Suami Istri Jempol Empat!

Pagi tadi sekitar pukul 4 kurang, Surabaya masih terbalut awan mendung dan terdengar titik-titik air jatuh di halaman rumah. Aku sudah bangun dan segera menuju dapur. Kemudian mengutak-atik peralatan memasak dan bahan makanan untuk menyiapkan menu sahur sederhana. Ditengah memanggang tahu putih, kubis, terong dan nugget,, kompor tiba-tiba mati. Adduhh! Gas nya habisss. Panik, iya. Tapi masih berusaha calm down agar bisa berfikir plan A, plan B dan seterusnya. *lebay nya kayak mikir strategi perang*

Mau ga mau aku harus melepas sendiri selang kompor dari tabung gas elpiji. Kenapa mau ga mau? Aku masih parno sama berita tentang ledakan akibat tabung gas elpiji. Walaupun sebelum pindah rumah, ibu dan bapak mengganti semua peralatan rumah dengan yang baru dan berkualitas, tidak terkecuali kompor dan selangnya. But, parno still parno, dan aku belum bisa menghilangkannya.

Karena parno itulah aku teringat jika mbah kung (yang tinggal di sebelah rumah aku) berjualan gas elpiji juga bisa membantu melepas dan memasangkan selang kompor ke tabung gas elpiji. Tapi apakah jam segini,, beliau sudah bangun????? Ahh, bismillah...

Aku mengetuk pintu samping rumah mbah kung yang berjarak hanya lima langkah dari rumahku (jangan berfikiran pacar lima langkah -- ini sedang tidak bercanda lisaa). Sembari menunggu dibukakan pintu aku sering memikirkan hal yang lucu agar tidak terbawa serius.

Untunglah mbah kung sudah bangun.. Tak lupa aku meminta maaf terlebih dulu karena membangunkan beliau pagi-pagi buta begini, kemudian meminta tolong untuk memasangkan elpiji di rumah... Muka memelas sudah aku pasang, senyum merekah (walau tak pakai lipgloss dan wajah belum dicuci) pun juga aku pasang, berharap mbah kung bersedia membantu saat ini juga...

Dan yak! Alhamdulillah... Mbah kung menyuruhku tunggu sebentar karena beliau mau ambil peralatan tempur nya,, maksudku tabung gas elpiji yang baru, obeng dan karet sekat tabung. Mbah kung pun siap, lalu kami menuju dapur.

Adikku keluar dari kamar ketika mendengar suara ukel-ukel obeng dan tabung yang bertabrakan di dapur *akhirnya nih anak bangun juga*. Tak sampai dua menit mbah kung mengganti tabung gas elpiji. Dan sekali lagi aku berterima kasih pada mbah kung kemudian membayar beliau. Beliau mengembalikan kembalian uangnya, dan ketika aku mengatakan bahwa uang kembaliannya itu untuk jasa mbah kung di pagi-pagi buta begini, beliau menolak tegas. Oh baiklah,, aku berterima kasih dan meminta maaf lagi lagi, kemudian aku mengantar beliau sampai depan rumah. Terakhir beliau berkata, "Ah, jangan sungkan, neng...". Aku balas dengan senyuman lebar.

Nuhun, mbah kung...
Aku bisa kembali melanjutkan memasak dan sahur bareng si adik.

Keberadaan mbah kung ini sangat membantu aku dan adik, mengingat kami perempuan-perempuan hanya tinggal berdua dirumah. Nuhun, mbah kung, nuhun...

Tak hanya pada kami, keberadaan mbah kung pun sangat berarti bagi orang-orang sekitar. Menurut cerita tetangga, mbah kung gemar memberikan nomor handphone ke pelanggannya. Jadi setiap saat pelanggan butuh barang dan jasa mbah kung, mereka tinggal menelepon, dan mbah kung pun langsung datang. Jika lokasi tinggal pelanggan tersebut tak jauh dari rumah mbah kung, beliau mengantarkan barangnya dengan berjalan kaki. Jika lokasinya jauh, mbah kung mengantarkan barang dengan motor kesayangannya.

Dirumah beliau, mbah kung tinggal berdua dengan istrinya. Istri mbah kung (aku biasa memanggil beliau dengan panggilan 'tante') tidak mau hanya diam dirumah dan tidak menghasilkan apa-apa. Tante berjualan pulsa. Setiap saat pulsa kritis dan aku malas pergi jauh, aku tinggal lari ke sebelah (rumah mbah kung dan tante) untuk membeli pulsa. Asyikk kaaan hihihi.

Tante, aku ijin candid ya, nuhun ^^
Aku sangat bersyukur karena keberadaan mbah kung dan tante, kebutuhan rumah dan kehidupanku tercukupi. Aku yakin, tak hanya emak-emak rumah tangga saja yang terbantu, tapi anak-anak kos sekitar rumah (yang jumlahnya banyak banget) juga. *big applause buat mbah kung dan tante*

2 komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.