Wisata Taipei Songshan Airport Observatory, Penggemar Aircraft Wajib Kesini!


Saya bukan penggemar aircraft betewe, tapi saya amazed banget sama bandara ini. Saya rasa tidak banyak bandara di dunia yang memiliki pemikiran terbuka, dan memberi kesempatan kepada penggemar aviasi melihat langsung jalannya kegiatan penerbangan.


臺北松山機場觀景台 (Táiběi sōngshān jīchǎng guān jǐng tái) atau yang dikenal dengan Songshan Airport Observatory Deck, diresmikan bulan November 2010. Letaknya di lantai tiga (rooftop) gedung bandara Songshan dengan luas keseluruhan 545ping (kurang lebih 1.802 meter persegi).

Taipei Songshan Airport (台北松山機場) yang memiliki nama resmi Bandara Internasional Taipei merupakan bandar udara internasional di tengah kota Taipei yang dibangun tahun 1936 pada saat penjajahan Jepang. Bandar udara ini difungsikan untuk penerbangan dalam dan luar negeri. Kemudian pada tahun 1979, Bandara Internasional Chiang Kai Shek (sekarang Bandara Internasional Taoyuan Taiwan) dibangun dan menggantikan Bandara Songshan dalam fungsi penerbangannya. Kini Bandara Songshan dikhususkan untuk melayani penerbangan domestik dan negara terdekat saja (Jepang, Korea dan China Mainland).

Bandar udara Songshan ini memiliki dua terminal penerbangan, T1 (terminal 1) untuk keberangkatan dan T2 (terminal 2) untuk kedatangan. Nah, jalan masuk menuju observatory deck terletak diantara terminal 1 dan terminal 2.

Kalau mau kesana, simple aza, naik kereta Brown Line dan turun di Stasiun MRT Songshan Airport. Seperti MRT Red Line, jalur MRT Brown Line ini melewati dua lintasan : bawah tanah (underground) dan atas tanah (upground). Kalau Brown Line lintasannya lebih banyak di atas gengs, namun saat masuk kawasan bandara Songshan, kita akan dibawa melihat suasana bandara (dari atas) lalu masuk ke dalam tanah karena stasiunnya berada di underground.

sumber : google

sumber : web gov Taiwan


Stasiun MRT Songshan Airport dengan Bandara Songshan letaknya tidak berdekatan. Dari MRT Songshan Airport kita harus berjalan sekitar lima menit (tanpa tolahtoleh ya, karena sepanjang jalannya terdapat toko souvenir dan makanan minuman) menuju bandara. Keluar exit (boleh exit 1 atau 2), kita masuk ke dalam gedung bandara.

Observatory entrance letaknya ada diantara terminal 1 dan 2. Tidak ada papan penunjuk dengan bahasa latin ya, hanya ada tulisan mandarin saja. Kalau temans berangkat dari terminal 1, jalan saja lurus menuju terminal 2, jika bertemu disebelah kiri toko souvenir aircraft, tinggal toleh saja ke kanan ada pintu masuk tidak terlalu besar namun memiliki ornamen sangat colorful dekat dengan meja information centre. Kita langsung masuk (atau kalau mau ngobrol dulu sama bapak-bapak yang menunggu meja layanan informasi juga boleeehh,, beliaunya walau terlihat sudah 'berusia' namun jangan ragukan kemampuan englishnya), menuju observatory deck bisa naik tangga (disebelah kanan) dan bisa juga menggunakan elevator (sebelah kiri).

Aviation Theme Shop

Observatory Entrance



Kami lebih suka naik elevator gengs, selain karena bawa stroller yang isinya #singkekkriwul, juga kami sama-sama benci sama yang namanya melawan gravitasi (baca : naik tangga haha).

Keluar elevator, telinga sedikit mendengung (beda orang beda pengalaman). Mungkin karena sudah beda dunia (#ngawuuurr). Mungkin karena efek red carpet (sebagai peredam kebisingan suara mesin pesawat) dan sepinya ruangan itu. Kami bergegas mencari pintu keluar karena hiasan dindingnya uda spoiler, ngga sabar ingin lihat pesawat terbang yang akan lepas landas. Eh kok malah disambut sama SevEl. Masa' kudu ngopi dulu?


Engga, kami (maksudnya saya) tidak tergoda sama kopi SevEl, ngga tau deh kalau pikiran do'i yang hampir tiap hari jajannya kopi itu (kalau pagi ngga sempat menikmati kopi buatan istrinya---soalnya istrinya ini punya feeling dibuatin ato ngga dibuatin kopi pasti nantinya do'i beli kopi diluar #coffeeaddict, kan kasian ginjalnya atuh jarang kemasukan air putih, jadi kalo pagi saya selaku istri yang cantik dan baik hatinya musti menyajikan air putih buat do'i, ngga hanya menyajikan sih tapi "njejelin" do'i dengan segelas air putih---kurang baik apa coba istrinya tuh). Ini apa maksudnya separagraf sendiri nyeritain rahasia keluarga ha ha.


Diluar 7-eleven disediakan tenda biru dongker (#ehh) lengkap dengan kursi meja buat nongkrong yang mana si tenda biru tadi dihiasi dengan kelap-kelip lampu gantung. Aduhay, entah kenapa uda tampil se-cantik ini, tetep aja sepi si tenda biru. Mungkin karena masih terang langitnya, pengunjung lebih memilih untuk berburu moment pesawat landing dan take off. Diseberang tenda biru ada mini garden yang dihiasi oleh warna-warni bunga tulip. Cantik bangeeettt.



Apa yang terbesit dipikiran temans saat membaca atau mendengar nama"observatory deck" ?


Tidak seperti gedung observatory kebanyakan berada dalam ruangan, Songshan Airport Observatory Deck ini kalau dilihat sederhananya hanya berupa deck tanpa kanopi di langit-langitnya. Walau hanya berupa deck tanpa atap, kita bisa lihat mewahnya tempat ini dari fasilitas dan arsitekturnya.

Disini kita benar-benar bisa langsung melihat aktivitas pesawat, dari saat cek mesin pesawat hingga pesawat tersebut lepas landas. Perlu diingat, kalau membawa bayi atau batita kesini, jangan lupa selalu dekap mereka saat ada pesawat yang sedang cek mesin ya, karena suara bisingnya bisa bikin bayi kita deg-degan dan takut.

Terdapat beberapa fasilitas dan informasi disini seperti:

1. Layanan Informasi Terminal Otomatis

2. Tenda Biru (nama aslinya coffee air garden)

3. Skyline

4. Jembatan visi bebas penghalang (barrier-free vision of aprons)

5. Bangku ranting putih (sculpture chairs)

6. Tangga/bangku kayu (wooden stairs)


Orang awam seperti kami yang kurang begitu memahami dunia penerbangan, hanya tertarik saat pertunjukan dimulai yakni aktivitas pesawat yang akan lepas landas. Kia si batita #singkekkriwul kami rupanya agak terganggu dengan suara bising pesawat dan hanya sedikit menikmati suasana disini. Kalau tidak melihat-lihat pesawat di jembatan visi bebas penghalang yaaa naik turun di tangga kayu. Terima kasih buat cece (姐姐 jiějiě, kakak perempuan) dan keke (哥哥 gēgē, kakak laki-laki) yang mau mengikutsertakan Kia bermain dengan mereka.


Walau dijadikan bandar udara domestik, namun bandara Songshan ini juga melayani kedatangan pesawat internasional dari negara tetangga seperti China, Jepang, Hongkong dan Korea. Lalu apa saja maskapai yang singgah di bandar udara domestik ini? Keep scroll down ya.











Baik dari skyline maupun dari jembatan visi, kita dapat melihat pemandangan jauh diseberang : Jembatan Dazhi (baca: tacē), Miramar Ferris Wheel, Neihu Technology Park, sampai Grand Hotel Taipei yang terkenal dengan warna merahnya. Kebetulan pas saya dapat foto pesawat yang sedang lepas landas. Subhanallah ya, bagus banget.


Mas husband sedang iseng, dia nyolek sambil bilang kalau ada mbak-mbak dan mas-mas dari Indonesia yang sedang berjalan berbaris mengikuti arahan di lantai aspal menuju ke salah satu pesawat Eva Air. Mungkin mereka akan pergi kembali bertugas.


Kia pun sama suka bicaranya (rame dan talking a lot kek Ayahnya persis~). Dia bilang, "lho white car! lho ambulance! lho fire truck!". Anak perempuan memang lebih tertarik ke jenis-jenis cars ketimbang boneka.




Saat itu saya melihat jarum panjang jam tangan sudah menuju ke angka lima. Mendongak ke atas nampak sinar masih amat terang namun angin yang berhembus makin dingin, tandanya yok segera meninggalkan area lovely outdoor ini. Eh iya, sebelum pulang mampir dulu ke toiletnya. Aduh suka bangettt saya, toilet (perempuan) nya bersih dan ada 'air' nya. Bisa diulangi lagi nih (manteb akan berwisata kesini lagi karena toiletnya ada airnya hahaha).


Jalan pulang sama seperti jalan berangkat, kami melewati ruangan dengan red carpet dan banyak pajangan mini pesawat dari berbagai maskapai. Diabadikan dong pasti ^^.







"Da daa planee...", kata Kia. 

Toko Indo Batavia dan Wisata Malam Chiang Kai Shek, Solusi Dadakan Saat Gabut di Waktu Libur



Tahun ketiga living in Taipei, entah kenapa setiap waktu libur kami selalu gabut menentukan "mau kemana jalan hari ini". Kayak kehabisan ide jalan-jalan, mau kesini sudah pernah, mau kesitu sudah pernah, mau ke night market ini bosen, mau ke tempat itu walahhh itu lagi itu lagi. Guayaa beneeerrr.

Seperti hari kemarin, saking ngga ada idenya, kami berangkat jalan sekitar setelah sholat ashar kemudian naik kereta pun masih nol putul mau kemana, dapat tempat duduknya yang berjauhan pula. Macem mana pula ini keluarga Pak Wahyu nee~

Mas husband (yang kayaknya iseng) kirim chat watsap isinya link maps Toko Indo Batavia (異國料理). Saya teringat cerita do'i yang diberi informasi dari rekan KDEI saat rapat projek beberapa hari yang lalu, bahwa ada sebuah toko indo yang bersih dan mereka sering kesana untuk makan.


Kami menamainya toko indo, sebuah tempat yang menjual berbagai macam bahan-bahan dasar memasak, kebutuhan dan atau makanan jadi asal tanah air. Toko indo inilah menjadi tempat jujukan kami kalau sedang rindu masakan Indonesia.

Saya buka itu link Batavia, dan jemari tidak berhenti skroll, melihat keindahan makanan saji rasanya mengundang pula rasa lapar dan haus. SUDAH AYOK KESINI AZA daripada ngga ada tujuan, keburu dibawa jauh ama ni kereta.

Kami sedang berada di kereta Blue Line, sementara Batavia letaknya dekat dengan jalur kereta Red Line dan Green Line (Stasiun MRT Chiang Kai Shek), kami lebih memilih oper kereta di Stasiun MRT Ximen (Blue Line dan Green Line) ketimbang di Stasiun MRT Taipei Main Station (Blue Line dan Red Line). Why oh why? Because di Taipei Cechan (Táiběi chēzhàn 台北車站 atau Taipei Main Station) ini pergantian dari jalur biru ke jalur merah harus berjalan jauh bingiittss, apalagi kalau uda menuju weekend begini--pasti ramai luar bi(n)asa.


Dari Stasiun MRT Chiang Kai Shek, kami keluar lewat exit 3 dan berjalan kurang lebih 250meter ke arah timur laut. Lihat google maps aza lebih asique dan jelazz ya kalau mau kesini.

Sampai di Toko Indo Batavia, wuaaaahhh. Beneran beda seperti toko-toko indo lainnya, lebih bersih dan lebih mevvah shay, (mewah disini maksud saya walau tidak seluas tempat restoran arab atau eropa di Taiwan, tapi tatanan barang dan lightning ruangannya kerasa pas dan bikin luas ruangan gitu, kesini deh biar ngga penasaran). Ngga salah ini mah kalau jadi tempat yang direkomendasiin sama rekan-rekan KDEI. Pertahanin yaa laopan-laopaniangnya Toko Indo Batavia #smile.



Lalu gimana rasa masakannya? Dapat review bintang bagus dan foto penyajian yang ciamik (yang secara tidak langsung mengundang selera) di google maps harusnya bisa meyakinkan pengunjung baru seperti kami ya. Iya, kami sudah menambatkan keyakinan sampai 70% makanan yang kami pesan akan terasa uwenak dan sudah diujung lidah nih bakal bilang kalau mau datang lagi dan lagi untuk mencicipi menu yang lain.

Apa saja pesanan kami? Foto yang saya cantumkan dibawah urutannya sesuai dengan penomoran berikut ya.

1. Soto Betawi Sapi   150NTD
2. Sate Ayam   150NTD
3. Es Jeruk   50NTD
4. Es Soda Gembira   50NTD





Kami cukup lama berunding mau pesan apa, lha gimana coba, angle pengambilan foto dan cetakan buku menunya bikin kami ingin pesan semua. Luebhayy tapi bener ini. Saya wanti-wanti ke mas husband, since istrinya ini sudah jago bisa masak ngoprek makanan di dapur (iki opo to kok akeh coretan), maka kalau makan di luar harus yang istrinya ngga belum bisa bikin di rumah.

Lalu do'i pesan soto betawi. Kalau saya dan Kia? Kia pasti ikut saya makan, dan kalau saya---yaa pesan suka-suka (wanti-wanti nya tadi ngga berlaku buat saya selaku juru masak di rumah ha ha). Menu sate ayam jadi pilihan nothok jedhok saya karena sudah dari minggu lalu ngidam kepengen makan ini.

Pilihan minum bagaimana? (Iyaa, saya ditanya sama laopaniangnya juga). Karena saya penggemar es jeruk yang manis, saya tanya dulu sama laopaniangnya, jeruk disini manis apa engga. Eee sama beliau malah saya ditanya balik, mbaknya mau manis ato engga. (Mau tak jawab, kata suami saya--saya sudah manis, eh salah, kata suami saya--ngga perlu yang manis cukup lihat dia aja sudah manis. Yang bener yang kedua ya, karena do'i tingkat kenarsisannya jauh lebih tinggi daripada saya, perbandingannya 5:1). Mas husband pilih soda gembira, lagi-lagi karena saya bilang : yuk nyoba ayy, ini lima puluh persen lebih murah timbang toko indo yang di ----- (sensor). Alhamdulillah saya punya mas husband yang manut sama pilihan saya (karena do'i sering bilang mau pilih apa bu terserah ibu lah ayah ngikut ajja).

Lumayan agak lama nunggunya, gapapa gapapa perutnya memang harus bersabar dulu. Sambil nunggu yang dipesan datang, sambil wo kàn kàn menunya. Toko Indo ini selain kelebihannya ada di suasana tempat makan yang bagus dan bikin mood makan naik, saya rasa kalau buku menunya secantik ini, pasti harga yang ditawarkan adalah fix atau tetap, dan tidak berubah-ubah (entah sesuai mood laopaniangnya atau mungkin sesuai kurs NTD-Rupiah hari itu) ngga seperti toko indo yang di ----- (sensor lagi).






Yang dianter duluan si menu minuman. Sruput sruput, eeh lha kok es jerukku asyem. Sedih dong, mungkin pas jeruknya kedapetan yang ngga manis. Mas husband ngaduk-aduk es soda gembira nya, kusruput duluan, lha kok enak. Ya wis akhirnya tukeran kita haha. Makasi yaa ayy~

Beberapa menit kemudian menu makanan datang. Wow tampilan si soto betawi mengundang selera banget tapi anehnya tak tercium aromanya, hmm. Mas husband langsung menyantap soto betawi nya tanpa woro-woro, kayaknya laper banget nih si do'i, semoga aja saya masih kebagian incip nanti. Kayaknya saya ngga bisa ngga incip punya do'i, tergoda soalnya, tapi saya cuma bisa mbatin, untungnya do'i langsung kerasa hehhe. Ngga lupa pakai sambel ya, Indonesia banget kami itu. Eh iya, sambelnya bagus dan kelihatan "kayak bukan sambel inepan kemarin", huwik menambah selera makan banget ya,, ngga seperti di toko indo ----- (sekali lagi mbandingin begini dapat piring gratis dah gua).


Hmmm, enak, iya enak, udah gitu aza. Sayang rasanya ngga senendang seperti soto betawi yang pernah saya rasakan dulu waktu kondangan sepupu di Jakarta. Tapi iya ngga papahhh, maklum mungkin rasa mengikuti rasa lokal Taiwan--tidak terlalu asin dan tidak terlalu manis.

Sate ayam yang saya pesan datang saat saya incip soto betawi. Nyeruput soda gembira dulu biar pengecap lidah kembali nol, baru makan sate ayam (baca bismillah dulu tapi). Yahhh, sama kek soto betawi, enak, udah. Ayam kurang empuk dikit dan bumbu kacangnya hmmm luar negeri banget hihihi.

Over all, semua menu makanan dan minuman sukses bikin kami jadi kenyang banget, alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. Dan kami in sya allah akan kembali makan kesini nanti karena suasana tempatnya yang oke punya ini dan coba menu yang lain.

Yuk bayar dulu yaaa, terus lanjut perjalanan.


Toko Indo Batavia 異國料理
No. 24巷8號, Ningbo East Street, Zhongzheng District, Taipei City, 100
(+886) 02 33223738
Open Everyday  11.00-19.30


~oOo~


Keluar area toko indo, sudah nampak bangunan utama yang bersejarah dan ikonik negara Taiwan : Chiang Kai Shek Memorial Hall (中正紀念堂). Kami belum pernah pergi kesana malam hari, sekalian saja lihat cantiknya bangunan itu dan kayak gimana situasinya saat malam hari. Ternyata.. Cantique bangeeettt. Look! Ini gedung National Theater Building dilihat dari Aiguo East Road.


Bangunan utamanya yang berwarna putih dengan atap segi delapan (oktagon) berwarna biru tertutup pengunjung (nampak dari gerbang berwarna keemasan yang menutup ruangannya). Sementara di salah satu gedung kembar yang saling berhadapan dengan ornamen dominan merah pada atapnya (National Theater Building dan National Concert Building) terdengar ramai oleh suara musik pop dan rapp modern.





Kami penasaran ingin melihat seperti penampakan dalam gedung kembar tersebut (kami belum pernah masuk atau melihat isi dari dalam gedung tersebut). Kedua gedung ini memiliki anak tangga yang banyak haha, jadi kadang kalau main ke CKSMH kami hanya masuk ke gedung utamanya yang punya atap pentagon itu (karena gedung tersebut ada elevatornya sementara yang gedung kembar ngga ada...jadi malas berurusan dengan gravitasi hehehe). Tapi untuk kali ini biar lah, ngga papa kudu naik tangga. Ehtapi ngga jadi naik tangga ding, disamping gedung ada jalanan aspal yang difungsikan untuk akses kendaraan beroda menuju gedung. Syukur alhamdulillaaahh...



Naik keatas, gedung sudah tertutup rapat dan gelap. Rupanya suara ramai musik berasal dari muda-mudi yang sedang berlatih dance. Ada yang berlatih secara berkelompok ada yang berlatih sendirian. Kia yang suka dengar suara musik--autojoget dia haha. Walau agak redup, ngga menghambat Kia untuk bergerak abstrak, such happy girl.


Sudah puas melihat-lihat, waktunya pulang. Hawanya semakin malam semakin dingin pemirsaahhh


~oOo~


Terima kasih sudah membaca perjalanan kami, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya ^^