Day 2 - 14 Jam di Jalanan Solo

Suami memang tak salah memesan hotel tempat menginap. Hotel Aziza Solo menjadi tempat kami bermalas-malasan menghabiskan waktu. Namanya juga honeymoon ^^. Pertama kali menginjakkan kaki di lobby hotel, saya sudah jatuh cinta sama klasnya. Begitu islami. Kemudian suasana restorannya juga terkesan sangat mewah untuk sekelas hotel bintang tiga ini. Duuuh keren.

Belum lagi sepanjang lorong hotel diputar lantunan ayat suci Al Qur'an setiap waktu. Konsep islaminya dapet banget. Pas masuk kamar, ahiew, cozy. Apalagi menginap sama suami,, ahieew.

Memang ada yang mengulas tentang kekurangan hotel ini di halaman google. Tapi aneh, saya merasakan hal yang berbeda. Tempat tidur nyaman, ruangan kamar cozy, lantunan ayat suci Al Qur'an tak pernah absen dari speaker lorong dan TV kamar, dalam kamar sudah disediakan sajadah dan Al Qur'an, kamar mandi sangat sangat bersih dan nyaman, ornamen dan lampu kamar pun mendukung untuk beristirahat. Saking mendukungnya, suami enggan pergi kemana-mana, maunya di kamar terus #ehh.

Tapi karena istrinya ini yang kakinya gatel pingin jalan-jalan, akhirnya suami dengan berat mengiyakan agenda jalan-jalan di hari kedua kami di Solo. Dan inilah 14 jam kami mengeksplor Solo.



07.05 - Yuk mulai hari dengan sarapan!

Sebelum memulai trip hari ini, kami sarapan dulu di restoran hotel. Kebetulan sarapan pagi sudah termasuk fasilitas dari paket kamar yang diambil, jadi tak perlu biaya tambahan deh *cewe mah selalu begini, suka hitung-hitung*.

Dan masakan hotel pun MANIS semua! Untung aja diri ini masih ada campuran lidah orang Malang dan lidah orang Surabaya, jadi ngga seberapa kaget sama masakannya. Beda lagi sama suami yang lidahnya 27 tahun terbiasa sama rasa pedas dan asin. Tapi alhamdulillah nya, suami ngga rewel, yang penting makan katanya wakakakakak, cowo yaa, mikirnya simpel.

Perut uda keisi full, kami siap jalan.


07.20 - Jalan ke... Entahlah

Selama travelling, kami memang suka begini, jalan tanpa itinerary dan menentukan destinasis ecara otodidak. Eksplor aja yang ada disini, cek hape untuk tambahan informasi, dan tinggal cus naik apa aja kendaraan yang lewat. 

Hape selalu dipegang suami, aplikasi maps terpampang dilayar utama. Keluar dari hotel, kami menuju arah Kraton Surakarta dengan berjalan kaki.

Tunggu sebentar, jalan kaki?

Iyaa jalan kaki!

Menyusuri rel kereta api dalam kota (Jaladara) melewati tempat kami makan semalaman : Galabo. Rupanya dekat banget sama hotel ya, tapi kenapa kemarin pas naik becak kayak jauh banget gitu jaraknya. Wahahaaii, sepertinya kemarin kami dikerjain sama pak becaknya, diputer-puter biar jauh jaraknya. Dari Galabo kami lanjut melewati Tugu Slamet Riyadi. Didekat tugu, ada papan bertuliskan Solo Destination beserta arah destinasi wisata plus jarak yang harus ditempuh, jadi in sya allah temans ndak bakal kesasar kalau ngikutin papan itu.

(a) Menyusuri rel kereta Jaladara. (b) Galabo. (c) Solo destination.

Melewati tugu, kami menuju ke selatan kota : Pasar Klewer Sementara, Masjid Ageng Surakarta dan Kraton Surakarta. Inilah inti kami datang ke Solo, ingin mengetahui sejarah kota Solo. Namun rupanya kami kurang beruntung berkunjung ke Solo minggu ini.

Di Pasar Klewer Sementara kami tidak menemukan apapun selain toko dan gerai yang tutup. Beberapa bapak becak yang duduk santai dibecaknya menyapa kami dan memberitahu kalau pasar klewer sementara sedang masa transisi ke Pasar Klewer yang baru diresmikan kemarin oleh Pak Jokowi. Di Kraton Surakarta pun terdapat beberapa penjagaan oleh polisi sehingga wisatawan tidak bisa masuk. Kata beberapa orang lokal, hari ini ada kegiatan di kraton, nama kegiatannya Jumenengan.

Walhasil kami hanya mampir ke Masjid Ageng Surakarta. Kebetulan juga belum waktu sholat dhuhur, jadi kami hanya mampir sebentar kemudian cuss ke destinasi berikutnya.

Capek? Jelas... Kecewa? Hmmm, yasudalah.

Kami melanjutkan jalan kaki sedikit ke arah utara, ke Pasar Klewer yang baru diresmikan. Kami masuk ke gedung baru tersebut dan menjelajah sampai ke lantai dua. Rupanya, tidak ada aktifitas disana. Kebanyakan toko masih tutup, hanya beberapa yang buka, dan beberapa orang membenahi tokonya. Apa karena masih kepagian, ato karena baru kemarin diresmikan? Ahh... Kami berdua duduk sebentar di parkiran. Kulo nuwun dulu sama pak satpamnya. Rasa capek pun mulai kerasa, suami juga uda mandi keringat karena mataharinya full bersinar di kota Solo.

(a) Gerbang pasar klewer sementara. (b) Masjid Ageng Surakarta. (c) Gerbang pasar klewer baru.

Ipad dan Sony beradu mencari destinasi tepat berikutnya. Sambil berbincang dengan pak satpam tentang kalau ke Solo itu enaknya kemana. Pak satpam menyarankan untuk ke Tawangmangu. Daaan, setelah membuka maps, keringat kami semakin mengucur, karena jarak menuju Tawangmangu hampir 40 kilo cyiiinn. Sangat keberatan, suami langsung memutuskan untuk ke Pura Mangkunegara saja.

Setelah pamitan sama pak satpam, kami menghampiri taksi yang sedang mangkal. Cuss deh ke Pura Mangkunegaran. Jaraknya ngga jauh sih, cuma sekitar dua kilo, tapi panasnya matahari ini lho yang bikin kami ngga kuat jalan.

FYI, di Solo kalau kita bepergian dengan taksi, baik taksi online maupun taksi lokal, kita harus siap merogoh kocek minimal Rp 25.000 sekali jalan. Ingat! Sekali jalan lho ya. Walaupun dekat cuma dua kilometerpun kami tetap bayar dua puluh lima rebu guys. Jadi, ini namanya kefefet, keluar duit segitu hanya untuk naik taksi sejauh dua kilo. Duuh duuh...

Sampai di Pura Mangkunegaran pun suasananya : sepi dan sunyi. Hanya ada penjaga dan beberapa remaja yang sedang bersekolah digedungnya. Owalah owalah.. Kesini kami ya cuma mampir liat-liat dan foto-foto.

Alhamdulillah ya, tinggi saya sama seperti tinggi pura

Keluar dari Pura Mangkunegaran, suami ngajak jalan ke arah timur, do'i mau kasih lihat namanya Hotel Kusuma Sahid Prince tempat dia pernah menginap dulu saat acara blogger. Lumayan juga jalan kaki dari Pura Mangkunegaran ke Hotel Kusuma Sahid Prince. Sempat ngga kuat sama panasnya matahari yang menyengat, kami masuk ke salah satu gang kemudian duduk tepat di badukan tembok rumah orang. Suami kembali browsing destinasi wisata mana lagi yang akan kami kunjungi setelah ini. Tercetuslah keinginan naik bus tingkat Werkudara untuk mengelilingi kota Solo. Suami langsung mendaftar ke CP pemesanan bus Werkudara melalui whatsapp dan kami mendapat tiket jam terakhir bus beroperasi hari ini, pukul 15.00.

Kami cuma numpang lewat depan Hotel Kusuma Sahid, ngga mampir-lha ngapain juga mampir. Tepat diseberang hotel, ada depot soto rempah (tidak sempat niteni nama depotnya, maafkan). Kami (terutama do'i) tertarik mampir karena pembelinya banyak. Pasti enak ini, pikir do'i.

Masuk, pesan dan duduk. Beberapa menit kemudian dua es teh manis datang, kemudian disusul satu mangkok besar soto rempah. Kami mengira sotonya asin dan enak bercampur rempah didalamnya. Eh lha dalah sotonya manis T_T. Lupa kalau di Solo makanannya didominasi rasa manis. Gusti Allah, hilang deh selera makan. Tapi do'i engga, dengan ditambah sambal akhirnya do'i menghabiskan sotonya. Iya, habisin deh bang, abisin semuanyah.

Soto rempah (manis)

Jalanan lagi rame banget, selain rombongan presiden yang menginap di Hotel Kusuma Sahid Prince ada juga rombongan moge yang baru dateng, berisik bangett ya! Terus ada rombongan apalagi tuh, bikin parkiran hotel jadi full. Tauk ah.

"...Maunya kemarin kita nginep situ, tapi pas saya telpon mau booking, eh ternyata uda full booked...", kata suami.

Usai bayar, kami cuss entah kemana, yang penting ke luar depot dulu. Nepi dipinggir jalan sambil menahan diri dari kepanasan, ngutak atik hape order taksi online, clingak clinguk kali ada taksi kosong yang lewat (tapi kebanyakan taksinya pada penuh). Baru deh, hampir setengah jam kami berdiri, ada taksi kosong lewat dan menepi. Alhamdulillah...


10.17 - Merasakan Mall nya Solo

Keringat kami mengucur saat berada dalam taksi, bukan karena AC taksinya mati, tapi karena efek abis makan lagi. Taksi ini akan membawa kami ke Solo Grand Mall sesuai request suami. Memang rencana kami akan ngadem sebentar di mall. Kami ngga bisa jauh-jauh dari mall sepertinya... Agenda kami hari ini memang ingin minum kopi starbak (kalau saya cuma numpang ngadem saja), tapi ga urgent juga sih. Ketika saya bertanya sama suami : emang disini ada starbak, mas?

Bapak supir taksi pun bersedia banting setir-bertolak dari Solo Grand Mall menuju Solo Paragon-padahal posisi kami hanya berjarak sejengkal dari parkir mobil.

Solo Paragon Mall

Oke, Solo Paragon menjadi destinasi kami menghabiskan siang dan uang. Ngendon di gerai kopi favorit do'i dari jam setengah sebelas sampai jam satu siang.

Cozy banget tempatnyaaa ^^

Saya merengek agar segera keluar dari gerai kopi ini, alesannya saya capek duduk terus, beda ama do'i, betah duduk berjam-jam sambil liat gadgetnyah.

Lalu kami pindah sholat di mushola mall, lumayan berjarak ya~. Lalu jalan-jalan muterin mall. Terakhir makan siang di gerai ayam fast food legendaris (baik rasanya sampai antriannya).

Lantaran saya khawatir akan terlambat ke tempat bus Werkudara diparkir (secara ya, ini kan bukan negara sendiri, tidak tau dijalan nanti ada apa, lalu sudah bayar pula tiket busnya-ini yang paling penting), maka sedari tadi saya ngobrak-ngobrak kangmas agar segera keluar mall.


13.40 - Naik Werkudara

Kangmas suami pun berkata : iya deh, yuk cyin.

Diantar taksi, kami cuss ke Kantor Dinas Perhubungan Pemerintahan Kota Solo, Jalan Menteri Supeno 7, Manahan, Solo.

Sampai ditempat, masih sepi dan busnya belum datang. Wajah suami ngeledekin saya tapi ditahan-tahan, rasanya pingin nggigit aja tuh pipi. Ya baik kembali ke cerita, kami berjalan ke resepsionis kantor dan konfirmasi tentang pemesanan tiket bus. Kami diberi dua tiket naik bus dan satu peta rute keliling bus.



Hampir dua jam kami menunggu dikarenakan busnya terlambat 45 menit, duh udah tuk ngantuk nih. Semula masih sepi pengunjung, beberapa menit sebelum bus datang langsung rame tempatnya. Anak kecil, ibu-ibu, kakek-kakek, semua ingin naik bus ini.

Harga tiket bus Rp 20.000,-/orang

Akhirnya, bus yang paling ditunggu pun datang. Dan beginilah antriannya...



Gerudukan, cermin budaya rakyat Indonesia yang suka buru-buru ingin mencoba sesuatu. Kalau dibahasa Jawa-in : kayak wedi gak keumanan. Hmmm. Beberapa pengunjung yang buru-buru ini ingin dapat tempat duduk dilantai dua bus, tapi peraturan bus mengatakan bahwa tempat duduk pengunjung akan diswitch di Jurug.

Jurug? Apa itu Jurug? Suami memilih duduk disamping pak supir dan guide bus. Kebetulan saya bisa bertanya apa makna dari Jurug. Mbak guide nya mengatakan kalau Jurug adalah sama seperti kebun binatang, bedanya dengan kebun binatang di kota lain adalah Jurug berada ditepian sungai Bengawan Solo.

Sepuluh menit kemudian bus mulai berjalan, terlambat satu jam dari jadwal seharusnya.

Rute yang kami lewati sama persis dengan yang tertulis di peta rute keliling, hanya saja karena kami kebagian waktu sore, jadi perjalanan lebih dipersingkat, juga dibeberapa destinasi kami tidak turun melainkan hanya mendengar penjelasan mbak tour guide nya.



Bus Werkudara kembali ke Dinas Perhubungan pukul 17.20. Seharian sudah kami berada diluar. Maunya masih ingin jalan-jalan lagi, tapi badan udah lengket bin keciut, jadinya kami ke hotel terlebih dulu untuk bersih diri dan beristirahat. Baru setelahnya, kami lanjutin deh malam mingguan di jalanan kota Solo.


19.10 - Menikmati Malam Minggu di Night Market Mangkunegaran

Saat sore tadi kami diantar oleh taksi menuju hotel, pak supirnya sangat ramah dan friendly sekali, beliau menunjukkan tempat wisata di Solo yang bisa dikunjungi, bahkan beliau bisa menebak kalau kami ini sepasang suami istri yang baru menikah dan lagi honeymoon. Shock pada awalnya, karena beliau bisa menebak dengan jitu sementara kebanyakan pedagang dan supir yang kami jumpai memandangi kami dengan pandangan aneh seakan-akan kami ini orang yang lagi pacaran.

Bapak supir yang bernama Pak Budi ini mengarahkan kami untuk menikmati malam minggu di pasar malamnya kota Solo, yang sedari pagi tadi jalanan ini ditutup karena suatu hal. Jadilah kami pergi ke Pasar Malam Mangkunegaran naik taksi yang lagi mangkal didepan hotel.

Sepanjang perjalanan menuju ke pasar malam, kami berinteraksi dengan pak supirnya. Jalanan yang serba macet nyaris tidak bergerak membuat pak supir mencari alternatif jalan lain dan jaraknya lumayan jauh. Tapi alhamdulillah justru bisa segera sampai ditempat tujuan.

Sesampainya di tujuan..., rupanya benar apa yang dikatakan bapak supir yang barusan, pasar malamnya ya gini gini aja, tidak terlalu istimewa. Ditambah hujan mengguyur beberapa menit kami berdua jalan-jalan melihat-lihat. Walhasil, dingin dan basah ikut menemani jalan-jalan kami. Untung ada yang bisa digandeng, halal lagi #hikikikik. Kami hanya membeli aksesoris untuk oleh-oleh dan beberapa jajanan untuk menghangatkan tubuh. Bersyukur hujannya turun tidak lama.


20.15 - Pindah ke Markobar Gibran Jokowi

Singkat cerita dan tanpa drama, kami pindah tempat karena pasar malamnya terlalu membosankan #maafkanlah. Mas husband yang menentukan tujuan kami selanjutnya. Do'i ingin menikmati martabak milik anaknya Pak Jokowi, sambil nongkrong menghabiskan malam minggu.

Ada 2 tempat markobar yang menjadi pilihan kami, dan kami memutuskan ke tempat pertama markobar didirikan. Mas husband membayangkan bahwa tempat ini bisa dijadikan tempat nongkrong. Namun ketika pak supir taksi menghentikan taksinya tepat didepan warung pinggir jalan, kami hanya melongo. Saya mbatin : "kita mau nongkrong di pinggir jalan, kangmas? emmmm, nda terbiasa nongkrong dipinggir jalan...". Saya pikir, mas husband ini sama kagetnya dengan saya.

Yasudahlah... Daripada ngongkos taksi lagi, capek dijalan pula, kami pasrah membeli disini. Uniknya, yang beli buwanyaaaakk pemirsahh, ada nomor antriannya pula. Saya meminta ke mas husband untuk membeli dan membawa markobarnya ke hotel saja. Ini dia tempat markobarnya.




20.55 - Makan Malam di Warung Penyetan

Sejujurnya kami berada dalam kondisi kelaparan namun tidak nafsu makan karena tempatnya tidak mendukung. Alhasil, usai menunggu martabak manis dengan delapan toping berbeda, karena kami tak punya tujuan lain, kami putuskan untuk balik ke hotel saja.

Rupanya diluar masih gerimis dan taksi tak kunjung lewat. Karena tempat markobar sudah penuh sesak dengan pembeli dan kendaraannya, kami berlalu berjalan kesebelah--tempat yang aman dan nyaman untuk menunggu taksi.

Perut sudah tak bisa dikondisikan lagi, terlebih saat mencium bau lezat--ikan yang dibakar. Mampirlah kami ke warung tersebut.

Sambil diiringi penyanyi jalanan yang bersuara mirip Broery Marantika almarhum, kami menunggu makanan yang kami pesan. Satu ikan kakap bakar, dua piring nasi, satu cah kangkung, es teh dan es jeruk (nipis). Lama juga penyajiannya, hampir 30 menit kami menunggu. Wes ga pake lama, kami langsung hajar menghabiskan makanannya.



Dengan habisnya makanan kami, berakhir pula jalan-jalan kami di kota Solo pada hari ini. Kami tak berencana keluar larut malam, karena jalanan begitu ramai dan hujan mengguyur lebat, bahkan hujan masih turun saat kami menunggu taksi yang lewat. Ini sudah hampir pukul 10 malam, dan kami berdoa agar taksi segera lewat dan menepi karena lambaian kami. Doa kami terkabul dua puluh menit kemudian.

Alhamdulillah kami bisa kembali ke hotel.





1 komentar

  1. Love..Love..Love this story!

    Di Solo, disambut hujan, berteman dengan taksi dan tujuan tak terencana. Jadi pengen jalan-jalan lagi. :D

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.