perjalanan hidup yang dijalani oleh sepasang little body guard ku ini. Alasan menemukan ide untuk memposting adalah karena hal yang sangat simpel,, melihat kelucuan tingkah laku mereka.

Selalu kompak !

Mereka adalah kakak dan adik
Caca berumur sekitar 4 tahun lebih 2 bulan dan Lip berumur sekitar 3 tahun lebih 10 bulan. Caca adalah seorang kakak yang baik dan sabar. Seringnya aku melihat Caca mengekspresikan rasa sayangnya terhadap Lip dimanapun mereka berada. Cara Caca mengekspresikan rasa sayangnya adalah dengan mencium Lip, membiarkan Lip menaiki badannya, mendekati Lip ketika mereka akan tidur, membagi makanan dengan Lip, tidak membalas ketika Lip dengan sengaja menggigit kaki Caca karena dikiranya kaki kakaknya adalah makanan, dan masih banyak lagi. Sifat penyayang Caca tidak hanya ditunjukkan untuk Lip saja, melainkan juga pada Nunu dan Kame. Nunu dan Kame adalah kura-kura yang aku pelihara, sayangnya mereka mati pada saat masih kecil karena sistem imun yang masih belum kuat. Caca sangat menikmati menjadi seorang kakak.

Sebagai adik, Lip sering berlaku egois dan hobi banget makan. Mungkin karena saat dia kecil, aku begitu memanjakannya. Alasan aku memanjakan Lip karena takut kalau Lip kecil tidak memiliki sistem imun kuat seperti Nunu dan Kame. Ternyata dia tumbuh menjadi kura-kura yang kuat, gendut tapi penakut dan manja, that's why I call him Lip padahal nama aslinya Live (berharap dia terus hidup dan menemani Caca sampai dewasa). Lip sering mengikuti tingkah Caca. Dan lucunya ketika dia disayang (dicium) sama Caca, dia nurut aja, seolah-olah dia menikmati rasa sayang yang diberikan untuknya.

Kanan Caca, kiri Lip
Caca dan Lip adalah sepasang kakak adik yang tumbuh bersama selama sepanjang hidup Lip (sampai sekarang - semoga juga sampai nanti nanti ya). Ketika aku stress dan penat, kemudian melihat tingkah mereka, seketika aku menjadi lega, perhatian dan kasih sayangku sepenuhnya tersalurkan ke mereka. Apalagi ketika melihat mereka akur, aku sangat senang sekaligus iri. Iri karena aku ga bisa jadi kakak yang sabar untuk adikku layaknya Caca selalu sabar meladeni Lip hihihi.

Mereka adalah partner
Of course mereka partner. Mereka hidup bersama, makan bersama, bermain bersama dan tidur bersama. Pernah suatu ketika aku meletakkan mereka pada bak terpisah karena saat itu kaki Caca luka dan mengelupas akibat digigit Lip. Padahal jika dilihat struktur gigi Lip tidak setajam Caca, jadi kemungkinan luka akibat gigitan Lip sangat kecil dibanding gigitan Caca (jempol dan telunjuk tangan aku pernah masuk ke mulut Lip dan Caca dan merasakan gigitan mereka jadi aku tau perbandingan kekuatan gigi mereka wkwkwk). Kenyataannya kaki Caca luka dan mengelupas hingga berwarna kemerahan. Ini berarti gigitan Lip sangat keras dan keterlambatanku mengetahui luka pada kaki Caca menyebabkan lukanya menjadi infeksi. Alhasil aku memisahkan mereka. Lip dihukum tidak boleh makan malam dan dia tidak terima, dia meloncat-loncat dan berusaha untuk keluar dari bak barunya. Sementara Caca tetap makan seperti biasa.

Kanan Lip, kiri Caca
3 hari kemudian Caca menjadi kurang nafsu makannya. Berbeda dengan adiknya yang setiap harinya selalu bertambah nafsu makannya. Setelah luka kaki Caca mengering dan warna kaki kembali seperti semula (berwarna hijau terang), aku kembalikan mereka dalam satu bak. Seketika nafsu makan Caca kembali bahkan menjadi lebih bernafsu untuk makan sehingga memaksa Lip untuk mengalah. Lip pun tidak keberatan, terlihat dengan tidak merebut makanan yang dimakan Caca (tidak seperti biasanya).

Mereka adalah sepasang penghibur dan pelipur lara
Seperti yang aku jabarkan pada bait-bait kalimat diatas, tingkah laku mereka yang demikian unik mampu menghilangkan penat dan kegalauan hatiku (ceileh lebaay). Merawat mereka merupakan kesenangan tersendiri, bermain dengan mereka merupakan kebahagiaan tersendiri dan menjalani hari-hari melihat mereka tumbuh besar adalah kenikmatan tersendiri.

Mereka tidak bisa terpisahkan, bagiku. Mungkin karena mereka selalu bersama dan harapan terbesarku adalah mereka harus selalu bersama.

I love you both

Ini adalah kisah teman kecil ku, peliharaanku, bagaimana dengan peliharaanmu? Share ya.

By the way, aku sangat senang didapuk teman-teman pecinta kura-kura sebagai penasehat kura-kura. Ini sangat menyenangkan bagiku berbagi pengalaman membesarkan kura-kura dan share tentang bagaimana cara menyayangi kura-kura dengan baik. Semoga kita bisa tetap terus menyayangi dan share tentang bagaimana uniknya hewan peliharaan kita ^^

Penggunaan Bakteri dari Mangrove (Bacillus sp.) Sebagai Antagonis Vibrio Harveyi

Ini adalah laporan yang saya tulis pada tahun 2013. Merupakan penelitian yang saya lanjutkan dari penelitian Indah Pratiwi. Tetapi, penelitian ini tidak bisa dilanjutkan karena suatu alasan. Berharap suatu saat saya dapat merampungkannya dengan atau tidak ada penambahan pada variabel, atau dengan perubahan metode.


~O~

Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia. Salah satunya adalah pembudidayaan udang. Budidaya udang memberikan kontribusi yang besar bagi produksi sektor perikanan Indonesia. Ekspor produksi udang Indonesia pernah mencapai 50% dari seluruh  ekspor perikanan pada tahun 2002 dan menempati urutan lima besar dalam komoditas ekspor non  migas.

Budidaya udang windu (Penaeus monodon) di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 70-an dan sampai sekarang masih merupakan salah satu kegiatan perikanan yang cukup potensial. Puncak perkembangan usaha budidaya udang windu terjadi pada awal tahun 90-an dan pada periode tersebut peningkatan usaha budidaya udang windu bukan hanya melalui intensifikasi, tetapi juga pembukaan areal hutan bakau menjadi lahan pertambakan. Konsekuensi dari peningkatan usaha budidaya udang tersebut adalah kualitas lingkungan menurun yang menyebabkan timbul berbagai serangan penyakit udang.

Penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari intensifikasi budidaya udang menyebabkan air laut terkontaminasi oleh berbagai mikroba berbahaya bagi udang. Salah satu mikroba berbahaya tersebut adalah bakteri Vibrio sp., penyebab penyakit vibriosis yang dapat menyebabkan kematian masal pada udang budidaya. Vibrio harveyi merupakan patogen dan penyebab utama penyakit vibriosis. V. harveyi bersifat patogen oportunistik yaitu organisme yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan dan berkembang dari sifat saprofitik menjadi patogenik apabila kondisi lingkungan dan inang memburuk. Terjadinya kematian udang akibat serangan bakteri Vibrio ini membuat para petani tambak udang mengalami kerugian yang besar. Potensi penyebaran Vibrio yang demikian besar hendaknya segera diatasi dengan melakukan berbagai upaya penanggulangan.

Upaya yang sering dilakukan oleh petambak untuk mengendalikan penyakit vibriosis adalah dengan menambahkan senyawa antimikrobial pada pakan atau langsung pada air. Akan tetapi pemakaian dalam jumlah besar dapat mengakibatkan resistensi bakteri patogen sehingga penggunaaan antibiotik untuk mengontrol mikroba patogen tidak dianjurkan. Selain itu, penggunaan antibiotik mengakibatkan penumpukan residu antibiotik pada daging ikan dan udang dan pencemaran lingkungan. Saat ini telah banyak dikembangkan metode lain yang diharapkan lebih aman dan efektif salah satunya adalah dengan penggunaan bakteri probiotik sebagai agen biokontrol. Penggunaan biokontrol merupakan prospek yang menjanjikan karena lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Penggunaan probiotik (bakteri yang menguntungkan) untuk membunuh patogen dengan proses kompetisi lebih baik daripada menggunakan antibiotik, penggunaan probiotik dari bakteri yang menguntungkan dapat diterima sebagai kontrol patogen dalam akuakultur.

Salah satu karakteristik mikroorganisme sebagai agen biokontrol yang efektif adalah memproduksi antibiotik sebagai zat antagonis untuk melawan mikroorganisme patogen. Bakteri sebagai agen biokontrol yang pernah dilaporkan adalah Agrobacterium, Pseudomonas, Bacillus, Alcaligenes, Streptomyces.

Mangrove adalah suatu lingkungan ekologi yang unik sebagai tempat berkembangnya komunitas bakteri. Sebagai ekosistem pasang surut daerah tropis mendukung beragam bakteri hidup dan melakukan aktivitas yang mengakibatkan produktivitas yang tinggi. Berbagai kelompok bakteri memainkan peranan dalam ekosistem mangrove, salah satunya adalah menghasilkan antibiotik.

Dari hasil penelitian Indah Pratiwi dalam mengeksplorasi bakteri yang diharapkan menjadi kandidat probiotik, diperoleh bahwa bakteri dari genus Bacillus mendominasi di tiap titik lokasi pengambilan sampel. Hal ini karena genus Bacillus memiliki karakteristik dapat hidup dalam tanah, toleransi terhadap suhu yang tinggi, laju pertumbuhan tinggi, memiliki formasi spora yang resisten, dan aman digunakan sebagai agen biokontrol berdasarkan beberapa penelitian. Dengan kata lain, potensi dari genus Bacillus sebagai agen biokontrol sangat tinggi. Selain itu, bakteri genus Bacillus sangat tepat digunakan sebagai probiotik karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal, mampu bertahan pada temperatur tinggi, dan tidak ada hasil samping metabolik.

~O~

Hutan mangrove sangat berpotensi dan bermanfaat. Dimulai dari buah, daun bahkan substrat lumpur tempat mereka hidup berkelompok pun juga bermanfaat. Sangat disayangkan jika manfaat ini tidak di eksplorasi. Lebih disayangkan lagi jika beberapa kelompok manusia menebang batang dan pohon tanpa adanya penanaman dan penghidupan kembali hutan mangrove.

Jika saja ada dukungan penuh dari swasta maupun pemerintah untuk mengeksplorasi hutan mangrove tanpa menebang batang dan pohonnya, saya yakin, Indonesia akan menjadi bangsa yang kaya akan hasil pengetahuan. Tidak merugikan alam, tidak merugikan warga sekitar hutan mangrove serta tidak akan merugikan kawasan pesisir pantai.

Sebagai contoh, mengeksplorasi bakteri dari lumpur mangrove yang digunakan sebagai antagonis bakteri penyebab penyakit dan kematian pada hewan budidaya air baik ikan maupun non ikan. Diujikan skala laboratorium (in vitro) dan skala lapangan (in vivo). Diberdayakan dan dikomersilkan sebagai sebuah solusi mengatasi penyakit pada hewan budidaya kepada para nelayan tambak. Sehingga hasil budidaya yang diperoleh mencapai maksimal nilai jual. Hal ini akan mendatangkan keuntungan dan menambah devisa negara jika hasil budidaya berhasil memasuki negara asing. Siapa yang untung? Indonesia dan masyarakatnya. Siapa yang rugi? Tidak ada.

Contoh kedua, memanfaatkan buah dan daun dari tanaman mangrove baik untuk diolah kembali menjadi produk pangan maupun obat-obatan. Pemasukan didapat dari hasil pengolahan buah dan daun. Pengolahan membutuhkan tenaga kerja manusia sehingga berkuranglah pengangguran akibat PHK besar-besaran. Jika produk hasil olahan buah mampu mencapai maksimal pemasaran dalam negeri dan bahkan bisa di jual ke negara asing, maka keuntungan dan devisa negara ikut meningkat. Siapa yang untung? Indonesia dan masyarakatnya. Siapa yang rugi? Tidak ada.

Jika ada oknum yang menebang batang dan pohon mangrove, dan lahan konservasi mangrove ini dijadikan sebagai perumahan, sementara batang mangrove entah dijual atau diolah. Kemudian terjadi bencana alam didaerah pesisir pantai. Siapa yang untung? Development dan pemilik usaha. Siapa yang rugi? Masyarakat sekitar dan bisa jadi masyarakat di kota tersebut.

Wah omongan saya begitu teoritis ya. Tapi pandangan saya yang mengikuti dinamika antara ekosistem pesisir, oknum nakal dan masyarakat lokal selama tiga tahun inilah yang membuat saya berkesimpulan seperti paragraf-paragraf diatas.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan dengan kesadaran saya meminta maaf jika ada yang tersinggung. Mari selamatkan hutan mangrove kita!

Sekian.

Hasil Identifikasi Bakteri Pada Lumpur Mangrove Wonorejo Rungkut Surabaya

Dari eksplorasi yang kami lakukan sekitar tiga minggu yang lalu, kami mengujikan sampel lumpur di Balai Karantina Ikan kelas 1 Juanda dan mendapatkan hasil berupa beberapa bakteri yang dapat dijadikan kandidat bakteri probiotik untuk melawan bakteri jahat penyebab penyakit dan kematian massal pada ikan.

Tekstur sampel lumpur berbeda karena diambil dari titik lokasi yang berbeda

Lima sampel lumpur yang diambil, diperoleh 18 isolat bakteri yang secara keseluruhan memiliki morfologi hampir sama. Namun dapat dibedakan berdasarkan bentuk, warna, tepi dan elevasi pertumbuhan koloni. Masing-masing isolat koloni bakteri kami identifikasi melalui serangkaian uji biokimia, pewarnaan Gram dan TCBS. Sehingga didapat 14 isolat bakteri dari genus Bacillus, 2 isolat bakteri genus Pseudomonas, 1 isolat bakteri genus Vibrio, dan 1 isolat bakteri dari genus Micrococcus.

Sampel siap diujikan

Genus Bacillus dominan hidup pada semua sampel lumpur yang diambil dari titik yang berbeda (T1, T2, T3, T4 dan T5). Genus Pseudomonas ditemukan pada sampel lumpur titik T1 dan T4. Genus Vibrio ditemukan pada sampel lumpur titik T5 dan bakteri dari genus Micrococcus ditemukan pada sampel lumpur titik T4.

Dari ke 4 genus tersebut diperoleh 7 spesies yakni Bacillus sp., B. subtilis, B. licheniformis, Pseudomonas sp., P. pseudomallei, Vibrio alginolyticus, dan Micrococcus sp.

Keanekaragaman jenis bakteri kandidat probiotik dengan kondisi sampel lumpur dan perairan menunjukkan bahwa pada area muara (T4  dan T5) lebih beragam jenis bakteri kandidat probiotik yang ditemukan dibandingkan pada area yang jauh dari muara (T1, T2 dan T3). Mengingat bahwa daerah estuaria (muara) merupakan ekosistem yang produktif. Tingginya produktifitas di wilayah estuaria didukung oleh tersedianya kandungan nutrien yang cukup bagi organisme di perairan tersebut demikian pula bagi mikroorganisme salah satunya bakteri.

Ini adalah bagian dari penelitian sahabat saya, Indah Pratiwi. Selengkapnya bisa dibaca di perpustakaan Unversitas Airlangga atau klik disini untuk pencarian awal.

Perjalanan Eksplorasi Bakteri Pada Lumpur Mangrove Wonorejo Rungkut Surabaya

Ini adalah perjalanan saya menemani seorang sahabat perempuan menyusuri hutan mangrove Rungkut Surabaya untuk mengeksplorasi bakteri kandidat probiotik yang hidup dan berkembang dalam lumpurnya.

Eksplorasi bakteri ini bertujuan untuk mengetahui adanya keanekaragaman bakteri (yang diharapkan adalah kandidat bakteri probiotik) yang hidup berkembang pada lumpur mangrove Wonorejo Rungkut Surabaya.

Bersama dengan bapak Soni Mohson dan ditemani 2 orang teman laki-laki, kami memulai perjalanan dari pangkalan perahu nelayan yang letaknya tepat di seberang pertigaan gerbang paling depan ekowisata dan perumahan yang terletak didaerah konservasi mangrove.

Pangkalan perahu tempat perahu Pak De No bersandar
Karena perjalanan dimulai dari sungai sebelah Barat (panah pertama kiri atas) maka sampel lumpur mangrove yang diambil terlebih dahulu adalah dari titik T3.

Alur Perjalanan Kami
Lanjut menyusuri sungai menuju titik T5, kami berhenti sebentar untuk mengambil sampel lumpur terdalam dan mengukur kualitasnya.


Pengambilan lumpur dilakukan menggunakan pipa paralon berdiameter 15 cm. Pak Soni memilihkan posisi yang tepat untuk mengambil lumpur, beliau juga membantu mengambil lumpur hingga ke dasar sungai. Matur nuwun pak...^^

Indah (nama sahabat saya) menerima lumpur dengan baskom yang telah ditandai dengan tulisan tiap titik pengambilan. Setelah memisahkan antara air dan lumpur, dia bergegas mengambil alat untuk mengukur pH dan alkalinitas lumpur. Sementara aku ikut membantu dengan mengecek kadar garam dari sisa air pada lumpur.

Indah mengukur alkalinitas dan pH tanah
Intip kadar garam pada salinometer
Setelah kami berdua selesai mencatat hasil, kami melanjutkan perjalanan. Perahu yang dikemudikan oleh Pak De No berbelok mengikuti kelokan alami sungai. Kami disuguhkan dengan pemandangan hijau hutan mangrove asli serta kicauan burung dan teriakan monyet. Benar-benar suasanan yang asri dan damai, tidak bisa didapatkan di kota yang bising.

Pemandangan Hutan Mangrove Asli
Tak lama kemudian kami berhadapan dengan laut timur selat Madura, begitu luas dan menyejukkan mata.

Siap-siap terkesima
Laut timur selat Madura
Melihat laut yang sebegitu luasnya, membuat saya merasa sangat kecil sekali, tidak ada apa-apanya. Subhanallah.. Selama kurang lebih 20 menit kami berhadapan dengan laut. Terbesit pemikiran bagaimana jika terjadi tsunami atau hewan laut besar yang melahap habis perahu kami (hahaha khalayan tingkat tinggi), membuat saya selalu mengucap istighfar dan membatin : ayo pak de no, perahunya kok ga sampe-sampe sihh, ini perahunya berhenti tah.., ayo deh segera masuk ke muara sungai.

Tak lama kemudian perahu mulai memasuki muara sungai (alhamdulillah..)

Pak Soni mengajak berdiskusi
Kemudian perahu berhenti sementara di titik T4, kami mengambil lumpur, mengukur pH alkalinitas tanah dan salinitas air, serta mencatatnya di log book penelitian.

Sembari menunggu perjalanan menuju titik selanjutnya, pak Soni menjabarkan edukasi tentang mangrove. Beliau menjelaskan tentang morfologi jenis tanaman mangrove di Wonorejo Rungkut Surabaya, kemudian bercerita tentang bagaimana biji mangrove bisa menyebar; hidup menetap dan berkelompok, serta bagaimana jadinya jika didirikan bangunan pada lahan konservasi mangrove - apa dampak bagi mangrove dan beberapa hewan serta tanaman lain yang mendiami ekosistem mangrove jika lahan konservasi didirikan perumahan dan banyaknya kendaraan yang lalu lalang.

Belajar di alam, mirip dengan kegiatan sekolah alam
Kami melewati pintu air yang digunakan untuk membendung air agar tidak terlalu banyak masuk ke tambak warga.

Pak Soni ikut merancang denah penanaman dan menanam mangrove di wilayah Surabaya (dari wilayah pantai perbatasan Gresik-Surabaya hingga perbatasan Surabaya-Sidoarjo) yang jumlahnya lebih dari yang saya bayangkan. Dan ketika ditanya beliau menjawab dan mengaku lupa berapa persis jumlah mangrove yang ditanam. Beliau menjelaskan, "Yang penting bibit mangrove yang ditanam dapat tumbuh lebat dan melindungi wilayah pesisir pantai Surabaya dari yang namanya abrasi. Yang sangat disayangkan ketika ada oknum yang mengakuisisi dan mendirikan berbagai brand perumahan di lahan konservasi ini. Ada pula oknum yang menanam mangrove secara asal-asalan dan tidak dimonitor pertumbuhannya, biasanya bertujuan untuk memberi kesan bahwa mereka juga telah melakukan penanaman dan ikut serta menjaga ekosistem mangrove. Sayangnya bibit mangrove yang tidak dirawat inilah yang akan mati dengan cepat, dan penanaman yang mereka lakukan secara ceremonial akan sia-sia."

Contoh daerah dimana mangrove ditanam secara asal-asalan
Nah guys, saya jadi berasumsi : yang peduli mangrove menjaga mangrove dari luar dan yang pura-pura peduli menghancurkan mangrove dari dalam. Ada yang setuju dengan saya?

Sungai kedua yang kami lewati juga tak kalah asri dengan sungai pertama. Saya rasa karena jarang dilewati perahu nelayan, hutan mangrove disekelilingnya pun terjaga ekosistemnya. Saya menilai sungai kedua ini lebih terjaga keasliannya dibanding dengan sungai pertama.

Kelompok burung mencari makanan, terbang berhamburan ketika perahu kami lewat
Lalu perjalanan berlanjut dan berhenti sementara kembali dititik T2, dan seterusnya hingga kami berhenti di titik T1. T1 merupakan titik terakhir pengambilan sampel.

Kami turun dari perahu pak de No tepat tepi sungai dekat tambak Silvofisheri milik nelayan Wonorejo Rungkut. Kami berjalan kaki berlawanan arah dengan arah Ekowisata pada jalan utama. Yap, kami kembali ke rumah pak Soni, letaknya sekitar 700 meter dari tambak Silvofisheri.

Sesampainya di rumah pak Soni, saya dan Indah bergegas memasukkan tiap sampel lumpur dan air dari baskom ke plastik kecil dan menamainya sesuai lokasi titik sampel yang diambil.



Setelah pembagian selesai, kami menyampaikan terima kasih banyak pada pak Soni dan keluarga kemudian berpamitan pulang. Kami bergegas menuju Balai Karantina Ikan kelas 1 Juanda untuk memberikan sampel pada petugas agar diteliti hasil bakteri nya. Hasil diperoleh sekitar tiga minggu kemudian.