Nikmatnya Mendirikan Sholat Dalam Masjid UA di kampus UA Surabaya

Marhaban ya Ramadhan!


Hari ini adalah hari yang penuh berkah dan karena penuh berkah inilah saya berkesempatan menginjakkan kaki dan mendirikan sholat dalam masjid Ulul 'Azmi Universitas Airlangga.

Pertama kali saya melihat masjid ini hampir selesai dibangun ketika saya hendak menuju perpustakaan kampus C UA, saat itu terhitung tiga hari sebelum peresmian masjid ini. Saya membatin dalam hati, saya harus sholat disitu kalau masjidnya sudah jadi. Dan hal itu baru terlaksana hari ini.

Masjid Nurul 'Azmi Universitas Airlangga
Masjid Ulul 'Azmi (atau yang lebih sering disingkat masjid UA) adalah masjid yang berdiri megah di kawasan Kampus C Universitas Airlangga Surabaya. Yang mengatakan megah ternyata tak hanya saya, sebelumnya ada seorang sahabat bernama Trisna yang mengatakan "...masjid ini sangat megah, buagus dan full AC. Makanya pintu masjid selalu ditutup...". Alhamdulillah, setelah rumah sakit pendidikan, kini kampus C Universitas Airlangga memiliki masjid sendiri.

Kabarnya, masjid UA yang megah ini merupakan persembahan dari alumni Universitas Airlangga dengan penggagas pendirian masjid adalah Prof. Dr. H. Fasich, Apt. (mantan rektor periode 2006-2015). Masjid UA diresmikan pada hari Jum'at tanggal 27 Mei 2016 oleh wakil alumni UNAIR, Soekarwo (Gubernur Jawa Timur), Prof. M. Hatta Ali (ketua IKA-UA), Prof. Fasich (penggagas pendirian masjid - Rektor Universitas Airlangga periode 2006-2015), Drs. Haryanto Basyuni (sebagai ketua panitia pembangunan masjid UA), dan Prof. Nasih (Rektor Universitas Airlangga periode 2015-2020).

Masjid UA terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar terdiri dari ruang sholat (masih tahap renovasi), serambi di kanan dan kiri masjid dan tempat wudhu plus kamar mandi wanita. Lantai pertama terdiri dari ruang utama sholat (untuk jama'ah pria), serambi di kanan dan kiri masjid dan tempat wudhu plus kamar mandi pria. Lantai dua terdiri dari ruang sholat untuk jama'ah wanita. Langkah kaki harus berhati-hati karena baik di luar maupun dalam masjid masih banyak alat-alat yang biasanya digunakan untuk membangun dan renovasi bangunan.

Untuk menuju masjid saya harus melewati lima tingkat anak tangga dengan masing-masing tingkatnya berjumlah kurang lebih empat anak tangga. Di antara tingkatan kedua dan ketiga serta tingkatan ketiga dan keempat ada dataran yang diisi dengan beberapa pohon palem muda. Kemudian di sisi sebelah kiri masjid terdapat pemandangan hijau dan kolam tingkat dengan air yang dibuat jatuh dari ujung atas kolam tingkat tersebut. Saya tidak sempat melihat apa isi kolam tersebut karena takut waktu dhuha keburu habis. Jadi saya langsung menaiki anak tangga, melepas sepatu di tingkatan ketiga (terdapat tulisan 'batas suci') lalu menuju tempat wudhu wanita.

Ada dua papan petunjuk arah yakni jalan jama'ah wanita dan jalan jama'ah pria. Jalan jama'ah wanita berada di sisi kanan masjid.


Karena penasaran dengan serambi di sisi kanan masjid, saya putuskan untuk melihat-lihat terlebih dahulu.

Serambi kanan masjid UA
Ada dua pemandangan yang (menurut saya) bagus sekali. Disebelah barat laut serambi (serambi sisi kanan menghadap ke utara) nampak pintu barat kampus C UA yang kini tak lagi berfungsi sebagai jalan penghubung antara dalam kampus dengan jalan Mulyosari (dari arah Kenjeran ke MERR). Kemudian disebelah timur laut serambi nampak pemandangan danau rektorat (atau yang biasa disebut dengan danau cinta) dan rumah sakit pendidikan UA.

Pemandangan barat laut serambi kanan masjid UA
Pemandangan timur laut serambi kanan masjid UA
Baik, saya diburu waktu untuk segera melaksanakan sholat dhuha. Saya langsung menuju lantai dasar untuk berwudhu.

Setelah sampai dibawah, saya sempat celingukan beberapa detik karena lantai dasar masih banyak bagian yang direnovasi dan ada beberapa peralatan renovasi. Saya beranikan diri untuk berjalan lurus (dari arah tangga) karena terlihat dari kejauhan ada kran air yang berjejer. Untuk memantapkan hati, saya bertanya pada tiga mahasiswi yang sedang bersantai sambil mengerjakan tugas yang ditemani oleh seekor kucing dewasa yang sedang bersantai juga.


Rupanya mereka bertiga tidak tahu menahu karena mereka juga baru pertama kali kesini dan belum menuju ke tempat wudhu. Ah, baiklah, bonek sajalah, semoga kran airnya menyala jadi saya bisa segera menunaikan sholat.

Alhamdulillah kran airnya menyala dan aliran airnya deras, begitu dingin dan sejuk ketika air membasuh kulit, kebetulan cuaca siang ini sangat terik di kawasan kampus C UA.

Setelah berwudhu, saya kembali celingukan mencari cermin untuk membenahi jilbab saya. Saya berjalan ke barat sambil menenteng tas punggung dan akhirnya menemukan cermin panjang kali lebar tepat didepan deretan kamar mandi. Semuanya masih baru dan masih bersih, semoga untuk seterusnya kebersihan tempat wudhu dan kamar mandi  disini tetap terjaga.

Saya kembali naik tangga menuju lantai dua atau lantai masjid paling atas. Batas antara tangga dan ruang sholat jama'ah wanita adalah sepasang pintu kaca yang dibiarkan tertutup. Terlihat didalam ruang sholat ada dua mahasiswi sedang bersantai-tiduran sambil bercengkerama dengan memakai mukena, mungkin mereka menunggu sholat dhuhur. Tiba-tiba teringat kata Trisna, "...biasanya Dhuhur ada sholat berjama'ah kok lis...". Hmmm ide bagus untuk sholat dhuhur berjama'ah disini, jika saya tidak ditunggu oleh dua dosen.

Lampu gantung
Pintu (kaca) utara lantai dua masjid UA
Pintu (kaca) selatan lantai dua masjid UA
Saya menunaikan dua raka'at sholat takhiyatul masjid kemudian lanjut dua kali dua raka'at sholat dhuha. Nikmatnya menunaikan sholat disini saya rasakan sampai ke relung hati. Selesai berdoa, meluruskan kaki kemudian mengaktifkan hape beserta paket datanya untuk menghubungi beberapa teman. Selang beberapa menit ada dua orang (mas dan mbak) cleaning service meminta kami untuk berpindah tempat karena lantai masjid mau dibersihkan. Saya membereskan mukena yang saya bawa dari rumah dan segera turun ke lantai satu.

Matahari mungkin sedang berada tepat diatas kepala, panasnya bukan main. Mana tempat memakai sepatu terlihat fatamorgana saking panasnya cuaca siang ini. Alamat kaki harus siap menahan panasnya lantai tangga. Yak, benar sekali, kaki rasanya ingin loncat-loncat saja menghindari panasnya lantai tangga yang terbuat dari semen ini. Setelah selesai memakai sepatu, saya bergegas menuju parkiran motor yang jaraknya kurang lebih 150 meter dari masjid.

Nikmatnya mendirikan sholat di masjid Ulul 'Azmi membuat saya kembali bersyukur diberi kesempatan menikmati bulan Ramadhan tahun ini. Bagaimana dengan kamu? ^^

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.