Kembang Api di Taipei 101, Menutup 2019 Menyongsong 2020.

2019... Penuh makna, penuh dengan pembelajaran hidup, penuh dengan kejutan.. Terima kasih pada Allah SWT yang telah memberikan waktu yang begitu indah di tahun 2019.


Tahun kedua berada di Taipei. Di penghujung tahun kami sudah jarang pergi ke tempat yang baru. Dan saya, ingin saja sekali merasakan malam pergantian tahun di tempat yang sangat legendaris dikunjungi masyarakat Taiwan (tak hanya Taipei lho ya). Perdebatan yang agak panjang dengan mas husband hingga tercetuslah Taipei 101 sebagai tujuan malam tahun baru. Tentunya dengan syarat pulang tidak boleh sampai tengah malam, agar Kia bisa tidur cepat dan yang pasti tidak mau berdesak-desakan saat pulang nanti.

Saat memutuskan pergi ke YÄ« Lín YÄ« (baca : I Ling I, sebutan untuk Taipei 101 oleh orang lokal), kami sedang berada di TáibÄ›i ChÄ“zhàn (baca : Taipei Cecan, atau yang biasa dikenal dengan Taipei Main Station). Karena pada dasarnya kami berdua bingung mau menghabiskan malam tahun baru kemana. Mas husband mau berkeliling Taipei Cecan, tapi mendadak saya kurang sreg, mengingat tahun kemarin kami menghabiskan malam tahun baru ke kota Taoyuan, saat pulang ke Taipei (via TRA Taipei Cecan) sekitar jam 8 malam mau cari makan di Taipei Cecan rupanya tidak ada satupun penjual makanan di lorong Y (lorong dimana banyak gerai yang menjual makanan khas Indonesia).

Langsunglah kami bergegas belok mengikuti antrian kembali menuju platform red line arah Xiangshan. Mas husband menggerutu dong, katanya tau gitu tadi ngga turun ya, enakan tadi dapat tempat duduk. FYI, kami sekarang tinggal di daerah Shilin (jalur Red Line), dan kalau mau ke Taipei 101 seharusnya tinggal duduk, tanpa perlu pindah jalur kereta, melewati beberapa stasiun red line, lalu sampai di Taipei 101. Seharusnya begitu.. Tapi khan.. Okeskip.

Sampai di MRT Taipei 101, disambut oleh buanyaaaakkk sekali pengunjung. Dipenghujung tahun, Taipei 101 ramainya bagai keramaian Taipei Cecan Lorong Y kalau hari Minggu. Penuh, sesak dan penat ngeliatnya. Beberapa hari sebelumnya, kami sempat main ke Taipei 101, dan yak.. Ngga ada bedanya dengan malam tahun baru.

Kami keluar via exit 5 dan alhamdulillah masih tak padat pengunjung. Tak buang waktu, kami pun ber swa foto di kaki gedung tertinggi di Taiwan tersebut. Duduk bawah, kamera di lantai, Kia dipaksa duduk di stroller. Dan jadilah foto ini...

Yippiyy, bodo amat diliatin orang-orang xD

Angin yang kencang membawa hawa dingin menusuk. Duh biyung, saat lihat #Note9Lisa, hmm ya pantesan lah dingin beku. Suhu mencapai 12 derajat malam tahun baru kali ini. Kami bergegas mencari kehangatan tempat yang hangat untuk makan malam. Berkeliling dan berbaur dengan orang-orang yang berasal dari belahan dunia lainnya, saya merasa secure dan nyaman, tidak ada perbedaan disini. Tidak ada yang namanya kaya-miskin, tidak ada yang diskriminasi karena warna kulit, tidak ada yang namanya pembantu-majikan, semua berbaur menjadi satu dibawah kaki gedung Taipei 101. Yah, walau angin makin malam kian kencang, tidak ada yang menghentikan mereka tetap duduk berkumpul bersama menunggu detik-detik pergantian tahun.


Adanya orang-orang yang berkumpul dalam keramaian, pasti juga ada kelompok orang yang berjualan makanan. Kami merapat ke salah satu tenda penjual makanan. Alhamdulillah ya, asap kompor tradisional mereka yang terus mengepul membuat hangat sekitarnya. Jadi kami gunakan untuk berlama-lama makan dan nongkrong disana.

Kebal terhadap cuaca dingin.

Penghangat outdoor : kompor.

Usai puas makan dan menghangatkan badan, kami putuskan untuk kembali berkeliling untuk melihat situasi sekaligus njajan (lagi). Semakin malam semakin banyak padat area gedung Taipei 101. Kalau tahun kemarin saya tidak berani membawa Kia kesini saat malam tahun baru, kali ini saya berani. Kia suka tempat baru, dia suka sekali jalan-jalan. Hawa dingin tak membuat dia lantas tidak bergerak (hanya dalam stroller), kelihatan dia ingin sekali lompat dari strollernya saat melihat ada banyak gemerlip lampu. Untung saja kami selalu ingat untuk kasih dia sabuk pengaman stroller. Maaf ya dek, kalau kamu sudah agak besaran saja ya jalan sendiri ditengah hawa dingin kek begini..

Ada banyak jajanan yang dijual, hampir semua jajanannya disajikan setelah dibakar atau digoreng. Ada babinya? Ya jelas dong, ini negara legal babi. Tapiii,, uniknya tenda penjual yang menjajakan menu babi bisa dihitung jari. Kebanyakan penjual menjajakan menu seafood (dominan gurita), ayam dan daging sapi. Selain makanan, ada pula yang menjual aksesoris dan kembang api yang dibentuk shape hati. Mas husband nih agak sedikit endel. Do'i tiba-tiba berhenti di sebuah tenda yang menjajakan bando bertelinga dengan hiasan lampu kelap-kelip, lalu mengatakan akan membeli tiga buah bando. What???


Bu, diemo sebentar, ngadep kesini, tak fotonya.

Memang bando yang dijual beraneka warna dan beraneka macam bentuk telinga, tapi ya ngga juga beli banyak-banyak khan wkwkwk. <<sudah tau kan antara saya dan mas husband lebih endel siapa?>>. Walau harganya cuma YÄ«bÇŽi Kuài (baca : Ipay kuai, artinya seratus NTD), tapi kalau dikali tiga dan cuma dipakai malam ini yaa kan sayang yak uangnya wkwk (jiwa emak-emak yang suka itung-itungan). Alhasil do'i pilihin satu buat Kia, yang warna pink dan lampu kelap-kelipnya pun juga warna pink. Dipakaikan ke Kia, Kia ngga mau. Dipaksapun dengan main-mainin bando, tetep Kia ngga mau, hahayyy. Yauda wes dipakai do'i sendiri akhirnya. <<untung cuma beli satu gaess>>.

Lanjut berkeliling, dan arus manusia-manusia (yang datang entah dari mana saja) makin padat dong. Kalau diterusin sampai malam, alamat beneran pulang dini hari nih. Kami putuskan untuk langsung menuju ke stasiun MRT terdekat. Mas husband memilih MRT Xiangshan (satu stasiun sebelum MRT Taipei 101), karena kalau kembali ke Taipei 101 nampaknya sudah ngga memungkinkan mengingat area sudah padat manusia. Padahal smartphone sudah ditangan dan berkomunikasi dengan teman-teman yang sudah berkumpul di area Taipei 101. Mereka pun sangat menyayangkan kami pulang lebih awal. Mohon maaf banget, mau gimana lagi, kami bawa bayi ^^. Semoga next year bisa bersenang-senang disini ya ^^

Tidak mematuhi peraturan sekali setahun : duduk di taman rumput.

Main kembang api.

Menunggu.

Ngomong-ngomong, saya baru kali ini melihat Taipei ada car free night, jalan bebas kendaraan bermesin. Rasanya lega apalagi jalanan kota Taipei ini layaknya jalan provinsi kalau di Indonesia--luebbaaarr. Semua yang terlihat hanyalah pejalan kaki, udara malam jadi tambah segar karena bebas dari polusi. Dan beberapa titik ada banyak orang yang duduk berkumpul menghadap satu tujuan : Taipei 101. Yap, mereka semua menantikan meluncurnya kembang api raksasa yang cantik dan bersahut-sahutan dari gedung tersebut saat pergantian tahun.

Saat kami masuk ke dalam MRT Xiangshan, terdengar beberapa orang lokal berbicara dengan bahasa Zhongwen yang berarti : waktu kurang 45 menit lagi. Wuhuu, biar deh, walau 45 menit lagi kan juga masih lama. Bisa-bisa badan jadi beku kalau lama-lama di luar begini.

Perjalanan pulang ditemani oleh lorong kereta MRT yang sangat sepi. Tiap gerbong kereta yang kami tumpangi hanya berisi kurang dari 10 penumpang. Berbeda jauh dengan kereta seberang yang menuju Taipei 101, terlihat penuh sesak. Tapi, kata mas husband, nanti setelah kembang api di Taipei 101 berakhir, gerbong kereta dari Taipei 101 akan jadi penuh sesak. Obviously, I said...

Gerbong kereta yang sepi : langka.

Kami turun di stasiun MRT Shilin dan jalan beberapa meter untuk sampai ke rumah. Baru saja mau masuk gang, terdengar sudah bunyi petasan dan kembang api, tanda tahun 2019 telah berakhir. Nyala kembang api yang entah darimana sumbernya terlihat dari mulut gang.



Saya abadikan disini, video yang diambil teman-teman saat kembang api di Taipei 101 menyala. Silahkan menikmati ^^.


Good bye 2019, hello 2020.

---

Saya tidak menyangka, hidup di Taipei begitu menyenangkan. Merasakan dua kali pergantian tahun tidak lantas membuat tidak kangen terhadap Indonesia dan ingin segera pulang. Tidak, saya begitu menikmati hidup di Taipei, tapi juga tak ingin melupakan tanah air tempat asal usul kami.

2019 penuh dengan kenangan dan pengalaman. Dari semula saya tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak ingin menjadi tidak ada beban. Salah satu yang mengubah hidup saya tahun kedua di Taipei ini adalah mendapat tawaran pekerjaan sekaligus tempat tinggal.

Beberapa teman pasti ada yang bertanya-tanya, mengapa jarang update blog, apakah sudah tidak explore Taiwan lagi, mengapa jarang update sosial media, apakah tidak ada waktu untuk keep in touch with others?.

Yap, itu semua benar adanya.

Entah mengapa, dunia maya tak lagi banyak menarik minat saya. Selain itu kesibukan setiap harinya membuat saya tak banyak memegang smartphone, haha lagu lama ya. Tapi memang sejatinya saya adalah tipikal wanita yang kurang suka berinteraksi di dunia maya. Dunia tatap muka sebenarnya adalah hal yang paling luar biasa menyenangkan untuk saya. Dan pekerjaan saya kini seperti membuka pikiran saya. I'm on fire !

Lalu kalau sudah bekerja apakah tahun depan ada waktu untuk pulang ke Indonesia? Nah ini, memang sudah ada rencana untuk pulang, tapi... yaa, bisa dilihat nanti..hhe

Ada yang merindukan kami untuk pulang ke Indonesia? ^^

3 komentar

  1. wah street foodnya bikin ngiler, pengen icip bangettt :D

    BalasHapus
  2. A visit to this place was entertaining for every member of the family. It is a great occasion to try the traditional cuisine and have fun.

    BalasHapus
  3. I don`t really understand people that are sitting at home during the New Year. There are a lot of magnificent events on the streets and they are missing so much fun.

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.