Ini hanya sebuah sejarah hidup saya tentang piano dan musik

Tulisan ini sejatinya adalah ungkapan isi hati yang membuka sisi lain saya yang tidak terlihat. Sebenarnya sisi yang ini adalah sisi yang tidak ingin saya tampilkan karena saya pernah mengalami sesuatu yang tidak enak. Tapi, setelah siang ini melihat postingan kakak angkatan yang selera musiknya sama dengan saya, saya rasa seperti kembali hidup dengan musik dan ingin mengungkapkan isi hati disini. Namun sayangnya saya tak berani melangkah lebih jauh, hanya sebatas menulis.

Saya sangat suka musik instrumen semenjak pertama kali mengenalnya pada tahun 2000 silam. Ketika itu saya berumur 9 tahun kurang. Saya ingin sekali belajar piano dan kebetulan ada pelajaran seni musik yang mewajibkan siswa untuk bermain alat musik. Bapak membelikan sebuah organ besar dengan dua daya (baterai dan listrik). Saya bermain sesuka hati karena pada saat itu belum bisa membaca not dan tidak ada yang mengajari untuk menjadi ahli. Bapak bermain organ hanya sebatas lagu anak-anak namun tak mengurangi minat saya untuk mengikuti. Sayangnya, ibu tidak suka musik dan tidak mengijinkan saya bermain organ lagi. Bagi beliau, musik adalah sesuatu yang kurang berguna dibanding dengan pendidikan. Saat itu saya benar-benar kecewa kemudian mengikuti perintah ibu untuk fokus di ujian akhir saja. Otak saya memang lupa bagaimana cara bermain tetapi tidak dengan jemari saya.

Tahun 2003, setelah berhasil lolos dan masuk SMP favorit di wilayah Surabaya Timur, saya kembali menginginkan bermain musik lagi. Adanya pelajaran seni musik, teman-teman kelas 1 yang kebanyakan jago bermain musik dan telah membentuk sebuah grub band, mendukung dan mengundang saya untuk ikut gabung dalam grup itu. Saya tidak punya rasa percaya diri tampil didepan banyak orang seperti mereka namun saya tetap belajar mengikuti setiap ritme musik yang mereka mainkan. Kala itu grup band Peter Pan sedang boomingnya dengan lagu 'Mimpi Yang Sempurna' dan grup Ada Band dengan lagu 'Kau Auraku'. Saya selalu bermain piano yang disediakan oleh studio musik dan ikut bermain bersama teman-teman. Ini benar permainan yang otodidak membuat saya menjadi ahli bermain piano. Sayangnya, kembali lagi ibu melarang saya mengeksplor kemampuan dalam bermain musik. Saya hanya disuruh fokus terhadap pendidikan. Kasihan ya saya.. Setelah itu saya tak pernah bermain piano atau bahkan organ lagi, menyebabkan otak dan jemari saya mati rasa jika bersentuhan dengan organ dan piano.


Walau saya tak bisa bermain piano lagi, saya tak berhenti menyukai musik. Saya menyukai ritme yang menghentak tapi juga menyukai ritme yang sendu. Tidak ada kriteria khusus dalam menyukai musik. Ketika musik itu enak didengar, maka musik itu mengalir begitu saja dari otak ke hati.

Dewasa ini saya sangat menyukai musik instrumen, baik instrumen dominan Piano, Biola, Drum maupun kolaborasi dari ketiganya. Bisa dibilang saya benar-benar addicted. Jika saya menemukan sebuah musik lagu atau instrumen yang menggugah imajinasi dan membuat badan kembali bergairah, saya akan terus mengulang dan mengulang musik itu.

Sebut saja musisi instrumen Dave Koz, Kevin Teasley, Carter Burwell, Alexandre Desplat, Howard Shore, Kenny G, Richard Clayderman, Yanni dan Kitaro. Dan juga beberapa creator music dalam beberapa album seperti Voyage 2, Instrumental moments 2002, The Best of Romantic Piano, Treasury of Golden Music Vol.2 dan masih banyak lagi. Saya menyukai mereka semua dan standing applause untuk mahakarya yang mereka hasilkan.

Kembali ke paragraf awal, siang ini, saya melihat youtube Maksim Mrvica ketika membawakan instrumen piano Chopin dan berkolaborasi dengan beberapa pemain biola dan satu pemain drum. Membuat hati saya kembali menyala. Revolutionary Etude in C Minor (chopin) menggugah hati saya untuk segera memberikan tepuk tangan karena tangkasnya jemari Maksim memainkan grand piano. (Video youtube bisa dilihat disini). Tergugah untuk melihat aksinya yang lain saya kembali mengklik video tentang dia. Instrumen berjudul Exodus pun kembali membuat saya terpesona dengan komponen instrumennya. (Video youtube bisa dilihat disini)

Apakah saya tergugah untuk bermain piano kembali? Tidak... Kini saya lebih suka dengan buku daripada piano. Tapi... Tidak menampik suara hati, bahwa saya mudah sekali terpesona dengan seseorang yang jago bermain gitar, piano, biola atau drum, sempat mendorong saya ingin bermain lagi. Jika seseorang itu berparas charming dan ahli bermain musik,, wah itu bonus hihihi ^^

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.