Adalah suatu berkah memilih dan diterima di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga melalui jalur tes seleksi bersama se Indonesia. Selain belajar banyak teori mengenai seluk beluk budidaya, kehidupan dan penyakit bidang perikanan kelautan, kami disini juga melaksanakan praktikum baik di internal kampus maupun praktikum lapang ke kota lain.
Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan praktikum lapang di daerah paling dekat dengan Surabaya. Kota Malang dan Blitar menjadi destinasi wisata praktikum lapang kami untuk belajar mata kuliah Manajemen Akuakultur Tawar (MAT), Ekologi Perairan (EKOPER), dan Manajemen Kualitas Air (MKA). Yuk ikuti.
Perjalanan di hari pertama, awal bulan di akhir tahun, kami rombongan mahasiswa dan dosen FPK UNAIR dengan 4 bis besar menuju selatan Surabaya yakni daerah Pandaan. Kami belajar tentang MAT dan MKA di balai perikanan air tawar yang bernama UPBAT Pandaan (sekarang IBAT Pandaan). Saya merasa mengulang kembali keceriaan magang bersama teman-teman di tempat ini. Tempat yang bagus, hawa yang sejuk, pemandangan yang indah, air yang begitu jernih, serta menginap bersama teman-teman menyempurnakan kenyamanan tinggal disini. Sayangnya, disini kami hanya singgah sebentar.
UPBAT Pandaan terletak dijalan Kartini nomor 1 Pandaan. Dulunya tempat ini merupakan tempat budidaya udang Galah yang sangat sukses di Jawa Timur ketika nama Indonesia melejit karena pasokan komoditas udang yang melimpah. Namun pada tahun 1990-an, udang Galah terkena penyakit dan akhirnya susah untuk dibudidayakan kembali hingga sekarang. Kini komoditas utama UPBAT Pandaan adalah mencakup ikan air tawar seperti ikan nila, gurami, berbagai macam ikan hias dan beberapa jenis benih udang.
|
"He Lisa! Liato kamera", kata Oka. "Sek ka, masi mikir nulis ini lho" "Halaa, telaat, wis di cekrik" |
Setelah mendapatkan informasi yang diperlukan untuk laporan praktikum, kami pindah ke destinasi berikutnya.
Saya berada di bis pertama dan diminta duduk paling depan sebagai penunjuk jalan. Padahal saya bukan komting... Pada saat survey praktikum, saya beserta 6 teman menjelajah tempat-tempat yang akan kami kunjungi selama praktikum lapang. Sementara saat praktikum lapang... *menghela nafas* hanya saya yang disuruh menjadi penunjuk jalan dan pengambil keputusan. Baiklah! Untung saja ada seorang teman cowok yang bersedia menemani dan menyumbang pendapat plus membantu mengambil keputusan selama perjalanan 3 hari 2 malam ini.
|
Walau pak sopir tidak ngebut, tapi serem juga ya duduk di depan tanpa pakai seat belt |
Destinasi berikutnya adalah balai perikanan di daerah Umbulan. Tetapi karena suatu hal kami memutuskan untuk tidak kesana setelah berdiskusi lumayan lama. Jadi kami langsung cuss ke destinasi selanjutnya : waduk Lahor, terletak diantara Malang dan Blitar.
FYI, bendungan
Lahor dibangun tahun 1972, dan mulai beroperasi sejak November 1977 merupakan
bagian dari Proyek pengembangan wilayah sungai Brantas yang dilaksanakan secara
terpadu oleh Badan Pelaksana Induk
Pengembangan Wilayah Sungai Brantas. Waduk Lahor ini dialiri oleh tiga buah
sungai yaitu sungai Lahor, sungai Leso dan sungai Dewi. Waduk lahor memiliki luas
2,6 km2 atau 260 Ha, terletak kurang lebih 1,5 km di sebelah utara proyek
serbaguna Karangkates, dan kurang lebih 32 km di sebelah selatan kota Malang ke
arah kota Blitar. Waduk ini menjadi salah satu inlet (daerah aliran
masuk) dari waduk Sutami yang merupakan waduk terbesar di Jawa Timur. Waduk lahor dibangun dengan tujuan sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi irigasi pertanian, kegiatan perikanan darat dan sebagai tempat wisata.
|
Kesibukan anak-anak ikan mencari biota air. Hai Tiffani, saya mau moto kamu kok malah kamu yang moto saya.. |
Tujuan kami kesini adalah untuk mempelajari beberapa bab mata kuliah EKOPER diantaranya mengenali dan mengidentifikasi biota air serta menganalisis ekosistem waduk yang sebenarnya karena waduk ini merupakan ekosistem perairan tawar terbuka yang menggenang. Kami diperbolehkan mengambil beberapa biota kemudian mengawetkannya dengan formalin dan membawanya pulang untuk diidentifikasi di laboratorium kampus.
|
Biota hasil pencarian kelompok kami, kelompok 8 |
Selama hampir satu setengah jam kami disini. Setelah dirasa cukup, kami segera pindah ketempat praktikum berikutnya.
|
Hawwawaw.. Hayo tebak mana yang dosen mana yang mahasiswa ^^ |
|
Muka capek kami ga keliatan karena kami senang! |
Tempat praktikum lapang selanjutnya adalah Sub Raiser Ikan Hias milik dinas kelautan dan perikanan kabupaten Blitar, yang sekaligus menjadi tempat menginap kami selama 2 hari 2 malam. Sub Raiser Ikan Hias ini terletak di desa Penataran kecamatan Nglegok, desa yang nyaman dan indah, jauh sekali dari keramaian kota. Kami sampai disana sekitar jam 4 sore dan disambut dengan turunnya air hujan. Subhanallah... Jarak antara tempat parkir bis dan mes tempat kami menginap lumayan jauh, sementara barang-barang yang kami bawa pun lumayan banyak. Benar-benar perjuangan juga untuk saya yang tiga kali bolak balik mes-parkir bus untuk membantu teman-teman PJ membawa barang-barang sambil berhujan-hujan ria.
Malamnya hujan reda, dosen lapang mengumpulkan kami di aula terbuka (dimana dibawah aula ini merupakan habitat berbagai macam ikan air tawar) kemudian memberikan arahan pada kami untuk mengamati tempat ini lebih jauh malam ini sehingga besok pagi kita bisa langsung memulai wawancara penjaga Sub Raiser dan melanjutkan praktikum (dan menyicil laporan-bagiku).
Udara malam begitu dan sangat dingin, tidak ada kasur empuk dan selimut untuk kami tidur, yap yap kami tidur dilantai beralaskan selapis tikar. Untung saja kami tidur bersama-sama (di mes perempuan), jadi dengan gelak tawa kami teman-teman satu angkatan membuat suasana dingin menjadi sedikit lebih hangat.
~oOo~
Keesokan paginya, setelah sholat Subuh pada jam setengah 7, kami bergiliran membersihkan diri kemudian bersiap melanjutkan praktikum. Lucunya, kebanyakan dari kami pada bangun kesiangan. Matahari yang masih malu-malu membuat suasana semakin nyaman untuk berguling-guling. Jadinya praktikum dimulai jam 8 pagi.
|
Foto bareng dulu deh, mumpung masih fresh. |
Setelah sarapan, pukul 8 kurang kami langsung menyebar bersama dengan kelompok masing-masing untuk mencari data hingga mengukur kualitas air kolam sesuai dengan mata kuliah MAT dan MKA. Lebih cepat menyebar, lebih cepat selesainya.
|
Tidak sempat mengabadikan foto di Sub Raiser saat praktikum lapang, jadi saya tunjukkan pemandangan Sub Raiser saat survey beberapa hari sebelumnya ya |
Konstruksi kolam pada Sub Raiser terbagi menjadi 2, yaitu kolam bagian utara dan kolam bagian selatan. Pada kolam bagian utara, dasar dari kolam tersebut berupa semen dan pada kolam bagian selatan, dasarnya berupa tanah. Saluran air ada. Konstruksi tanah yang miring membuat aliran air menjadi deras dan mengalir. Sumber air berasal dari mata air. Kontur air Blitar dan bahan yang terlarut didalamnya sangat cocok untuk budidaya Ikan Koi dan jenis ikan hias lainnya.
|
Haii, ini di candid sama Iponk |
Usai mengumpulkan data dan informasi, kami segera bersiap untuk praktikum lapang di luar Sub Raiser, sementara barang-barang menginap ditinggal di mes masing-masing. Sekitar pukul 10 kami keluar dari Sub Raiser.
Kemana destinasi selanjutnya? Yak, bus kami menuju ke selatan kota Blitar menuju tambak udang Vaname milik pak Angka. Kami harus melewati jalanan yang berliku-liku dan naik turun. Mesin bus terdengar bekerja ekstra keras ketika sedang berada di jalan tanjakan. Kami saling berdoa meminta agar semua diberi keselamatan dan kelancaran hingga pulang nanti. Kemudian tiba-tiba saya dihubungi teman bahwa bis 2 tertinggal karena mogok di beberapa belokan sebelumnya. Bis 4 yang berada di belakang bis 2 ikut berhenti dan sopir serta kernetnya ikut membantu bikin betul mesinnya. Sementara bis 1 dan bis 3 berhenti menunggu bis 2 & 4 karena mereka sama-sama tidak tahu lokasi praktikum selanjutnya. Bis 1 & 3 tidak memungkinkan untuk putar balik menjemput karena lokasi jalanan sangat sempit, kanan dan kiri jalan hanya berupa tebing dan jurang, jadi kami putuskan bis 1 & 3 berhenti di tepi jalan menunggu bis 2 & 4.
|
Pak Sopir kekeh berhenti dipinggir jalan, alasannya dibelakang tadi ada beberapa jalan, jika kita ga menunggu disini, mereka bisa kesasar jauh. Dan akhirnya, terjadilah sedikit kemacetan. |
|
Reza,, baik hati sekali mau jadi pengatur lalu lintas wkwk |
Kurang lebih 2 jam kami menunggu. Wajah teman-teman sudah menunjukkan ketidaksehatannya dan tidak tertarik menuju tambak milik pak Angka. Oleh karena itu, ada seorang teman yang menghibur kami dengan suaranya.
|
Duh Wiku terima kasih.. *lebih baik saya tidur* |
Tak lama kemudian kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Sayang sekali hasil jepretan kamera ponsel kurang mendukung dan kurang memanjakan mata.
|
Sawah ini terletak diseberang tambak milik pak Angka |
|
Hai,, ini adalah teman-temanku yang suka banget petualangan, perempuan dan tangguh! Saya ikut ketularan tangguhnya hihihi |
Menurut cerita teman, tambak milik pak Angka adalah tambak terbesar dan terbagus dalam pengendalian penyakit udang di kawasan Blitar selatan lho. Kebetulan pak Angka adalah teman dari salah satu dosen, jadi kami punya akses untuk visit dan belajar langsung pada beliau. Lokasi tambak ini berada di daerah Serang.
|
Salah satu petak tambak berisi udang vaname. Terlihat dari sini bis kami begitu kecil ^^ |
|
Waow, aktivitas panen udang, dilihat dari mes yang berada diatas bukit |
Kami menuju mess untuk mendengarkan materi dari utusan pak Angka serta berdiskusi dan mengisi buku praktikum.
Rata rata luas kolam/tambak per petak adalah 3000 meter persegi. Pengeringan dan pengapuran dengan pemberian sebesar 5-7 ton/Ha. Dengan rumus kimia kapur caco3 dan pembalikan tanah. Saluran air ada, berupa parit kecil. Namun pada tambak ini pergantian air dilakukan seminimal mungkin. Sumber air berasal dari laut (bersalinitas 30 – 35 ppm) dan air tawar (bersalinitas 0 – 5 ppm) yang dimasukkan ketandon lebih dahulu sebelum dialirkan ketambak. Pada saat air berada didalam tendon, mendapat perlakuan khusus yaitu diberi kaporit 0,2 ppm setiap seminggu sekali. Air yang berada ditandon, diberi perlakuan juga agar salinitas air dapat turun menjadi 20 – 25 ppm dengan suhu 25 derajat celcius.
Usai berdiskusi, kami diminta menyebar untuk mengamati tambak dan mengukur kualitas airnya.
|
Ternyata dibelakang mess ini juga ada tambak. Wow |
|
Ada yang nge-candid. Terima kasih Ajeng, good capture ^^ |
Waktu menunjukkan pukul 2 lebih dan beberapa dosen mengisyaratkan bahwa kami harus berpamitan. Untung saja tadi sholat dhuhur dulu ya, jadi pas mau pulang begini, ga keburu-buru jadinya.
Kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Serang, tidak jauh dari tambak udang milik pak Angka, sekitar 15 menit saja.
Sesampainya di pantai Serang, kami diberi waktu sebentar untuk makan siang, sholat ashar kemudian bersiap melanjutkan praktikum lapang EKOPER di pinggir pantai. Namun salah satu dosen merubah jadwal tiba-tiba, sehingga setelah makan dan sholat kami langsung menuju mess. Memang kala itu sedang hujan rintik-rintik dan saya menduga laut dan ombak di pantai selatan Jawa sedang ganas-ganasnya akibat angin yang bergerak begitu cepat. Mungkin sebab itu, bapak dosen membatalkan praktikum di tepi pantai, semata-mata untuk keselamatan kami. Selain itu, jalanan curam yang kami lalui sebelumnya juga tidak aman jika dilalui saat hujan, jadi dosen meminta pak sopir untuk memutar dan tidak melewati jalanan itu.
Sekembalinya di mess, kami memiliki waktu lebih lama untuk bersantai dan bersenda gurau. Saya sangat amat menikmati memiliki teman mereka semua ^^. Kami bercanda dan tidak terasa waktu menunjukkan pukul 10 malam. Kami langsung bersiap untuk tidur guling-gulingan karena kedinginan hihihi.
~oOo~
|
Yuhuu~ Dingin dan kami siap jalan-jalan |
Setelah sholat Subuh, saya dan beberapa teman jalan-jalan disekitar area Sub Raiser. Dinginnya udara Subuh tidak menyurutkan kami untuk melangkahkan kaki mengeksplorasi wilayah ini.
Ternyata ada beberapa teman laki-laki yang sengaja begadang dan ngopi di warung berjarak kurang lebih 100 meter dari Sub Raiser. Karena ini di desa, jarak antara bangunan satu dengan bangunan lainnya begitu jauh. Dan karena ini di desa, saya jadi betah karena banyak sekali nuansa hijau yang menyejukkan mata disini.
|
Kami berada di daftar antrian pertama masuk musium ini. Padahal musiumnya baru buka jam 10 xD |
Saking dinginnya, udara yang keluar dari mulut dan hidung kami menjadi terlihat. Dan kemudian kegiatan iseng pun dilakukan.
|
Lomba mengeluarkan udara lewat mulut. Yang paling tebal dan panjang, adalah juaranya |
Sekitar satu jam lebih kami berjalan di sekitar Sub Raiser. Bercerita, bercanda, berfoto ria. Semua hal terasa sangat menyenangkan karena dilakukan bersama teman-teman.
|
Bebo family |
|
Saya senang !!! |
Kami kembali ke mess untuk sarapan, mandi dan bersiap check out dari Sub Raiser.
Sebelum pulang ke Surabaya, kami memiliki 2 destinasi praktikum dadakan usulan dosen : Tambak kepiting (milik perseorangan...-maaf saya lupa) dan tambak ikan hias milik pak Narwan. Karena di tempat tambak kepiting tidak siap menerima kunjungan belajar, kami lanjut saja menuju destinasi selanjutnya.
|
Pemandangan di tambak ikan hias milik pak Narwan |
Tambak ikan hias milik pak Narwan tidak kalah awesome dengan tambak-tambak yang kami kunjungi sebelumnya. Walau tambak milik pak Narwan lebih sederhana, namun jangan ragukan kualitas budidayanya.
|
Sesi wawancara |
Tambak milik pak Narwan membudidayakan berbagai macam ikan hias dan ikan konsumsi yang semuanya dibudidayakan di air tawar, diantaranya Ikan Oscar; Barbir; Komet; Koki; Mas; Lele; Gurami; Gurami albino; Nila; Koi; Lobster; Zebra pink; Manfish dll. Dalam tiap pembudidayaannya, lain ikan lain perlakuan. Kolam ikannya terbuka dan apabila kebanyakan air hujan, ikan akan stress. Oleh karena itu, dibuatlah penampisan air hujan berupa dedaunan yang tumbuh lebat diatas petakan tambak. Selain itu, dedaunan juga berguna melindungi bayi ikan yang baru menetas dan menyediakan pakan alami untuk bayi-bayi ikan tersebut.
|
Subhanallah, airnya jernih banget! |
|
Abaikan baju-baju yang tergantung itu |
Uniknya, tambak ikan hias milik pak Narwan berada dibawah tebing yang siap kapan saja longsor ketika musim hujan begini. Beberapa pegawai disana mengatakan, bukit ini sudah lama seperti ini, dan hingga saat ini masih bertahan dan tidak longsor. Tapi kan tetap saja, ngeriii..
Baiklah, kegiatan praktikum lapang telah usai. Wajah-wajah kami menunjukkan 60% kebahagiaan. Belum 100% karena masih ada laporan dan buku praktikum yang menanti untuk diisi dan dicoret-coret.
Kami pulang ke Surabaya dengan perasaan lega. Alhamdulillah..