Engagement Day


Sembunyikan lamaran/pertunangan, sebarkan berita pernikahan.

Adalah hadits nabi yang saya terapkan di hari spesial dan sepenuhnya didukung oleh orang tua, yap, saya sangat sengaja tidak mengumumkan berita lamaran dan pertunangan bahkan dari sahabat-sahabat terdekat (maafkan ya sis…). Maunya dirahasiakan sampai ke akad nikah, tapi mulut dan jemari ini rasanya gatel sekali tidak segera bercerita tentang hari bahagia pada orang terdekat, termasuk pada pembaca setia blog ini.

Pertama kali saya terbuka mengenai My E-day ini yakni selang satu minggu lebih satu hari dari hari lamaran (yakni hari Senin) saya bercerita pada sahabat SMA yang kini berprofesi sebagai dokter muda, tiga hari kemudian (hari Kamis) saya bercerita pada sahabat sedari kecil yang tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah, dan tepat dua minggu setelah lamaran saya bercerita pada salah satu sahabat UKM khusus UNAIR. Sampai sekarang pun saya masih belum bercerita pada sahabat saat kuliah (dan skripsi bersama) serta saudara-saudara paskibra. Oh.. Mungkin nanti ada waktunya.

Ini malah jadi curcol ya, --penulis bebas menulis apa saja asal tidak menyinggung SARA-- hihihi. Temans mau kan dengar cerita saya? Jadi begini lho ceritanya,..


*O*

4 Desember 2016 pagi pukul 10 lebih 17 menit, rombongan keluarga do’i datang kerumah dengan resmi dan diterima dengan baik oleh keluarga saya.


Berdasarkan pengalaman keluarga saya, jika melamar seorang perempuan (kebanyakan saudara sepupuku itu cowo sis, jadi seringnya saya mendengar cerita dari para tetua keluarga yang datang melamar) hanya membawa para tetua saja, yang muda-muda dan belum menikah tidak diperbolehkan ikut serta, kata bude pakde yang belum menikah sangat tabu mengikuti acara lamaran. Ternyata berbeda dengan adat keluarga do’i ya, semuanya diajak serta bahkan anak kecil pun juga ikut. Tak khayal saat itu rumah saya mendadak jadi ramai dan penuh. Ditambah rombongan keluarga do’i membawa banyak hantaran, Subhanallah…

"sebagian" hantaran
Ramah tamah antar orang tua (rombongan perempuan duduk bercengkerama rumah sementara yang laki-laki di halaman) berlangsung setelah hantaran dipindahkan ke kamar saya, karena sibuk berpindah dari dapur ke kamar kemudian ke dapur lagi untuk menata makanan dan hantaran, saya tidak mendengar jelas hal-hal apa saja yang sedang mereka perbincangkan.

Sekitar 30 menit kemudian, saya dipanggil ke ruang tamu untuk bersalaman dengan rombongan keluarga do’i dan duduk di tengah, do’i pun melakukan hal yang sama : menyalami dan berkenalan dengan keluarga besar saya kemudian duduk di tengah ruangan. Acara tukar cincin pun berlangsung. Dengan dimoderatori bapaknya do’i, ibu do’i memakaikan cincin di jari saya. Sempat ramai ketika ibu do’i meraih tangan kanan saya, dan bude-bude saya berkata dengan nada tinggi, “lhooo itu tangan kiri yang dipakaikan, kan belum akad nikaaahh”, saya jadi bingung salah tingkah, tak ingin mengulur waktu saya langsung memberikan tangan kiri ke ibunya do’i. Selanjutnya ibu saya bergantian memakaikan cincin ke jari manis kiri do’i. Ruangan menjadi sedikit lebih gelap (padahal sudah pakai lampu yang paling terang lho) karena beberapa orang berdiri menutupi cahaya matahari dari jendela dan pintu untuk mengabadikan moment itu. Kami berdua jadi artis sehari, kata do’i.




Selesai acara tukar cincin, waktunya makan-makan #ehh. Saya sangat bersyukur menu buatan sepupu dan ibu saya cukup untuk dibagikan ke seluruh hadirin (termasuk keluarga saya). Pasalnya do’i menjanjikan hanya ada 15 orang yang hadir namun kenyataannya yang datang dua kali lipatnya,, yak sempat cemas bin dagdigdug lah takut makanan tidak cukup otomatis nantinya keluarga saya yang sepuh sepuh ini harus mengalah tidak menikmati hidangan makan siang, tapi ya Allah saya bersyukur Alhamdulillah semua kebagian dan tidak kurang satupun. Fiuh.

Acara hari ini berlangsung sangat singkat – tidak sampai dua jam, suara mbah putri terdengar sampai ke dapur ketika mengajak rombongan untuk pulang. Setelah saling bersalaman, rombongan meninggalkan rumah. Angsul-angsul pun diantarkan oleh sepupu laki-laki, bapak dan saudara laki-laki ibu sembari menghantarkan rombongan ke kendaraan mereka.

*O*


Sekarang saya resmi jadi tunangan dan calon istri Wahyu Alam,, WOW,, hihihi, sebuah kejadian yang tidak pernah bisa saya bayangkan. Harap cemas senang khawatir jadi satu dipikiran, but I always try to keep my mind slow and think positive. Dan kini saya sedang menuju tapak yang sudah semestinya dialami perempuan : menikah dan berkeluarga. 

Keluarga do’i sudah mengajukan tanggal akad nikah berdasarkan perhitungan Jawa dan bude-bude saya menyetujui karena perhitungan mereka sama. Untuk tanggalnya masih dirahasiakan ya, tidak boleh sesumbar dulu takut ga jadi (naudzubillahmindzaliik)..

Terakhir, saya mohon doa ya teman-teman pembaca, semoga urusan saya dan urusan kita semua diijabah dan dilancarkan Allah SWT, aamiin. Sampai jumpa di cerita saya berikutnya ^^


4 komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.