Walyatalaththof, Dan Hendaklah Dia Berlaku Lemah Lembut

Membaca Al Qur'an usai sholat Maghrib kemarin petang terasa begitu nikmat sehingga aku berhasil menyelesaikan (membaca ayat dan membaca maknanya) surat ke 17 yakni surat Al-Isra'. Dan pagi ini setelah sholat Subuh, aku melanjutkan surat berikutnya, surat ke 18, surat Al-Kahf.
 
Dulu, ketika pertama kali aku membaca al Qur'an dan kemudian membaca surat Al-Kahf, aku bertanya pada diri sendiri, mengapa ada satu kata (dalam bahasa arab) yang sengaja dicetak merah, sementara pada kata lain dalam al Qur'an tidak ada yang tercetak merah. Karena pada saat itu aku hanya bertanya pada diri sendiri, jawabannya adalah tidak ada, dan pertanyaan itu terhapus dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Kini aku kembali membacanya untuk yang kesekian kali dan rasa penasaran itu muncul kembali.
Al Qur'an terbitan tahun 1990. Pemberian dari almh. mbah uti untukku sebagai hadiah khataman Qur'an yang pertama pada tahun 1999.
Aku mencari di google mengapa ada yang tercetak merah, dan kemudian google menunjukkan berbagai sumber sesuai keywords yang aku tulis, sayangnya dari beberapa alamat website islam yang aku buka, banyak yang menyebutkan alasan secara simpang siur dan belum diketahui benar tidaknya. Ada yang mengatakan bahwa dalam Al Qur'an kini yang berasal dari negeri Arab sudah tidak ada lagi sebuah kata yang tercetak tinta merah, ada pula yang mengatakan bahwa cetakan tinta merah tersebut hanyalah dalam Al Qur'an yang dicetak di Indonesia saja. Ada pula yang menyebutkan cetakan merah ini ada hubungannya dengan wafatnya khulafaur rosyidin yang ke2, Umar bin Khattab. Dan ada pula yang mengatakan bahwa cetakan merah tersebut sebagai tanda pertengahan kata/ayat dalam Al Qur'an.

Lantaran tidak menemukan jawaban yang memuaskan lewat google, aku membuka Al Qur'an dan terjemahan. Dan aku menemukan artinya.
Al Qur'an dan terjemahan terbitan tahun 2004. Pemberian dari Ibu tercinta.
Walyatalaththof artinya, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.
Ada unsur atau kata dasar "latif" yang memiliki arti lemah lembut. Sebuah karakter atau perangai atau watak yang wajib dimiliki oleh tiap-tiap umat muslim. Dan sikap lemah lembut dibuktikan dengan tindakan dan perkataan sehari-hari.

Aku teringat kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Abu Dzar Al-Ghifari. Abu Dzar adalah seorang yang berasal dari suku Ghifar, dimana kafilah tersebut merupakan sebuah suku yang tidak mengenal siapa sasarannya ketika akan membegal di jalanan. Orang-orang dari suku Ghifar terkenal sebagai biang keladi perampokan. Namun Allah SWT memberikan petunjuk dan hidayah pada orang yang dikehendakinya, Abu Dzar masuk islam (dengan keikhlasan) pada saat Rasulullah SAW menyampaikan dakwahnya secara berbisik-bisik. Dengan kata lain Abu Dzar masuk ke dalam kalangan orang-orang yang pertama masuk islam.

Abu Dzar adalah seorang yang radikal dan revolusioner, dia sangat tidak suka melihat kebatilan (penyembahan berhala) yang ada didepan mukanya. Dia berfikir harus ada suatu teriakan keras dan pemberontakan, memberantas adanya penyembahan berhala. Namun ketika itu Rasulullah SAW masih menyampaikan dakwahnya dengan berbisik-bisik, teriakan keras dari Abu Dzar kepada penduduk mekkah hanyalah mengakibatkan serangan dari penduduk mekkah kepadanya. Rasulullah memberikan wasiat kepadanya untuk memilih jalan kesabaran daripada jalan pemberontakan dan menggunakan kata-kata yang tandas daripada senjata pedang yang ganas. Memang sikap Abu Dzar tidak dapat diubah menjadi lemah lembut, namun seorang Abu Dzar dapat mengubah prinsip hidup dan tindakannya sehingga menjadi seorang yang mendekati lemah lembut (mengubah tebasan pedang menjadi sebait kata-kata) sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Sikap lemah lembut dibuktikan tidak hanya dengan tindakan namun juga perkataan. Perkataan adalah hal yang paling sederhana dalam mewujudkan sikap lemah lembut. Namun jika kita tidak bisa menahan keras dan tajamnya lidah kita (yang secara sadar maupun tidak menyakiti orang lain), maka hendaklah kita beristighfar sebanyak-banyaknya setiap waktu. Seperti yang disampaikan Rasulullah SAW kepada sahabatnya Hudzaifah bin Al-Yaman sang musuh kemunafikan.
Biografi 60 Sahabat Nabi cetakan tahun 2013. Pemberian dari pakde.
Lemah lembut bukan berarti lemah. Lemah lembut adalah salah satu sikap yang elegan karena tidak mengutamakan keegoisan diri dan ketajaman lidah walaupun diri sendiri adalah benar sekalipun. Alangkah indahnya jika setiap umat muslim memiliki dan menerapkan sifat lemah lembut serta bertindak sopan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya kepada orang yang kita sayangi tetapi juga kepada setiap orang yang kita jumpai.

Apakah kamu sudah menerapkan sikap latif dikeseharianmu?

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.