Bagaimana Cara Make Up Wajah Bermata Sipit?

Hai, hai. Terima kasih sudah mampir ke limaura.com. Jika teman sudah baca artikel sebelumnya, disitu saya mengakui kalau memang ada beberapa persen darah Tiongkok mengalir dalam darah hehehe. Oleh karenanya, saya memiliki kulit coklat setengah putih dan bermata minimalis (alias bermata sipit).


Nah, semakin belajar dunia make up, semakin saya mengenali apa kekurangan dari wajah. Sebenarnya ga boleh juga ya menyebut ini kekurangan, karena akan menghina ciptaan Allah yang sempurna. Baik, untuk selanjutnya saya tidak menyebutkan kata "kekurangan pada wajah" jika membahas tentang kecantikan.

Semakin mendalami belajar make up, saya semakin dalam mengenali wajah. Bagian mana yang harus ditutupi concealer, bagian mana yang harus ditambahkan shiny eyeshadow, bagian mana yang harus di shading dan disesuaikan dengan tema pakaian. Repot juga ya ternyata make up sendiri itu, enakan dulu, mau pemotretan tinggal minta tolong sama MUA. Tapi ya sudah lah, kan juga ga boleh ketergantungan sama MUA, kita sebagai cewek kan juga harus pandai menjaga kecantikan diri.

Saya mulai menyadari tidak ada yang bisa dilakukan pada mata minimalis, selain dengan mempertebal garis kontur tepi kelopak mata. Mata minimalis cocok sekali jika diberi puasan eyeshadow dengan permainan warna pastel gelap. Tetapi, jika salah bermain warna atau salah puasan sedikit saja, jatuhnya kelopak mata terlihat jadi tebal dan mata akan terlihat semakin sipit. Saya masih perlu banyak belajar dalam permainan warna eyeshadow untuk mata. Nanti ya, jika telah menemukan solusi permainan eyeshadow untuk mata sipit, in sya allah saya akan membuat videonya.

Selain eyeshadow, apakah mata sipit boleh diberi pulasan eyeliner atau eyepencil? Boleh bangeeett, asal pulasan eyeliner atau eyepencil tidak sampai akhir dari garis mata ya. Belajar dari kesalahan pada saat make up wisuda kemarin, saya menggoreskan eyepencil ditepi kelopak mata (dekat dengan bulu mata) dan menarik garis sampai ujung garis lipatan mata (dekat pelipis), alhasil mata terlihat seperti ga bisa melek, alias sipit banget pemirsaahh. Mana ga pakai bulu mata palsu lagi. Entahlah, rasa cuek saya mengalahkan rasa malu jadi ya ga terlalu peduli gitu..hehe


Kalau tidak melakukan kesalahan pasti tidak akan pernah belajar memperbaiki kan ya. Oleh karena itu, pada kondangan siang ini saya harus bisa memperbaiki riasan wajah. Secara yang akan ditemui adalah beberapa orang penting dan sesepuh keluarga. Mau ga mau dari riasan wajah, dress code dan model hijab harus disulap menjadi tampilan formal yang anggun tapi engga lebay.

Me and my young sister

Emang ya, dikemana-kemanain juga, mata sipit tidak jauh dengan yang namanya muka antagonis jika diberi riasan yang sedikit tebal. Kalau menurut penilaian salah satu MUA yang pernah merias saya, muka oriental saya aslinya sudah tegas dan tidak cocok diberi riasan yang tebal, kecuali dengan beberapa permainan warna dan tehnik khusus. Dengan kata lain, saya harus banyak belajar mengutak-atik riasan pada wajah. Padahal saya anti banget sama yang namanya pakai make up kesehariannya, hfftthh.

Beruntung hari ini saya tertolong dengan outfit yang saya pakai. Ceritanya, hari ini kondangan pakai atasan kembaran sama adik.


Beruntung atau tidak memakai outfit tersebut masih menjadi perdebatan dipikiran saya. Tapi sejatinya memadupadankan outfit dan riasan dengan muka antagonis memang ga ada hubungannya hehhe.

Intinya, tampil cantik menggunakan make up itu susah susah gampang. Perlu banyak belajar mengenal warna dan tehnik apa yang cocok untuk wajah kita. Untung saja kesehariannya saya ga serempong ini, cuma pakai bedak dan lipgloss doang sudah ready diajak jalan.

Bagaimana dengan temans?

Cerita Weekend : Mengenang Islam dan Budaya Tiongkok di Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan

Hai. Ini adalah lanjutan perjalanan yang telah aku ceritakan sebelumnya. Maafkan ya jika cerita sebelumnya kurang kena feelnya, maklum tulisannya sedikit maraton dan pas banget lagi nulis mendadak ilang mood tapi tetep dipaksa buat nulis. Itu ga baik ya ternyata, berdampak pada hasil tulisan yang jelek kualitasnya.


Untuk itu, tulisan berikut aku mencoba untuk menumbuhkan feel bagus dengan mengingat sejarah keluarga. Lho? Apa hubungan sejarah keluarga dengan tulisan berikutnya? Ada deh. Pingin tau lebih lanjut? Baca sampai akhir ya ^^.


~oOo~


Sepulang dari Lawang, kami berencana berkunjung ke masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan. Letak masjid ini searah dengan jalan kami pulang, lebih tepatnya berada dipertigaan jalan Pandaan-Tretes-Surabaya. Hujan angin pun datang tiba-tiba ketika kami turun untuk mengisi bahan bakar motor di salah satu SPBU di daerah Sengon. Tapi tak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk datang ke masjid ini. 


Teman pasti sudah pernah mendengar sejarah tentang datangnya saudagar China ke Indonesia untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam. Adalah Zheng He Zhuan atau Sam Pok Kong atau Cheng Hoo, seorang laksamana China yang terlahir sebagai seorang muslim, yang memimpin ekspedisi besar ke Samudera Barat dan juga berpengaruh terhadap politik serta penyebaran agama Islam di kepulauan Asia Tenggara. Dalam sejarah Tiongkok, tercatat ada tujuh kali Zheng He Zhuan singgah ke pelabuhan Nusantara yakni pada pulau Sumatera dan Jawa. Jejak sejarah tersebut dapat dilihat di kota Palembang; Semarang dan Surabaya. Palembang dan Surabaya didirikan masjid Cheng Hoo, di Semarang didirikan sebuah klenteng Sam Pok Kong.

Nah, apa hubungannya sejarah diatas dengan sejarah keluarga?

Ibu aku pernah bercerita, bahwa kakek nya ibu adalah seorang saudagar dari negeri tirai bambu yang datang ke Indonesia untuk berdagang, yang kemudian menikah dengan seorang perempuan keturunan kerajaan dan pesantren di Pasuruan dan menjadi seorang muallaf. Anak dari kakek (alias ayahnya Ibu) di pondokkan di pesantren tersebut sedari kecil hingga menikah. Yang selalu terputar di otakku adalah ketika tiga Pakde tertua (tiga kakaknya Ibu) berangkat ke Pasuruan dan sekitarnya untuk mencari asal usul dari neneknya namun tidak ketemu, hingga akhir hayat ketiga pakde aku tidak menemukan sejarah dari neneknya, entah sengaja disembunyikan oleh ayahnya atau bagaimana aku juga tidak mengerti. Yang jelas,, semua keturunan dari kakek buyut adalah type pekerja keras. 

Berangkat dari cerita tersebut, aku mengagumi bangsa kakekku itu (padahal dulunya ga pernah mau mengakui sebab pro kontra yang terjadi saat itu) dan China muslim tidak sejelek kata orang. Aku mulai mempelajari sejarah-sejarah keluarga berdasarkan cerita Ibu, Bude dan Pakde. Sempat aku memejamkan mata kemudian terbayang wajah keempat Pakdeku, wajah Ibuku dan wajah Tanteku,, semuanya memiliki kemiripan yang kemudian menurun ke saudara sepupu dan aku. Mengapa harus tidak mengakui sejarah keluarga, hanya karena penilaian orang-orang?

Aku juga sangat mengagumi arsitektur Masjid Cheng Hoo baik  masjid yang di Surabaya maupun di Pandaan. Aku selalu mampir untuk sholat jika sedang tidak jauh dari lokasi Masjid Cheng Hoo Surabaya. Ada rasa ketertarikan tersendiri ketika melewati masjid Cheng Hoo Pandaan, dan itu terjadi berulang-ulang saat pulang dari Malang ke Surabaya. Aku sangat bersyukur akhirnya bisa kesini hari minggu kemarin. 

Jika di Surabaya didirikan masjid Cheng Hoo untuk mengenang kehadiran Zheng He Zhuan yang menyebarkan agama Islam di Surabaya, bagaimana dengan masjid Cheng Hoo Pandaan?

Zheng He Zhuan dalam berdagang dan menyebarkan agama islam tidak sampai ke Pandaan, jadi Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan didirikan tanpa ada jejak sejarah. Masjid Cheng Hoo Pandaan didirikan pada tahun 2003 oleh pemerintah Pasuruan yang memiliki tujuan selain untuk mengenang laksamana Cheng Hoo juga sebagai tempat berkumpulnya Komunitas Tionghoa Muslim Indonesia di Jawa Timur.

Yuk, tengok sudut masjid yang diambil melalui lensa kamera android ku ^^

Bersandar

Ornamen Jendela

Merah = Ramai 

Menghayati sejarah

Ini masjid, bukan klenteng

Alhamdulillah keinginanku untuk sholat disini sudah tercapai. Semoga kedepannya ada kesempatan lagi untuk menunaikan sholat disini. Aamiin. ^^

Cerita Weekend : Kebun Teh Wonosari Lawang, Destinasi Indah di Akhir Pekan

Nikmat mana yang bisa didustakan, ketika weekend datang dan kita punya segudang rencana untuk mengisi hari. Tapi weekend berubah jadi gegana *gerah galau merana* ketika ga jadi pergi karena cuaca buruk, bener ngga?. Seperti kemarin, hujan turun selama dua hari berturut-turut, padahal weekend ini adalah weekend yang paling kutunggu. Pergi melihat suasana hijau pegunungan di kota Lawang dan ke masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan bersama do'i.

Do'i meyakinkan untuk segera berangkat saat sudah terang. Are we ready? Of course!



Persiapan sudah kulakukan dua hari sebelumnya. Karena ini adalah perjalanan pertama kami berdua dengan motor ke kota lain, maka persiapan harus dilakukan se-detail mungkin. Do'i ga terbiasa bepergian jauh dengan motor, jadi perbekalan buat do'i juga harus kuperhatikan.

Ada tiga hal yang harus dicek sebelum kita bepergian, apa sajakah?

Yang pertama : cek do'i dan diri sendiri.
Do'i sehat dan kuat? Yap, do'i tidak sakit, moodnya bagus, dan fisiknya ‘siap’ berkendara ke Lawang. Do'i orangnya kuat kok. "aku siap bolak balik Bangkalan-Surabaya buat kamu", katanya gombal.
Sekarang giliran diri sendiri yang dicek. Aku sehat wal’afiat fisik dan mentalnya, walau lagi ga mood karena di PHP-in cuaca (maafkan aku ya Allah…).

Yang kedua : cek barang bawaan.
Do’i bawa dua jaket tebal, jas hujan, sandal gunung, sepatu kets, kaca mata hitam, masker anti debu, sarung tangan, dua smartphone, earphone dan dompet beserta isinya. Do'i ga bawa tas, sebagian barang bawaannya ditata dalam bagasi motor dan sebagian lagi melekat dibadannya.
Aku membawa tas punggung ukuran tanggung yang kuisi dengan mukenah, dompet, satu ponsel, satu smartphone, earphone, kaca mata anti UV, agenda kecil, bolpoin, tissue, hand sanitizer, lipgloss, tendercare balm, facial foam, gunting, beberapa tas kresek, dan jas hujan. Untuk menghemat uang, aku mempersiapkan bekal makan siang buat do'i, roti sisir satu plastik, plus air putih dalam botol minuman. Aku siap berangkat memakai jaket kulit, masker anti debu dan sarung tangan.

Yang ketiga : cek kendaraan.
Do'i meyakinkan untuk memakai motornya dan aku percaya do'i sudah mempersiapkan itu. Meskipun percaya, aku tetap memeriksa motor do'i *walau sekilas*. Bensin cukup, suara mesin garang, dan ban depan-belakang oke.

Bismillaahirrokhmaanirrokhiim. Kami berangkat saat hujan sudah reda.

Dari Surabaya ke Lawang, sekitar 70 kilometer jarak yang harus ditempuh dengan perkiraan waktu sampai sekitar 1-2 jam naik motor jika tidak macet. Surabaya – Sidoarjo – Porong – Gempol – Pandaan – Sukorejo – Sengon – Purwosari – Purwodadi – Lawang. Adalah rute daerah yang harus kami lalui. Kami beruntung tidak kena macet dan hujan tidak turun sepanjang perjalanan menuju Lawang. Alhamdulillah..

Menuju wisata kebun teh, dari pasar Lawang (ke arah Malang) kami harus putar balik sekitar 200 meter jauhnya. Sebelah kiri jalan terdapat papan bertulis “Kebun Teh Wonosari”, kami belok kiri mengikuti info dari papan tersebut. Jarak dari jalan utama (Malang-Surabaya) ke lokasi kebun teh sekitar tujuh kilometer. Setiap sudut jalan selalu terdapat papan penunjuk arah jadi tak perlu takut kesasar. Tapi yang sangat sangat perlu diperhatikan adalah jalanan yang sempit dan menanjak serta beberapa tikungan tajam, kita wajib waspada.

Di pintu gerbang masuk area kebun teh, do’i mengeluarkan uang Rp 32.000, rinciannya :
1. Tiket masuk Rp 15.000/orang
2. Parkir motor Rp 2.000/motor

Parkir Motor
Parkir Mobil dan Bus
Masuk area rekreasi dan wisata, kami disambut dengan pemandangan yang menakjubkan. Subhanallah. Beruntung cuaca berubah cerah dan gunung Arjuno terlihat jelas.


"Ayo, kita jalan terus sampai ujung ya, paling nanti kamu yang capek terus minta gendong", kata do'i sambil nggeret gandeng tangan aku. Kami melewati jalanan bebatuan yang menanjak untuk bisa melihat lereng gunung Arjuno lebih dekat.
"Ihh, aku wanita kuat, mana iya capek dengan mudah", kataku tak mau kalah.
Kami akhirnya berhenti di suatu spot karena sama-sama capek.


Subhanallah.. Subhanallah.. Subhanallah..
Langit yang cerah, suhu yang lebih hangat, hamparan teh berwarna hijau, pemandangan gunung Arjuno yang menakjubkan dan ada si do'i.

Kami duduk diatas batu yang paling tinggi sehingga semua pemandangan kebun teh dan area rekreasi terlihat dari sini. Kami mengobrol sambil berjemur menikmati perpaduan hawa sejuk dan hangatnya sinar matahari hingga adzan dhuhur terdengar berkumandang.


Kami beranjak menuju masjid di area wisata untuk sholat dhuhur.

Sepanjang jalan menuju masjid, pemandangan kebun teh menyuguhkan view cantik yang membuat nyaman dihati. Bagi orang kota sepertiku yang kesehariannya hanya melihat gadget, laptop, bangunan-bangunan dan asap kendaraan,, melihat pemandangan seperti bagai melihat surga dunia yang tidak bisa dilakukan setiap hari.




Captured by Wahyu Alam
Menurut cerita salah satu pengelola kebun, hamparan kebun teh seluas kurang lebih 1.1441,31 hektar ini dulunya milik orang Belanda. Setelah Indonesia merdeka, kebun teh dikelola oleh PTPN XII hingga sekarang. Kebun Teh Wonosari ini berada diketinggian 950 hingga 1250 meter diatas permukaan laut dan suhu disini berkisar antara 19 sampai 25 derajat celcius. Menghirup udara segar disini pada pagi hari sangat direkomendasikan untuk kalian yang sedang terapi lho.

Setelah berjalan memutar selama lima belas menit akhirnya kami sampai di masjid An Nur, letaknya disebelah timur parkir mobil dan bus. Kami melakukan sholat dhuhur berjamaah dengan rombongan pengunjung.

“Ini siapa sih yang kurang kerjaan, masa’ airnya dikasih es batu…”, kata do’i mengeluh.
Ngga mungkin volume air segitu banyak ada yang kasih es batu, kita berada diketinggian 1000 meter diatas permukaan air laut cintaaa.

Kami melanjutkan berkeliling ke area wisata. Setelah membeli oleh-oleh di toko teh dan kopi, kami pergi ke “Tea House” untuk menikmati waktu makan siang.

Pabrik Pembuatan Teh

Toko Oleh-oleh

Tea House Cafe
“Kok aku lapar ya, mana bekal makan siang buat aku? Aku ambil ya ditas”, kata do’i sesaat setelah duduk dimeja nomor dua.
"Iya", jawabku sambil berlalu menuju tempat pesan makanan. Selesai membayar, aku menghampiri do’i. Kaget setengah ketawa geli melihat do’i menghabiskan bekal makanan yang cukup untuk dimakan berdua.

“Kok aku masih lapar ya, aku boleh makan roti?”, tanya do’i sambil senyum senyum dan menaikkan alis. Aku mengangguk dan do'i langsung mengambil roti dari dalam tas lalu memakannya.
“Makan tadi, uda baca bismillah mas?”, tanyaku.
“Uda doong”, jawabnya sambil mengunyah roti. “Kamu beli apa tadi?”
“Bakso arjuna, white tea hangat dan es teh susu…”

Sekitar 20 menit kemudian pesanan kami datang.

“Baksonya aku habisin ya mas..”
“Aaa ga mau ga mauu, kok kamu cuma pesan satuu”, kata do’i manja. “Nanti pokoknya kita cari bakso enak disekitar sini”.
“Iya dehh”, jawabku singkat. Memang luar biasa kuota isi perut do’i.

Kami lanjut berkeliling ke area kuliner. Terdapat sebuah menara setengah jadi yang terbuat dari semen dan batu, besi yang sudah berkarat sebagai tangga dan pegangan pada puncak menara. Kami tertarik untuk mencoba naik keatas menara.

Dari atas menara kami bisa melihat seluruh area wisata kuliner dan hamparan kebun teh beserta aktivitas pengunjung.


Harus berhati-hati saat naik dan turun dari menara ini. Selain karena sudah karatan, lebar pijakan tangga kurang lebih hanya tiga centimeter. Bisa dibayangkan ya, betapa mengerikannya saat kita naik dan turun hanya bertumpu pada sebatang besi tipis.

Puas menikmati pemandangan dengan angin yang berhembus kencang, kami memutuskan untuk pulang. Sepanjang jalan menuju parkiran, pemandangan hijau seolah-olah tak pernah berhenti memamerkan keindahannya. Tak ingin melewatkan moment, kami mengabadikannya untuk terakhir kali.



Travelling menggunakan motor merupakan cara hemat untuk bepergian. Menikmati suasana hijau nan sejuk terasa sangat menyenangkan jika ditemani oleh orang-orang tersayang. Ah.. Aku sangat bersyukur.

Bismillaakhirrokhmaanirrokhiim. Kami pulang ke Surabaya.

Seaweed as Commercial Biofertilizer Which Have an Effect to Water Quality in Aquaponic System

Found and studied a glimmer of knowledge, for me, is so amazing. Somehow, I was not sure what I design, and I just having very little time to do that research. And I'm so glad when I can finished on time. I try to share what I learn. I hope this article can be useful.

~oOo~

Abstract
Biofertilizer derived seaweed contains a wide variety of organic compounds, has elements of macro and micronutrients, as well as a substance containing fitohormon growth boosters. Aquaponics system is considered very efficient because it can combine aquaculture and hydroponic cultivation in one cycle. In this study, selected commodities tilapia (Oreochromis niloticus) and vegetable celery (Apium graveolens). This study aimed to determine changes in water quality resulting after the addition of biofertilizer products seaweed (Ascophyllum nodosum) commercial that also affect the growth of tilapia and vegetables celery. The study was conducted using the method of RAL. Treatments with biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial with doses of 0 ml / l of water (control), 1 ml / l of water, 2 ml / l of water, and 3 ml / l of water, each treatment was repeated 5 time. The main parameters measured were water quality parameters comprising temperature, acidity, dissolved oxygen and ammonia. Supporting parameters measured were the growth of tilapia and celery. Analysis of observational data using descriptive methods. Based on the survey results revealed that biofertilizer seaweed (A. nodosum) effect on water quality in tilapia's maintenance media and it has optimal doses was 3 ml / l.

Keywords : Biofertilizer, Ascophyllum nodosum, Oreochromis niloticus, Apium graveolens, Water Quality.


Exordium
Indonesian marine area of ​​approximately 70% consists of the sea, the beach is rich in various types of biological sources of potential to be used as food and organic fertilizer. Seaweed is one of the living marine resources that have potential food ingredients and pharmaceutical ingredients considerable potential and is an economically valuable commodity because it is needed by humans and are often used as industrial raw materials. The benefits of seaweed as well as food, pharmaceutical materials and industrial raw materials can also be used as a fertilizer (biofertilizer).

There is an excess of seaweed as biofertilizer which contains macro and micro nutrients are complete including vitamins, amino acids and antibiotics as well as a substance containing fitohormon growth boosters (PGR) such as auxin, cytokinin, gibberellins, abisat acid and ethylene. Therefore, are now starting to be developed biofertilizer seaweed of various types of seaweed commercially.

Fertilization in plants that live in the waters are still very rarely done because water is seen as a growing medium always provide enough nutrients for plant growth. Media planting aquatic plants can be combined with the maintenance of fish in a single container called aquaponics maintenance. Aquaponics system technology is emerging as the answer to their problems more difficulty in getting water suitable for fish farming, particularly in the narrow land.

One commodity that is tilapia fish farming and crops which can be cultivated with aquaponics system is celery. Tilapia besides having adaptability and tolerance to water quality in a wide range, is also much-loved by the people because the taste of the meat is typical and gentle. Celery is a plant that has many benefits such as food flavoring and beneficial to human health. Additionally morphology celery tend to prefer running water and a shallow root system that can absorb water so it can take advantage of the remnants of the activity and metabolism of fish in the waters and process them into nutrients for the growth of celery itself. Based on the theory research is conducted biofertilizer products effect seaweed (A. nodosum) to changes in water quality in aquaponics system.



Method
The experiment was conducted in Kebun Sayur Penjaringan Surabaya and the water quality tested at Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga in June 2016.

The tools used : 20 sets of filter water pump with a container measuring 25 x 16 x 10 cm, 20 pieces plastic container measuring 10 liters, pumice as a filter, DO meter, thermometer, pH meter, ammonia teskit, rulers, measuring cups, and digital scales.

The materials used : 150 black tilapia (O. niloticus) size of 7-11 cm are obtained from fish hatcheries in Kediri, 20 pieces organic celery (A. graveolens) was 7 weeks after planting with height of 15 -21 cm obtained from Kebun Sayur Ketintang Surabaya, biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial with the composition:
_Macro elements: 5.24% Nitrogen (N); 3.36% Phosphate (P2O2); 4.37% Potassium (K2O); 1.33% Sulfate (S).
_Micro elements: 9.37% C-Org; 0.24% (Magnesium) Mg; 0.01% Calcium (Ca); 0.53% Chlorine (Cl); Ferrum 340ppm / Iron (Fe); 318ppm Manganese (Mn); Cuprum 279ppm / Copper (Cu); 273ppm tin (Zn); 182ppm boron (B); 9ppm Molybdenum (Mo); Plumbum 2ppm / Lead (Pb); 0,03ppm Cadmium (Cd); 12ppm Cobalt (Co); 0,2ppm Arsenic (As).
_Acid: 0.336% total amino; 0.160% humic acid; 0.110% fulfik acid.
_Hormones: 39,04ppm Indol Acetic Acid (IAA); 35,28ppm Zeatin; 40,07ppm Kinetin; 80,23ppm Giberelin Acid (GA3).

Research methods use an experimental system completely randomized design (CRD). Research was given four treatments and repeated five times, namely:
A: Treatment aquaponics system with biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial 0 ml / l of water (control)
B: Treatment aquaponics system with biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial 1 ml / l of water.
C: Treatment aquaponics system with biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial 2 ml / l of water.
D: Treatment aquaponics system with biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial 3 ml / l of water.


Procedure
The tools washed with detergent and rinsed with clean water, then washed again with 12 ppm chlorine solution, then washed with water and dried in the sun.

Biofertilizer dose of seaweed (A. nodosum) that is used is measured using the measuring cup 0 ml / l of water (control), 1 ml / l of water, 2 ml / l of water, and 3 ml / l of water.

Planting medium used vegetable celery is pumice. Pumice was arranged so that it can become an attachment for celery root vegetables. In an aquarium filled containers as much as six liters of fresh water as the medium of live tilapia.

120 tilapia (O. niloticus) length and body weight were measured and then placed six fish each aquariums. Fish acclimatized and fasted for 2x24 hours before treatment. Tilapia are fed commercially by awarding the amount of feed each treatment as much as 3% of the average weight of fish that had weighed on digital scales.

Vegetables celery (A. graveolens) organic measured 7 weeks after planting and uniform length of 20 cm then placed on the container research, each container contains 5 rod complete with celery root.

Biofertilizer seaweed (A. nodosum) commercial inserted at each aquarium with dose of 0 ml / l of water, 1 ml / l of water, 2 ml / l of water, and 3 ml / l of water. Biofertilizer which mixed with water in the aquarium pumped into the plant container. Then from plant containers, water falls according to the force of gravity towards the aquarium. Recirculation water flow rotates until the research ended. The research was conducted over seven days. Feeding the fish every morning and evening.


Parameter
The main parameters were observed in this research is the measurement of water quality parameters such as temperature using a thermometer, dissolved oxygen using DO-meter, and pH using a universal pH indicator paper.
Two times everyday (morning and afternoon) measuring the temperature of the aquarium water.
At the beginning and end of the research was measuring the pH.
At the end of the research was measuring the dissolved oxygen and ammonia.
Parameter supporting this research was the growth of tilapia (O. niloticus) and celery (A. graveolens) as measured after administration of biofertilizer until the end of the study for seven days.


Result
Temperature

pH

Dissolved Oxygen

Ammonia

Growth


Discussion
Biofertilizer derived seaweed contains a variety of organic compounds which include aspartic acid, glutamic acid, alanine, alginic acid, laminarin and mannitol. In addition, seaweed extract also has elements of macro and micronutrient include carbohydrates, various vitamins (C; B; B2; B12; D3; E and K), niacin, pantotenik, folic acid and acid folinik. As biofertilizer, seaweed has advantages fitohormon as boosters substance that is needed to grow plants, auxin, cytokinin, gibberellin, abisat acid, ethylene, betaine and polyamine.

Auxin has a primary function affects the length stem, growth, differentiation and branching roots; fruit development; phototropism and geotropisme. IAA (Indol Acetic Acid) hormone contained in seaweed biofertilizer (A. nodosum) including one type of auxin functions to stimulate root formation.

Cytokinins are the most common in seaweed extract and capable of producing physiological changes even when applied at low concentrations. Included in cytokinin is kinetin and zeatin. Biofertilizer as seaweed (A. nodosum) contains the hormone commercial kinetin and zeatin. Cytokinin is one of the substances boosters grown used to stimulate adventitious buds or axillary buds grow and stimulate cell division as a whole.

Giberelin serves to encourage the development of seed, bud development, stem elongation and leaf growth; encourage flowering and fruit development; affect the growth and differentiation of the root. Today gibberellins extracted from seaweed is divided into two GA3 and GA7. GA3 content are found in biofertilizer as seaweed (A. nodosum).

Giving biofertilizer as seaweed in the water can increase phytoplankton populations. Fertilizer biofertilizer can enlarge the population of microorganisms in the water. The population of microorganisms increases will affect several water quality parameters. Microorganisms will consume a lot of oxygen, causing low oxygen dissolved in the water. In conditions of limited oxygen, bacteria decomposing produce compounds such as ammonia and nitrite that are toxic to the fish. Plants in cultivation aquaponics system is useful to absorb the components that are not needed in waters.

Water quality parameters affect the survival, proliferation, and growth of fish. Water quality measured in the research include temperature, acidity (pH), dissolved oxygen and ammonia. pH changes showed the process of photosynthesis and respiration by phytoplankton and tilapia. A decrease in the pH value at the end of the research due to the accumulation of the amount of carbon dioxide as a result of respiration by organisms and microorganisms as well as the process of decomposition by bacteria in each aquarium.

The concentration of dissolved oxygen in the water is always changing because of their biology and physics. Biological factors that influence the concentration of oxygen in the waters that is the process of photosynthesis and respiration. The process of photosynthesis of phytoplankton waters can affect the solubility of oxygen in water. The process of respiration by living things need oxygen in waters that may also affect the concentration of dissolved oxygen. With the addition of biofertilizer, also increases the microorganisms in the aquarium so that affects the solubility of oxygen. Physical factors affecting the concentration or the solubility of oxygen in the waters of one of them is the temperature. Rising temperatures will decrease the amount of dissolved oxygen and vice versa. During research is needed aerator that support the diffusion of the air into the water to increase oxygen in the aquarium. Value solubility of oxygen in the aquarium during the study ranged between 5.06-6.79. The good range of dissolved oxygen in the water is 2-10 ppm.

The results showed levels of ammonia during the study was 0.06 to 0.17 mg / l. Ammonia (NH3) is the result of the decay process of organic material by bacteria and composition of nitrogen compounds by bacteria. Ammonia toxicity to animals aquaculture will increase if there is a decrease of dissolved oxygen and increasing the temperature and pH value. The elements contained in seaweed biofertilizer (A. nodosum) is expected to affect water quality in water research. Nitrogen can be used by phytoplankton for the nitrification process and the process of assimilation. Phosphate (P2O2) can give change in fertility waters.


Conclussion
Based on this research, it is known that the product biofertilizer seaweed (A. nodosum) effect on changes in water quality and affect the growth of tilapia (O. niloticus) and celery (A. graveolens). The growth of tilapia and celery highest in the administration biofertilizer treatment D at a dose of 3 ml / l of water.


Bibliography
Amalia, D. R. 2013. Efek Temperatur Terhadap Pertumbuhan Gracilaria verrucosa. Skripsi. Program Studi Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember. Jember. Hal 1.
Basmal, J. 2010. Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair Kombinasi Hidrolisat Rumput Laut Sargassum sp. dan Limbah Ikan Squalen.  5. (2) : 59-66.
Dewi, A.I.R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Makalah. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. 43p.
Dewi, O. E. 2015. Pengaruh Produk Biofertilizer Rumput Laut (Euchema cottonii) Komersil Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L) dan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pada Sistem Akuaponik. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. 51p.
Hariyani, R. 2011. Pemanfaatan Limbah Panen Rumput Laut (Sargassum sp. dan Gracilaria sp.) sebagai Biofertilizer terhadap Tanaman Air Kangkung (Ipomea aquatica) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Sistem Akuaponik. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal 57.
Maine Department of Marine Resources. 2014. Fishery Management Plant for Rockweed (Ascophyllum nodosum). www.maine.gov. 10/05/2016. 51p.
Munarti, S.K. 2014. Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro. Jurnal Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan I (1) : 8p.
Nugroho, E dan Sutrisno. 2008. Budidaya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panda, D. Pramanik, K. Nayak, B., R. 2012. Use of Sea Weed Extracts as Plant Growth Regulators for Sustainable Agriculture. International Journal of Bio-resource and Stress Management, 3 (3) : 404-411.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Widodo, R.H dan Dian, A.S. 2005. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta. 6hal.

~oOo~

I still learn about this subject and I always open suggestions about it.
Please contact my email. Thank you.