Pesan Gas LPG di Taiwan Tapi Ngga Bisa Zhongwen. Solusinya?


Jeng jeeennggg!

Ini nih yang paling ditakutkan ketika sedang masak : ELPIJI HABIS.

Gimana engga, ada sekitar dua mulut yang doyan makan (masakan saya) yang senantiasa menunggu dengan sabar kalau saya sedang utik-utik didepan mini kitchen set. Juga khan kalau masakan masih setengah matang atau pas lagi numis sesuatu, pas kompor elpiji abis, kudu nunggu beberapa menit buat ganti elpiji. Apa kabar nasib masakan?

Ngga punya cadangan elpiji pula kayak dirumah sebelumnya, karena rumah sekarang ukurannya lebih mini, jadi demi menghemat tata ruang home sweet home alhasil hanya punya satu elpiji ukuran kecil-sedang. Untung aza saya punya kompor listrik ya, terselamatkan sudah.

Tapi no no, pakai kompor listrik tidak bisa terus-terusan kak, musim dingin begini listrik sudah disedot banyak buat penghangat ruangan sama mesin cuci. Saya ngga bole leha-leha kalau urusan kemaslahatan dompet mas husband. Mending buat beli apa gitu terus dikasih-kasihin ketimbang buat bayar 'boros' listrik.

Oke deh let's goo (kata mas husband kayak medhok-nya cino suroboyo, hahah. emang kek gemana sih medhok cino suroboyo? langsung deh cuzz Youtube Channel Limaura, silahkan tonton aksi memalukan malu-malu saya) buy one elpiji.


YANG PERTAMA,

Kalau di Indonesia, kita sudah pasti punya langganan abang elpiji yang dekat-dekat rumah. Hampir tiap kawasan RT ada yang jual elpiji. Tinggal jalan sedikit atau kalau mager tinggal telpon, datanglah si abang elpiji ke rumah.

Kalau di Taiwan, sama caranya, cuman beda di tempat aja. Karena di Taiwan (khususnya Taipei-New Taipei City ya), tempat distributor elpiji tidak sebanyak di Indonesia. Lalu, cara mendapatkan elpijinya bagaimana? Kita lihat di badan elpiji, ada nomor telpon yang tertera disana (tulisan angka yang berwarna merah dan jelas karena paling besar tulisannya). Kita telpon nomor tersebut untuk pesan satu atau lebih elpiji. Biasanya dengan menyebutkan nama jalan rumah kita, mereka sudah tau karena sudah terdaftar sebagai pelanggan mereka (sepengalaman saya di rumah Shilin).

Tapi perlu diingat ya, sang penerima telepon kebanyakan tak bisa English. Nah gimana kalo kita ngga bisa bahasa Zhongwen? Disitulah tantangannya!


YANG KEDUA,

Agen elpiji di Taiwan Bagian Utara (TBU = Taipei-New Taipei City-Keelung) biasanya menyimpan nomor dan alamat kita. Jadi semisal kita telpon, mereka sudah tau : siapa yang memesan; dimana pesanan akan diantar; dan jenis elpiji yang bagaimana yang akan dipesan.

Nah masalahnya bagaimana jika kita baru pindah ke rumah tersebut, sudah ribet elpiji habis ngga bisa masak dan ngga bisa bahasa Zhongwen pula. Persis seperti masalah saya saat baru pindah ke rumah Fuzhong hahaha. Tapi, asalkan kita ingat alamat dan nomor telepon kita saja sudah aman kok.


Penting untuk diingat!
Hidup di Taiwan, walau kita ngga bisa Zhongwen secara keseluruhan
cas cis cus kayak kita ngomong bahasa Indonesia atau English,
setidaknya kita harus bisa bahasa
Zhongwen nya alamat dan nomor telepon kita.


A : "Wèi, nǐ hǎo! Wǒ yào dìnggòu yīzhǒng qìtǐ. Nǐ kěyǐ bǎ tā sòng chūqù ma?" || Halo, saya ingin pesan satu gas elpiji. Bisakah dikirim?

B : "Wèi, dìzhǐ zài nǎlǐ?" || Halo, dimana alamatnya?

A : "shì lín lù, měi lún jiē, ershísān, yī lóu, hǎo" || Jalan shilin, gang mei lun, nomor dua puluh tiga, lantai satu (alamat ngarang ya saya jadi kalau mau iseng melacak ya monggo. Biasanya penggunaan alamat dalam menyebutkannya dimulai dari yang besar dulu seperti nama distrik kemudian ke nama jalan lalu ke nama gang, nomor rumah dan lantai berapa rumahnya)

B : "Duìbùqǐ, nín shàngwèi zhùcè. Nín kěyǐ xiān lái fù míng ma?" || Maaf, kamu belum terdaftar. Bisakah datang untuk registrasi lebih dulu?


YANG KETIGA,

Disuruh registrasi lebih dulu? Pusianglah daku. Uda gas abis, belon makan ni #SingkekKriwul, eee disuruh registrasi dulu lagi. Pakai kompor listrik dulu lah bu...

Ribet? Engga kok, cuman saya aja yang lebay hehe. Memang sejatinya orang lokal Taiwan yang baik ya begini ini, engga langsung nge-iya-in dan sembarang makan duit orang, tapi mengarahkan ke sebuah SOP jual-beli per-LPG-an. Agar lebih enak kedepannya, jadi ngga papa rumit sekarang. 

Tapi masalahnya, disinilah banyak wǒ bù zhīdào (sebut : wo pu ce tao, tidak tau) nya saya. Maka, mau tidak mau, harus minta tolong fāng tōng (pemilik rumah) untuk setidaknya membantu memesankan elpiji di awal, karena yang mengerti detail rumah yang kita sewa hanya fangtung. Seterusnya harus bisa sendiri pesan elpijinya ya. Kasian fangtung nya uda berumur, lebih kasian lagi kalau harus bolak-balik ke rumah buat ngelayanin kita.

Sepengalaman saya, setelah kita lapor ke fangtung via LINE (orang lokal Taiwan lebih suka berkomunikasi via LINE ketimbang whatsapp gaess), dihari yang ditentukan (kalau kami keesokan pagi harinya--karena elpiji habis dirasa urgent), fangtung datang dan mengecek ukuran elpiji kami, lalu fangtung pamitan pergi ke tempat agen elpiji. Selang kurang dari dua jam, fangtung datang bersama dengan petugas elpiji yang membawa sebuah elpiji. Tapi koq elpijinya beda ukuran sama yang ada di rumah ya...hmmm.


YANG KEEMPAT,

Percayalah pada fangtung (tapi jangan lebih dari percaya sama Allah ya). Kita yang awam banget sama kehidupan dan bahasa di Taiwan, hanya bisa nurut. Di rumah ada dua buah gas elpiji kecil (ukuran sama seperti gas 3kg elpiji melon di Indonesia), tapi fangtung pesan gas yang ukuran menengah-besar (kalau di Indonesia seperti gas 12kg) menyesuaikan dengan ukuran lemari di rumah (elpijinya dimasukkan ke lemari). Mungkin fangtung berfikir ini bisa bikin awet kalau pas masak, ketimbang yang kecil cepat gantinya.

Saya belajar untuk selalu berfikir positif selama tinggal di Taiwan, terutama jika berhadapan dengan orang baru, alhamdulillah ya Allah kami selalu bertemu dengan orang jujur dan baik. Lalu apakah kami pernah bertemu dengan orang yang curang? Pernah dooong. Terlihat dari muka dan gelagat bicaranya. Gimana cara antisipasinya? Ikuti apa maunya si orang curang ini, kalau mas husband sih pasang muka garang walau ikutin maunya si orang curang, lalu kalau sudah selesai ya tinggal skak mat dia pakai bukti. Ngga perlu baper menghadapi yang seperti itu (biasanya kebanyakan cewek nih yang baperan--kadang juga saya baperan koq hehe), dibawa santai aza. Kalaupun kita dicurangi sekarang, pasti kedepannya kita akan dapat gantinya.

Balik lagi ke masalah pesan elpiji. Petugas elpiji tadi memasang gas elpiji (ini biasa yang dilakukan tanpa bertanya ke penghuni rumah kalau yang di rumah hanya ada saya dan #SingkekKriwul; kalau ada mas husband beliaunya menunjukkan rasa sungkannya dengan bertanya lebih dulu), selanjutnya kemungkinan akan bertanya, "Kompornya mau distel?". Maksudnya distel besar kecil api yang akan dihasilkan. Jawab saja : yào (ingin/mau) atau pùyào (tidak mau).


TERAKHIR,

Saya tidak tau banyak tentang ukuran gas elpiji di Taiwan. Namun sepengalaman saya, hingga saat ini saya pernah memakai tiga macam bentuk dan ukuran gas elpiji : ukuran besar (seperti gas elpiji ukuran 50kg di Indonesia), ukuran menengah-besar (seperti ukuran 12kg di Indonesia) dan ukuran kecil (3kg kalau di Indonesia). Kalau mau pesan, tinggal sesuaikan dengan kebutuhan saja.

Bayarnya berapa?

Sistem harga elpiji hampir mirip dengan sistem harga galon. Saat pertama kali memesan, biasanya lebih mahal (sekitar 1200NTD) karena itungannya kita nyewa fisik elpijinya. Lalu pemesanan berikutnya, kita akan dikenakan hanya "biaya ganti gas" saja sekitar sān bǎi bā (baca: sanpaypa, 380NTD) untuk ukuran menengah-besar. Kalau untuk ukuran yang besar, saya kurang tau saat pertama kali memesan (karena saya hanya meneruskan pesanan elpiji dari pemilik sebelumnya), biaya ganti gas nya sekitar 610NTD. Ini harganya tidak mutlak sama disetiap daerah atau agen elpiji ya, ada kemungkinan berbeda.


Oiya, kalau saya suka kasih tulisan tanggal dan jam pembelian dibadan elpiji. Fungsinya sebagai pengingat dan penghitung berapa lama elpiji akan habis. Kalau semisal habisnya tiga-empat bulan, maka untuk pembelian selanjutnya bisa diperkirakan waktunya. Jadi ngga kaget gitu kalau tiba-tiba ditengah enak-enak goreng tiba-tiba kompor habis gas.

~~~

Nah begitu teman-teman kalau mau pesan gas elpiji di Taiwan. Saya menyimpulkan agen elpiji di Taiwan tidak sebanyak di Indonesia mungkin karena penghuni rumah atau yang punya toko sudah menemukan alternatif dalam "menyalakan kompor" mereka. Diantaranya ada yang pakai kompor listrik, atau mahasiswa yang hidupnya sendiri di kos biasanya pakai kompor gas portable (yang dipakai untuk kemping) untuk menghemat cost living bulanannya.

Kalau ada yang bertanya apakah penduduk Taiwan masih ada yang pakai kompor sumbu? Sayangnya saya hanya tinggal di Taipei dan New Taipei City. Jalan-jalannya paling jauh hanya sampai ke tengah Taiwan (Hsinchu City), itupun hanya di kota-kotanya saja, ngga sempat masuk pelosok (takut ngga ada kendaraan umum, kak). Nanti ya, jika saya sudah menemukan ada yang pakai kompor sumbu, saya akan beritakan disini ^^.

Terima kasih sudah berkunjung, sampai jumpa di artikel selanjutnya ^^

30 komentar

  1. Uwaaaaah, memang setidaknya hrs bisa ngomong basic conversation kalo tinggal di negri orang yaa mba. Ga mungkin kita ga ngerti blass.

    Tp yg namanya gas elpiji, aku sampe skr ga berani nyentuh hahahahaha. Itu udh tugas si mba asisten ato agen elpiji yg rutin nganterin ke rumah. Untungnya lagi, agennya di sebelah rumahku hahahah. Jd tiap abis tinggal telp, dia lgs DTG dan pasangin. Aku blm ngalamin utk pasang sendiri :D. Jujur ga berani hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahihihi. Untungnya ada google translate ya mbak.
      #tosss, saya dulu juga begitu mbak, apalagi dulu sempat ada berita gas elpiji meledak dimana-mana. Jadi tambah anti gitu dekat-dekat elpiji.
      Tapi mo gemana lagi saya mbak, dirumah klo ngga ada yg berani pasang elpiji, terus saya jadi ngga bisa masak huhuhu, alhasil saya yang kudu setrong pasang elpiji 💪🏻😂

      Hapus
  2. Seru banget baca pengalaman mba Lisa soal pesan gas elpiji hihihi 😆

    Saya sama kayak mba Fanny, nggak berani pegang gas elpiji jadi sampai sekarang urusan gas dipegang mba di rumah, while di Korea, saya prefer pakai kompor listrik, mengikuti ketentuan building-nya 😂 Wk. By the way, sistem pembelian elpiji di sana berarti bagus banget yaaa mba, karena terdata jelas 😍

    Thank you for sharing, mba Lisa 💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahayyy,, kayaknya semua ladies takut pasang elpiji..
      Disini juga ada apart yang ngga bole ada pake kompor gas mbak.. Alhasil demi menyambung hidup dan mengisi perut, semua pake kompor listrik ato kompor gas portable itu..
      Trims juga sudah berkunjung mbak Eno 😄

      Hapus
  3. Kalau habis dalam waktu 3 sampai 4 bulan gitu biasanya pakai yang berapa kg, Mba? Aku disini pakai yang 3 kg jadinya cuma semingguan. Belinya pun di warung sebelah karena nggak ada yang antar, hehehe. Btw, orang Taiwan sama kayak orang Korea Selatan ya lebih suka pakai LINE daripada WhatsApp.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai yang seperti ukuran 12kg di Indonesia, Ebok.. Kalau ngga salah tulisan dielpijinya 13,4kg, kalau ngga salah..
      Iya wes di Indonesia memang enak, semua mudah 😂.
      Sepertinya Asia Timur begitu ya, lebi suka pakai LINE ketimbang whatsapp..

      Hapus
  4. Selalu ada cara meskipun terasa gimana gitu ya di hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Abdul lucu yaa haha.
      Trims suda berkunjung ^^

      Hapus
  5. Perkara memesan gas aja bisa jadi tulisan yang seru ya mba krna dilakukannya di negara orang lain, di mana kita punya keterbatasan bahasa. Mana pesan'y via telepon jadi kita nggak bisa pakai bahasa tubuh. Hehe..

    Memang repot bagi ibu2 kalo sampai kehabisan gas tu. Kalau di sana beli makan halal susah apa gampang mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi tulisan seru karena penulisnya kurang kerjaan mbak hehe..
      Kalau disini beli makanan jelas ngga semudah beli makanan di Indonesia mbak. Di Taiwan pusatnya babi, kata teman yang pernah bekerja di resto hampir semua bahan makanan 90% ada babinya. Tapi alhamdulillahnya, kini makin dimudahkan saat cari makanan halal. Ada aplikasi tersendiri yg dibuat oleh mahasiswa Indonesia yang lanjut studi dan bekerja sama dengan pemerintah ^^

      Hapus
  6. Dimana-mana urusan per-lpg-an mah sama ya. Kudu tahu dimana agennya. Terus kudu bisa masangnya juga. Masalah pemesanannya tergantung daerah masing-masing sih. Kalau di rumah biasanya beli di toko yang kebetulan menyediakan LPG. Jadi harus mendatangi tempatnya pas mau tukar gas. Hehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Yuni, hidup di Indonesia memang lebih enak, tinggal langkah uda ketemu deh sama yang dicari. Kalau di Taiwan, mau makan bakso aja kudu naik bus kalau engga naik kereta dulu ^^

      Hapus
  7. ribet juga ya beli elpiji di taiwan.. pake harus registrasi dulu. kalo di indonesia biasanya beli langsung di toko atau panggil petugas keliling. nanti dia tinggal datang ke rumah bawain elpijinya. sama kayak air minerall..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Molly, memang di Taiwan banyak aturannya tapi enaknya less birokrasi, semua kalau berhubungan sama fasilitas umum selalu dipermudah ^^

      Hapus
  8. Hai mbak Lisa..wah pengalaman saya banget nih kalo gas elpiji abis kebingungan sendiri. Tp untungnya yg tinggal di Indonesia terutama Jakarta ya..banyak warung yg jual gas elpiji jd lebih mudah deh. Seneng banget baca pengalaman mbk Lisa ini..kebayang repotnya kalo baru pindah dan ga tau bahasa setempat. Menarik artikelnya makasih yaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi disitulah tantangannya mbak. Kalau engga repot yaa ngga asyik 😜

      Hapus
  9. aku kebayang itu mba riwehnya rooming banget yah, beberapa kali ke china dan hk tapi belum pernah ke taiwan susah banget kalo ngobrol sama mereka karena mereka gak ngerti bahasa inggris sama sekali, btw tipsnya tempel post it di elpiji aq contek yah mba, bener banget itu kadang kita lupa kan kapan terakhir beli dan kaget lah kok udah abis aja sih gasnya, padahal emang udah lama belinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuuuukkk main ke Taiwan sini mbaaa. Tempatnya indah plus warga lokalnya semua ramah-ramah ^^

      Hapus
  10. Mbak tadi aku bingung zhongwen itu apa ternyata itu bahasa cina, ya? Heu. Memang kalau tinggal di negara asing itu banyak hal menarik buat diceritakan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terbiasanya orang lokal Taiwan bilang bahasa Zhongwen mbak. Jadi mudahnya begini, bahasa Mandarin kalau di google translate kan dibagi dua. Bahasa China modern sama Bahasa China Tradisional. Nah kalau yang Zhongwen ini masuk ke Bahasa China Tradisional, asal muasalnya bahasa Mandarin kalau kata orang-orang, jadi baik penulisan maupun aksen bicaranya sedikit lebi rumit ketimbang Bahasa China Modern (yang menjadi bahasa nasional China Mainland) ^^

      Hapus
  11. Padahal kalau di Indonesia bisa jalan kaki ke depan. Masalah bahasa emang jadi masalah paling besar kalau di luar negeri, apalagi kalau negara yang non-english. Tapi seru juga ya cerita dari seonggok tabung gas ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbahagialah hidup di Indonesia yaa, kemana-mana apa yang akan dicari selalu ketemu. Tapi buat mas Zikri, bisa nih menantang diri untuk merantau di negeri orang, biar ada cerita kalau sudah punya anak nanti ^^

      Hapus
  12. Ya allah mbak, aku mungkin kalau LPG habis mungkin milih ga masan atau nahan lapar, wkwkwkwk. Habis aku paling paranoid masang LPG sendirian. Tapi kalau di taiwan kendalanya adalah bahasa juga kali ya mbak. Tantangan juga sih buat kita jika suatu saat tinggal di negara orang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tantangannya bikin otak jadi pintar mendadak ya mbak hihihi ^^

      Hapus
  13. Lisa, ya ampun, apakabar say? Semoga kabarmu, Wahyu dan si kecil sehat dan selalu berbahagia, ya. seru banget baca kisah gas elpiji ini. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiiikk, mbak. Mbak Mira dan anak-anak sehat semua yaa.
      Terima kasih sudah berkunjung ^^

      Hapus
  14. Urusan gas habis ini emang kadang bikin drama juga, apalagi kalau istri nggak berani masang sendiri padahal sedang masak. Saya pernah bela-belain pulang sebentar dari kantor karena gas habis n istri ga berani pasang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang harusnya begitu ya mas Ihwan, hehe, kalau saya mah kebalik--justru suami yang ga berani pasang :))

      Hapus
  15. stay safe and stay healthy ya kak :D

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.