Jelajah Gongguan Riverside, Perjalanan Pertama Si Sepeda Biru


Saat memikirkan akan menulis artikel ini hingga kini saya menulis, saya merinding...

Merinding karena saya tinggal di wilayah yang dikelilingi oleh daerah yang sudah terkontaminasi virus Corona. Awalnya saya selow aja, walau sempat berfikir hal yang terburuk. Masya Allah pecah selow saya ketika beberapa hari yang lalu mendengar berita TKI di Taipei yang sedang dikarantina karena virus ganas ini. It means, virus itu bisa menempel kapan saja di keluarga saya, keluarga kecil saya yang selalu berinteraksi dengan orang-orang.

Tarik nafasss panjaaanggg, buang pelan-pelan.

Semua pasti ada waktunya, semua pasti ada hikmahnya.

Maafkan saya jika di awal saya sudah bercerita sedih.

Ada kalanya, saya selalu mengenang bahwa Allah selalu memberikan saya jalan keluar.

Di tahun pertama tinggal di Taipei, saya tinggal di rumah untuk membesarkan bayi dan merawat suami. Saya yang selalu bosan hanya diam dalam apartemen, membuat jadwal jalan-jalan untuk explore Taipei dan sekitarnya.

Di tahun kedua, saya mendapat tawaran pekerjaan. Dari tawaran pekerjaan inilah, kami pindah dari apartemen lantai 5 tanpa eskalator maupun lift ke rumah lantai 1 yang jika mau kemana-mana sangatlah baik karena semuanya tersedia. Alhamdulillah. Dari sini, hasrat untuk jalan-jalan jadi berkurang, karena dirasa kami mungkin sudah berkeliling Taipei sehingga merasa bosan. Tak jarang, kami menghabiskan waktu liburan tiap minggunya hanya bersantai di rumah.

Dari situlah saya tercetus untuk punya sepeda lagi, sepeda yang agak besar dan mampu menopang saya dan Kia (yang kini beranjak balita), sepeda yang jika saya kendarai pada jarak jauh tidak banyak-banyak memberi rasa capek. Alhamdulillah saya mendapat sepeda yang sesuai. Saya menyebutnya Sepeda Biru. 

See, Allah memberikan jalan keluar lagi. Subhanallah, menghabiskan waktu liburan dengan bersepeda dapat meminimalisir interaksi dengan orang-orang karena kami pun jarang naik transportasi umum. Dengan minimnya interaksi, membuat kecil pula peluang tertular virus macam-macam. Semoga kita semua terhindar dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan, aamiin ya rabbal 'alamiin.

Huft, saya tak bisa membendung rasa melow saya, bahkan saat saya menulis artikel ini. Karena juga, deep inside my heart, i really really worry about that virus.

Saya akan coba bercerita tentang lain agar hati tak terus-terusan melow. Oke, cerita tentang perjalanan pertama sepeda biru saya. Kemanakah sepeda biru membawa kami diawal debut perjalanannya? #halah wkwk.



Gongguan Riverside. As usual nih, tak ada rencana mau kemana. Hari Jum'at lalu, mas husband membawa sepeda biru saya ke bengkel sepeda dekat kampus agar bisa dipasang tempat duduk untuk balita, setelah do'i sholat jum'at. Kemudian kami menyusul dan bertemu di MRT Gongguan.

Kami kembali menyusuri jalanan yang pernah kami lewati saat bersepeda dulu--dari apartemen di Yonghe menuju kampus Taiwan Tech. Namun kami tak melewati jembatan, melainkan kami explore di bawah jembatan.

Bawah jembatan?!
Jangan disamakan dengan bawah jembatan yang ada di Indonesia ya... Teramat sangat beda gengs.

Namanya Gongguan riverside, landaian sungai yang dibuat indah dan multifungsi, ada lapangan basket, ada taman yang besar dan berisi penuh dengan bunga-bunga yang berwarna-warni, ada pula lapangan yang disulap menjadi tempat yang instagramable. Tujuannya hanya satu : sebagai tempat rekreasi masyarakat. Disana juga terdapat bengkel sepeda dan tempat penyewaan sepeda.



Hari Jum'at saat itu sangatlah cerah dan membahagiakan, tidak panas juga tidak dingin. Musim semi yang sempurna. Kami menyusuri jalanan sepanjang sungai, dari Gongguan dan hampir masuk daerah Guting. Sepanjang jalan, saya melihat semua fasilitas terjaga, tetap cantik seperti awalnya dan tak ada satupun yang rusak. What a perfect moment!




Begitu recehnya saya, begitu saja sudah bahagia. Ya, jika kebahagiaan dapat diperoleh dengan mudah dan murah, buat apa cari yang susah dan mahal. Ye khan?

Saya akan terus mengingat keindahan hari itu. Sampai kapanpun. Saya harap temans juga terhibur dengan dokumentasi yang saya cantumkan disini.

Well, saya akan menuliskan tentang perjalanan dengan sepeda biru saya dan berusaha konsisten. Tentunya dengan adanya dukungan temans akan membuat saya lebih bersemangat!

Sampai ketemu di artikel selanjutnya ^^

14 komentar

  1. Seru ya mbak, jalan-jalan keliling taipe sepedaan ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yukk sini main yuuukk. Honeymoon ke Taipei juga boleee ^^

      Hapus
  2. Bagus banget ya 😍 Pernah keluar negeri tuh pasti jadi pengalaman yang berkesan banget ya Mbak. Ada pemandangan beda dibanding negeri sendiri 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak Ade. Yuukk kalau mbak Ade main ke Taipei, colek kami yaa ^^

      Hapus
  3. Senangnya..bisa bersepeda dg keluarga..berolahraga sekalian mempererat jalinan kekeluargaan ya.. Terima kasih sdh berbagi keseruan ini, mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasii jugaa mbak Tanti sudah berkunjung ^^

      Hapus
  4. Wah jadi keinget pas dibawa bapa naik sepeda juga waktu kecil keliling desa hha. Sepedanya juga mirip banget, tapi ak didudukin didepan. Waktu itu dibuatin tempat duduk didepan, biar bisa liat pemandangan langsung dari depan hihi

    BalasHapus
  5. aku juga nanti kalau udah nikah berencana punya sepeda pancal yg cantik seperti ini
    karena mungkin sepeda motor akan dibawa suami ya, lalu biar aku yg sepedaan cantik ke warung atau taman, haha

    seru juga ya mbak cerita sepedaan di taipei
    suasana yang berbeda, membuat aku ingin merasakannya juga

    BalasHapus
  6. Kebahagiaan memang akan selalu ada meski dari hal remeh temeh. Bahagia tak harus mahal, naik sepeda dan bermain di taman bunga begitu sudah bikin bahagia.

    Wow ya dong jelas beda jauh jembatan yang di Taiwan dengan yang di sini. Saya juga sering melihat keindahan Taiwan dari foto-foto bude saya yang kerja di sana. Huhuhu, jadi pengen liburan deh ke sana.

    BalasHapus
  7. MasyaAllah, suasananya indah ya Mbak, orang-orang juga patuh ya, jaga jarak juga.
    sehat-sehat ya Mbak sekeluarga disana :)

    BalasHapus
  8. baca gongguan kok aku ingatnya sama biskuit khong guan ya mbak maura. hihi

    aku pun sekarang berhenti dulu nih kegiatan jalan kaki pagi harinya, jogja juga makin tinggi yg kena virusnya. Di taipei mbak maura sudah vaksin belum?

    kangen sepedaan juga nih.. enaknya kalau sepedaan juga bisa mengurangi interaksi dengan orang ya mbak semoga sehat selalu untuk mbak maura sekeluarga

    BalasHapus
  9. Selamat berpetualang bersama Sepeda Biru yang cantik.
    Sehat dan bahagia selalu.

    Senang melihat pamandangan sekeliling yang cantik jelita..
    Membuat hati gembira hanya dengan menikmati dinginnya semilir angin yang menyentuh lembut selama berjalan bersama si sepeda biru.

    MashaAllah~

    BalasHapus
  10. Membaca ceritanya mbak Lisa seru banget nih. Pemandangannya bagus juga. Aku ada mimpi jalan ke luar Indonesia. Tapi pas udah itung budget, aku jadi ngerasa mimpi itu nggak bakal terwujud dengan posisi aku seperti sekarang yang sekadar freelancer mbak. Hehhee.. tapi semoga suatu hari bisa ke Taipei ya.

    Mbak Lisa tetap sehat di sana bersama kaluarga meski di tempatnya sedang tinggi virus Corona ya.

    BalasHapus
  11. Kalau sepanjang jalan cantik begitu. Bersih dan banyak bunga warna-warni. Aku ya bahagia, Mbak. Meski hanya naik sepeda keliling. Duh, ini sama saja kaya rekreasi kemana gitu hehe. Semoga Mbak sekeluarga selalu sehat.

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.