Rileks Setelah Bermain Di Bitan Xindian

Ada dua alasan yang membuat saya mengabaikan deretan draft jalan-jalan di Taipei dan lebih mengutamakan untuk memposting artikel ini. Pertama, mas husband suka sekali tempat indah ini. Kedua, saya pun juga menikmati berwisata di tempat ini. Artikel ini saya beri judul : Rileks Setelah Bermain Di Bitan Xindian.


Setiap minggu di hari libur mas husband kami memiliki agenda jalan-jalan baik ke tempat wisata maupun sekedar makan di luar. Semester ini, jadwal mas husband berubah, yang mana hari liburnya pun ikut berubah. Semester lalu hari Jum'at adalah hari keluarga, untuk semester ini hari keluarganya jatuh pada hari Kamis.

Mas husband mendapat ide untuk berwisata disalah satu spot yang bernama Bitan Swan Boats. Tugas saya untuk mencari tau bagaimana akses kesana dan ada apa aja disana dan apakah ramah untuk membawa bayi. Walau hampir semua tempat wisata di Taiwan ramah bayi (bahkan ada beberapa yang memiliki ruangan breastfeeding, ini sangat luar biasa menurut saya, mengingat warga Taiwan lebih suka memelihara guk guk ketimbang bayi), tapi ini insting Ibu, kalau tempatnya ada bagian yang tidak cocok untuk bayi, ya tidak didatangi.


Siap untuk refreshing? Yes!


Usai mempersiapkan si kecil, agak lama karena yaa tau lah ya bayi itu gimana wkwk, kami langsung bergegas menuju ke halte bus. Seperti biasa, stasiun MRT Gongguan adalah tujuan terfavorit dan terdekat kalau mau kemana-mana naik MRT. Dari apartemen kami naik bus nomor 207 (bisa juga naik bus 672). Sampai di Gongguan kami langsung masuk dan naik kereta arah ke Xindian, dan turun di Xindian atau pemberhentian MRT line hijau yang terakhir.

Kenapa sih harus oper ke kereta? Memang ngga ada bus arah ke Xindian?
Hmmm, sepertinya ada sih bus ke arah Xindian langsung, mungkin juga harus oper dulu. Lah kalau belum jelas begini kan ya paling enak naik kereta. Diantara transportasi jalur darat di Taipei, kami memang lebih suka naik kereta. Cepat, murah, ngga kena macet, aman, nyaman dan langsung sampai tujuan.

Sampai di stasiun MRT Xindian, kami langsung disambut oleh berkompi-kompi siswa pelajar yang memakai kaos olahraga.

Sebelum melakukan pencarian daerah wisata bernama Bitan ini, kami mengisi perut terlebih dulu. Sengaja keluarnya abis sholat dhuhur, jadi bisa sekalian makan di luar. Kami langsung melipir ke restoran yang telah dikenal di dunia : KFC, ha ha ha. Kalau sedang jalan-jalan di Taipei, ngga perlu takut kelaparan atau kehausan, karena di setiap stasiun MRT sekelilingnya selalu ada franchise mendunia yang sudah pasti kita kenal. (FYI again, mengenai makanan kami menerapkan sistem ABUBA atau Asal BUkan BAbi, karena kami hidup di negara yang penduduknya bukan mayoritas islam, alias halal makan babi dan sudah pasti setiap resto di Taiwan selalu menyajikan babi, sementara restoran berlabel halal disini bisa dihitung dengan jari, jadi jika tujuan terdekat tidak ada restoran halal maka yang paling aman adalah makan di resto franchise yang menyajikan bahan utama ayam).

Setelah kami makan, kami langsung buka google maps dan mengikuti instruksi untuk sampai ke Bitan. Jalan kaki doang, ngga jauh kok.

Sampai deh di Bitan.

Welcome to Bitan


Kesan awal melihat Bitan : WOW. Ada sepasang jembatan kembar yang tebalnya masya allah, seperti tidak akan bergoyang walau terkena gempa. Sementara tinggi, panjang dan lebarnya, hmmm subhanallah, incredible!

Please, fokus ke jembatannya. Jangan ke senyuman saya, saya sudah punya suami dan anak.

Beautiful Scenery


Jadi ternyata, Bitan ini memang tempat wisata murah meriah dibagian bawah jembatan yang didesain untuk semua kalangan. Sudah tidak perlu saya sebutkan ya kalangan itu, pokoknya disini semua orang campur membaur menikmati kesan cantik dari sebuah taman. Ada taman, toilet yang bersih bangets, ada space bagi orang tua yang menikmati pemandangan sungai, ada tempat untuk orang memancing, ada spot cantik untuk berfoto, ada tempat untuk burung merpati berkumpul (sayang Kia belum bisa jalan dan sedang mengantuk, jadi ngga bisa bermain dengan merpati), dan ada wisata perahu (ini yang dinamakan Bitan Swan Boats, karena semua perahunya didesain berbentuk angsa).

Saya, MAU BANGET, KEPINGIN BANGET, naik perahu itu. Setelah diberi tau mas husband kalau naik perahu harus bayar 400 NTD, saya jadi maju mundur. 400 NTD itu lumayan lho, hampir seharga sepatunya Kia #eh, kalau di-kurs-kan ke rupiah bisa dibuat nraktir bakso orang sekampung.

Bitan Swan Boats

"Jangan diubah ke rupiah, nanti sakit hati. Ayok kalau mau naik, mumpung Kia tidur. Kalau uda bangun bisa usrek-usrek di perahu dia...", kata mas husband.

Benar juga. Kalau Kia usrek-usrek di perahu, terus perahunya jungkir, waaa, wassalamualaikum sudah. Yok dah, naik perahu!

"Habiskan uang Ayah, buuuuukkk!", kata mas husband ngaco~. Ya iyalah, kita habisin, kan Ayah kerja juga buat apa kalau ngga buat Ibu n Kia wakakakak.

Sampai di tempat sewa, bukan tempat dekat perahu lho ya, tapi agak ke daratan, ada sebuah bangunan non permanen yang mirip dengan loket, nah disitu kami bertransaksi lebih dulu sebelum naik perahu. Aturannya : Kalau naik perahu manual atau perahu sepeda, harga sewanya 300 NTD perjam. Kalau naik perahu mesin atau perahu elektrik, harga sewanya 400 NTD per 30 menit. Dan ada biaya sewa-deposit 100 NTD untuk pelampung, yang nanti setelah selesai uang 100 NTD ini akan ditukar dengan pengembalian pelampung.

Ibu : Kia siap naik perahu? || Kia : Nnggg...

Setelah bertransaksi, kami dipasangkan pelampung badan (termasuk Kia juga dipakaikan pelampung), kami menuju ke ujung jembatan (yang terbuat dari plastik yang bisa mengapung di air) dan ada satu orang yang bertugas mengambilkan perahu, memilihkan perahu elektrik untuk kami.

Jangan berharap ada instruksi yang terperinci dari petugas itu tentang bagaimana cara menghidupkan mesin ya, karena orang Taiwan ini pemalu dan kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris, jadi mas husband hanya ditunjukkan (dengan cara mempraktekkan) bagaimana cara menghidupkan dan mematikan mesin perahu. Untung ya mas husband cerdas, ya iya dong, kalau ngga cerdas ngga bisa kuliah di Taiwan Tech dong dia.

Yup, meluncur kita!

Saya dan Kia duduk di depan, sementara mas husband selaku juru kemudi perahu duduk dibelakang sambil memegang tangkai mesin perahu. Sayang sih, leher perahunya ketinggian dan kebesaran, jadi ngga bisa melihat kedepan dengan jelas. Jangankan saya, mas husband pun apalagi, hanya menggunakan insting katanya.

Semangat lho ayy~

Perahu kami berjalan menuju ke selatan. Kelihatannya perahu hanya diperbolehkan berjalan ke Selatan dan tidak boleh bergerak menuju ke Bitan Bridge (jembatan kembar yang saya ceritakan tadi-berada disebelah utara wisata). Jika dilihat di peta, memang sebelah utara wisata Bitan Swan Boats area sungainya lebih luas dan bisa jadi aliran sungainya lebih deras karena tingginya kedalaman sungai. Jadi dibuatlah pembatas manual yang terbuat dari tali tampar. Memang tidak ada larangan tertulis, tapi kalau sudah ada pembatas begitu ya kita harus sadar diri dan waspada.

Keindahan yang ditawarkan di sepanjang arus sungai Xindian (atau pecahan sungai Tamsui) ini begitu menenangkan. Sungai jernih dan berarus rendah. Ngga ada sampah atau kotoran sama sekali. Yang ada hanyalah pemandangan hijau dan tebing-tebing bukit Bitan di sebelah kanan dan pemandangan apartemen bergaya modern di sebelah kiri. Terlihat juga beberapa orang yang menunggu pancingannya dilahap ikan di sekitar bantaran sungai yang landai. Apa mereka ngga takut kecemplung ya, kelihatannya bantaran itu licin... Entahlah.

Tebing Xindian

Sejujurnya saya bingung, saya anak perikanan yang dahulunya sering main ke laut dan sudah tentu sering naik kapal nelayan yang lumayan gede dan penuh muatan itu. Tapi mengapa setelah punya anak perempuan yang mungil dan menggemaskan, jadi penakut naik perahu kecil yak. Saya jadi bahan ledekan mas husband disepanjang naik kapal. Semakin nervous ketika mas husband bergerak yang jadinya bikin perahu bergoyang, ditambah lagi Kia yang kadang merengek karena "kecepit" pelampung. Puas-puas dah mas husband dengar kecerewetan saya diatas kapal gara-gara ke-nervous-an itu.

Tiga puluh menit berlalu dengan cepat, cepat sekali rasanya. Mas husband memutar arah kapal sebelum sampai pada belokan sungai Xindian Old Ferry Trail. Saya yang meminta, karena prediksi saya di belokan itu sungainya lebih dangkal, takutnya mesin perahu nyangkut di dasar sungai. Yaa, ini hanya prediksi kok, saya pernah belajar itu di kampus. Daripada kenapa-napa ya, mas husband nurut juga hehe. Sampai di dermaga kapal, kami bergegas naik ke daratan karena si mungil makin kencang rengekan minta "mikcu" nya..ha ha.

Belokan sungai Xindian Old Ferry Trail dan keindahannya.

Tidak lupa kami mengembalikan rompi pelampung ke tempat semi permanen loket tadi. Uang depositpun sudah dikembalikan, kami langsung menepi mencari tempat duduk, selain itu juga menghindar dari "gukguk" tak bertuan yang suka lari-lari disekitar bantaran sungai. Ngga kaget ngga kaget, sudah terbiasa malah melihat anjing berkeliaran begini. Fiuh.

Foto Keluarga.

Behind The Scene.

Matahari terbenam tidak bisa dilihat dari Bitan, mungkin karena area wisata sungainya rendah ya, ditambah lagi disekeliling ada banyak gedung tinggi menjulang dari utara ke selatan. Ya sudah, kami hanya bisa menikmati damai dan sejuknya suasana sore.

Ibu guemmaaasss sama kamu, Kia. Foto dibawah Bitan Suspension Bridge.

Guide Wisata Bitan.

Puas duduk-duduk, kami kembali explore (sambil mencari camilan) sebelum akhirnya kembali ke apartemen. Kami naik ke atas, di luar area Bitan Suspension Bridge terdapat semacam Night Market gitu. Pilih pilih pilih, akhirnya mas husband berhenti di satu toko makanan. Mas husband memesan Squid Lard Egg Pancakes. Ngga lama, pesanan jadi dan mas husband langsung membayar pesanannya.

Gerbang Bitan Suspension Bridge dari Xindian Night Market

Tidak dimakan disitu, mas husband langsung menenteng pesanannya (juga menggendong Kia) dan mengajak untuk menyebrang di Bitan Suspension Bridge. Saya jadi tau kenapa dinamakan begitu, prediksi saya (-prediksi lagi- apalah apalah), suspension bridge berarti jembatan gantung, yang artinya lagi jembatan ini dirancang tradisional alias tidak pakai beton. Buk, beneran buk, jembatan ini pijakannya terbuat dari kayu dan disusun lalu disatukan dengan tali tampar. Jadi sensasi berjalan diatasnya itu mengerikan gitu, setiap saya melangkah selalu terdengar bunyi "nyit nyit kretek kretek", gesekan antar kayunya itu yang bikin merinding, ditambah anginnya yang wass wess wass wess tanpa assalamualaikum. Membayangkan kalau pas ditengah jalan tiba-tiba "tess", wess langsung terjun bebas njebur sungai kita, hwaa hwaaa Naudzubillahmindzalik. Skip, saran saya dipercepat saja langkahnya, tapi jangan lari lho yes, soalnya susunan kayunya tidak berdempetan melainkan ada space nya. Salah-salah kita bisa kesandung kalau tidak hati-hati.

Modern. View disebelah kanan Bitan Suspension Bridge.

Nature. View disebelah kiri Bitan Suspension Bridge.


Nah mengapa harus menyeberang jembatan? Karena apartemen kami ada di seberang sungai gaess. Dilihat dari peta, jarak antara area Bitan dan apartemen lebih dekat jika kami menyeberang jembatan. Kalau menyeberang di jembatan kembar Bitan, yaa lumayan gemporr yaa kaki. Jadi terdekat ya nyebrang di suspension bridge tadi.

Dan ternyata, saat kami pulang naik taksi (menghadang taksi dulu setelah lewat jembatan gantung), kami dilewatkan jembatan kembar Bitan tadi. Owalah jaal jal, setelah melihat peta lagi, memang jalan ke arah apartemen hanya bisa lewat area Xindian ke utara. Bisa dibilang nyebrang jembatan gantung tadi agak useless ya...hmmm. Engga ding, namanya juga penasaran diseberang Xindian ada apa, ya diladeni aja rasa penasarannya langsung ya, ketimbang rasa penasaran dibawa ke rumah, tambah besar rasa penasarannya #apasihLis.

Udah naik taksi, wes tinggal duduk santai, ngelurusin kaki, tunggu taksinya sampai depan apartemen.

Berakhir ya, berakhir sudah rekreasi hari ini. Alhamdulillah bisa meluangkan waktu barang sehari untuk refresh pikiran n badan, terutama mas husband nih yang sehari-harinya penuh dengan rutinitas berangkat pagi pulang malam untuk kerja dan kuliah. Semoga dia juga ikut refresh karena jalan-jalan hari ini tidak banyak menguras uangnya #Lho #Eh..ha ha.

Pe-eR saya kemudian adalah mencoba menuliskan kegiatan ini ke blog www.limaura.com ini. Biar diupdate gitu blog nya, biar ngga dikira orang rumah kosong hehe. Dan alhamdulillah rampung juga. Semoga temans ikut terhibur ya dengan tulisan ini. Dan sampai jumpa di tulisan berikutnya.



Eeeehhhh sebentar, jangan diclose dulu dong, mau ya lihat vlog kami sebentar. Mas husband sudah susah payah bikinnya jugak hihi. Kuy cuss klik disini.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.