Cafe America di Puncak Tower Shin Kong Mall, Bikin Kia Ngga Mau Pulang!

Blank trip kami tak membutuhkan itinerary khusus, cuma perlu jalan kaki dan ikuti kata hati... #halah.



~oOo~


Kemarin, setelah mengambil kartu NHI di kantor yang berada diantara stasiun MRT NTU Hospital dan stasiun MRT Taipei Main Station, kami bingung hendak kemana.


Baca juga : Urus NHI Taiwan Sendiri? Ngga Ribet Kok!
                    Kartu NHI Tidak Sampai Rumah? Jangan Panik, Baca Pengalaman Saya


Mau nongkrong di taman, masya allah panasnya bikin pusing kepala. Mau jalan-jalan ke TMS (Taipei Main Station), ini akhir bulan, takut kalau kalap belanja bikin besok ngga bisa makan. Mau pulang, kok ya nanggung masih siang (Taipei hari ini lebih panjang siang ketimbang malamnya, jadi kalau sore di Indonesia, di Taipei masih siang), besoknya mas husband sudah berkutat sama kerjaan dan research nya, kalau diganggu jalan-jalan kan ngga mungkin juga.

Jadilah kami jalan aja disekitaran gedung aula TMS, menikmati ramainya lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang lewat.

Kami segera turun ke underground agar bisa menikmati suasana dingin AC raksasanya. Tapi perdebatan tentang 'mau lewat gerbang turun yang mana' antara saya dan mas husband membuat kami berjalan-jalan semakin ngga jelas. Untung jalanan di Taipei sudah terasa familiar dimata kami, jadi kami ngga akan nyasar.

Tiba-tiba mata kami tertuju pada sebuah keramaian seperti night market di siang hari. Ada yang berjualan jajanan, ada yang berjualan buah. Suasana Taipei yang panas terik lagi pengap, bikin kami gampang haus dan gampang tergoda ingin mengkonsumsi yang segar-segar. Kami langsung mendekati keramaian itu.

Rupanya...

Produknya tidak seindah yang dilihat, jadi bikin saya ngga ada mood untuk beli.




Bebarengan kami menoleh ke belakang keramaian. Terdapat gedung tinggi bertuliskan 'SHIN KONG MITSUKOSHI DEPARTMENT STORE'. Karena kami selalu sehati (ceileh), kami memutuskan untuk masuk.

Mas husband ini, langsung nyelonong aja. Padahal didepan mall ada informasi store tiap lantai. Yawes lah, yawes ben. Mendadak do'i kelihatan agak shock didepannya ada banyak etalase make up brand luar negeri. Berkilaulah mata istrinya ini.

"Kok jadi kayak TP Sogo yang biasa kita masuki kalo mau ke TP ya...", kata do'i.

Mata memang berbinar-binar lihat kilauan produk make up segini banyak, apalagi etalase pertama dekat pintu adalah dari brand Laneige, kan saya jadi pengen beli. Tapi mata batin tak membolehkan itu. Akhir bulan, lis, akhir bulan...

Lewat aja kami, muter-muter lantai dasar melihat situasi, lalu langsung menuju eskalator.

Di lantai dua, ada etalase make up, sepatu, tas dan baju. Saya rasa ini membosankan, entah sejak kapan saya tidak tertarik melihat-lihat (ini pertama kali buat saya--tau lah ya kemarin-kemarin kenapa saya dijuluki mas husband ratu mall Surabaya wkwkwk). Saya pikir-pikir lagi karena rasa-rasanya produk-produk yang dijual disini bukan kelas saya. Masa iya satu lembar baju tanpa lengan tapi panjang sampai lutut dijual seharga dengan harga makan kami bertiga selama seminggu.

Saya tau letak lift nya ada dibelakang Apple Store, maka saya menyarankan sekaligus bertanya, "Ayah ngga mau lihat-lihat dulu disitu?". Saya sudah paham betul, kalau mas husband yang profesinya kebanyakan di dunia digital media dan teknologi, pasti ngga akan nolak kalau diajakin ke tempat kayak apple store gini. Dan jawaban mas husband setelah ditanya, "Ya ini maksud Ayah, bu. Ayah juga pengen kesitu dulu hehe".

Setelah mas husband puas melihat-lihat berbagai produk Apple (lihat-lihat dulu lah, belinya nanti kalau ada rejeki, bantu aamiin kan ya), setelah Kia juga puas memporak-porandakan etalase aksesoris yang bisa dia jangkau, dan setelah puas pula saya membereskannya,, kami bertiga bergegas keluar menuju lift.

Sambil nunggu lift datang, sambil pula kami melihat-lihat papan informasi tentang store tiap lantai. Kami memutuskan untuk langsung ke lantai paling atas, lantai 12. Tulisannya sih foodcourt, tapi berdasarkan pengalaman, foodcourt di Taipei mewah kayak kumpulan cafe atau restoran dalam satu lantai gitu.

Sampai di lantai 12. Celingak celinguk. Jalan memutar dan tidak ketemu restoran yang bisa kami makan, baik dari segi ke-halal-an maupun segi harga. Huft pulang aja deh, ini mall macam apa, kok ngga asyik sama sekali,, pikir saya.

Mau balik ke lift, eh lha kok mas husband mendadak berhenti. "Kesitu aja yuk bu, yuk, ngopi kita".

Ngopi ya, nongkrong, hmm, baiq. Karena uda ngga ada mood ya, saya pun pasrah, ngikut aja. Semoga ada yang bisa dimakan disitu. Kesian Kia.


Namanya Cafe America, tidak banyak pengunjung yang datang dan saya suka. Kami masuk kedalam dan disambut ramah oleh pelayannya. FYI, pelayannya warga lokal cantik cantik--bermata sipit dengan kulit putih cerah, BUKAN yang bermata belok dan berkulit putih kemerahan. Mas husband berkomunikasi dengan pelayannya sementara saya mengatur Kia yang sudah mulai rewel karena bosan duduk di stroller.

Saya belok dong, cari spot yang tidak terlalu nampak ke publik, karena pasti Kia setelah ini minta mikcu. Maka saya pun pilih tempat yang agak sepi dan sempit.

Pesan disini.

Cozy.

Perfect place.

Entah kenapa, rasa capek hilang gitu aja. Lihat pemandangan pusat kota Taipei dari lantai 12 dan suasana cafe yang tak terlalu ramai. Maksud saya sih saat ini ramai orang, tapi tidak bising kayak di pasar ya, jadi nyaman gitu. Orang-orang disini sibuk dengan gadget masing-masing. Dipikir lagi, mungkin ini sebabnya Taipei begitu panas, selain memang letak geografis Taiwan yang dikelilingi lautan, juga karena begitu banyak radiasi yang keluar dari gadget orang-orang. Mungkin...

Benar juga, baru sampai tempat duduk, Kia uda ndusel ndusel, tanda manja dari seorang bayi keluar hahaha. Iya, sambil nunggu Ayah dan pesanan datang, yuk sini mikcu.

Ngga lama setelah mas husband datang memesan makanan sekaligus langsung bayar pesanannya, seorang pelayan cantik pun datang membawakan minuman kami. Beberapa menit kemudian, datang lagi--orang yang berbeda--pelayan perempuan yang sudah berusia namun masih cantik, membawakan pesanan makanan. WOW, pikirku, mas husband ini pesan kok banyak banget. Mas husband masih asyik mengabadikan pemandangan kota Taipei dari kaca.

Mas husband mendekat setelah saya panggil. Rupanya mas husband memesan berdasarkan paket yang ada dan harganya tidak terlampau mahal. Pesan apa kami?

Spaghetti, bread and cream soup.

Iced Coffee

Iced Hazelnut Latte

Price (include tax) :
1. Paket makan dan minum (Spagheti ayam saus pedas, roti, cream soup dan iced coffee) : 240 NTD
2. Iced Hazelnut Latte : 150 NTD


Petingan kami, selama makan diluar (di Taiwan), kalau didaftar menu ada yang aman dipesan--dan itu selalu Chili Sauce, maka kami sama-sama sepakat untuk tidak berharap bahwa rasa saus sambal didaftar menu tersebut adalah seperti rasa saus sambal yang nikmat seperti di restoran Indonesia. Karena 'pasti' rasa akan berbeda jauh. Yap, di Taiwan ada rasa khusus untuk mendeskripsikan Chili Sauce.

Kami salah kali ini, rasa Chili Sauce pada spaghetti yang kami pesan rupanya benar-benar rasa saus sambal yang kami rindukan, bukan rasa Chili Sauce khas Taiwan. Alhamdulillah Ya Allah... Ini benar-benar menambah nikmat makan siang hari ini.

Dengerin Ayah ya dek, Ayah bentar lagi dapat gelar dokter filosofi (PhD), aamiin.

Mas husband mengajak Kia untuk duduk diatas meja tinggi dekat kaca. Kia terlihat senang atas pemandangan yang dia lihat, sedari tadi selalu sibuk memperhatikan tiap detail pemandangan dari lantai 12. Saya pun santai, karena bayi satu itu tak pernah merepotkan apalagi takut karena sesuatu. Karena Kia bayi hebat dan kuat. Salut.

Saya meracik makan siang Kia : roti yang disobek kecil dan dimasukkan ke cream soup panas. Sedari giginya tumbuh dan dia kehilangan nafsu makan terhadap apapun, saya pun akhirnya menemukan solusi mengganti makan siang Kia menjadi ala kebarat-baratan, alias ngga pakai nasi dan diganti dengan roti atau cereal yang dicampur dengan susu panas. Dan alhamdulillahnya dia tidak menolak hingga sekarang. Saya antarkan makan siang Kia ke mas husband, agar sambil melihat pemandangan sambil pula disuapkan.

Saya aduk spaghetti agar menjadi dingin merata. Kemudian mencicipi satu persatu minuman yang mas husband pesan. Sebelum dicicipi, minumannya harus diaduk dulu ya. Pengalaman, saking hausnya saya pernah langsung meminum hidangan minuman yang berlapis dua seperti Hazelnut dan Iced Coffee ini. Saya kira waktu itu, memang itu minuman cantik, jadi lupa mengaduk dan langsung saja nyeruput. Alhasil saya merengut karena yang saya seruput itu rasanya pahit, hahaha, susu manis ada dibagian bawahnya. Bukan hilang haus malah jadi keselek.

Subhanallah, benar-benar memuaskan makan siang kali ini. Spaghetti nikmat dan Hazelnut pun juga enak. Kalau Iced Coffee nya mas husband yaa dibilang aja enak lah, soalnya sudah dikasih banyak gula dan creamer, kalau ngga dikasih ya saya uda nolak sedari awal hahaha. Terlihat Kia pun juga masih mengunyah makanannya. Selesai makan, saya gantian menyuapi Kia, mas husbandnya makan.

Dek gimana si, Ibu pose cantik, kok kamunya pose mangap.

Dan saya pun jadi terpukau karena ini.

Beautiful scene.

Masya Allah... Pemandangannya kalau dilihat detail memang teramat sangat luar biasa. Taiwan memang benar-benar dikelilingi gunung. Dimana-mana ada perbukitan dan pegunungan. Dari kejauhan ada gunung yang terlihat bias birunya, kemudian semakin mendekat ke mata ada bangunan-bangunan yang menjulang dan traffic yang ramai oleh kendaraan. Walau ramai, tidak terlihat ada kesemrawutan saat lampu merah dan lampu hijau, semua tertib bergantian. Kemudian ada pula sebuah bangunan legendaris yang sangat terkenal diantara para TKI : Aula Taipei Main Station. Mengapa dibilang begitu? Karena pada hari Sabtu dan Minggu, aula ini dipenuhi oleh pekerja asal Indonesia dan asia tenggara dari seluruh Taipei bahkan mungkin dari seluruh Taiwan. Hampir semua pekerja itu libur pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga aula ini menjadi jujukan untuk berkumpul dan refreshing mereka.


Ngomong-ngomong tentang berkumpul, Cafe America ini bisa dijadikan tempat berkumpul bersama orang-orang tersayang. Yap, karena beautiful scene tadi. Selain itu, Cafe America juga bisa dijadikan tempat ngantor karena suasananya yang cozy abis.

Mesra.

Serius amat pak.

Yaiyalah, sampai Kia aja ngga mau diajak pulang. Dia asyik main ditempat ini, ngelihat benda kecil-kecil dari balik kaca jendela.

Sama sekali ngga ada takutnya!

Dek, ah, ngga asyik kamu itu.

Uda selesai makan, kenyang dan puas, kami bergegas ke luar dari cafe.

Kami langsung pulang? Engga dong! Ini masih sore hihihi. Kami keluar dari Shin Kong Department Store dan menikmati crowded nya Taipei sore itu.

Jadi modelnya Ayah dong.

Sungguh ngga kuat sama panasnya Taipei, kami langsung menuju underground. Naik MRT Taipei Main Station (yang Red Line), lalu berpindah ke Green Line dan turun di stasiun MRT Jingmei.

Tujuan ke Jingmei adalah pergi ke night marketnya untuk makan malam. Keluar dari stasiun MRT, kami mampir sebentar ke 85 cafe untuk beli roti dan milktea. Lalu kami nongkrong didepan gedung seni yang entah apa namanya. Ngobrol panjang tentang masa depan (ini yang saya suka dan selalu kami lakukan) sambil menyuapin Kia. Setelah lihat google maps dimana letak night marketnya, kami langsung menuju TKP.

Singkat cerita kami dibuat kecewa, karena lagi-lagi tak menemukan apa-apa yang bisa dimakan baik dari segi ke-halal-an maupun dari segi kenyamanan untuk bayi. Ini memang resiko hidup di negeri minoritas Islam ya. Ngga papa, dibuat pengalaman. Pengalaman lagi bahwa night market di Jingmei tidak sebesar night market di Ximen. Jadi, sebelum kami mengakhiri perjalanan hari ini, kami (pada akhirnya) makan malam dulu di KFC Gongguan. Setelah makan, kami langsung cus New Taipei City dan tidur pemirsah, capek.



Sampai jumpa di artikel selanjutnya ^^.




Cafe America 
12F, No. 66, Section 1, Zhongxiao West Road,
Zhongzheng District, Taipei City, Taiwan 100. 
Open Monday-Sunday, 11.00 - 21.00.

3 komentar

  1. Halo mbakkk Lisa, Aku sudah intip2 blog mu dari kemarin2 tapi baru komen sekarang hehe. Ternyata sedang Di Taiwan ya negerinya Tao Ming TSE. Aku senang deh Ada yg menyuarakan kepedulian lingkungan Di lautan, jadi Pas deh yg Di daratan Ada yg Di laut juga Ada, sukses terus ya mbak, ayooo tulis lagi tentang hutan mangrove Dan teman2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Evrina sudah berkunjung..hihi.
      Siap, ada dorongan motivasi dari mbak, jadi ingin menulis tentang mangrove lagi.

      Hapus
  2. iced coffeenya seger ya bun :D

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.