Pertemanan Cerdas bersama Marine Buddies Surabaya


Suatu sore, saya yang kurang kerjaan ini sedang sekrol-sekrol timeline twitter. Beberapa orang yang pernah melihat timeline melalui twitter saya selalu mengatakan "...twittermu kok membosankan sih lis, isinya berita semua, kalo ga berita ya iklan lingkungan berbahasa inggris". Well, itu adalah sebuah selera yang tidak bisa diganggu gugat hehe. Tapi seperti kebanyakan orang, dari timeline twitter lah kita akan menemukan berita yang kita mau, oleh sebab itu selain balik memfollow teman-teman, kita sedikit wajib memfollow akun yang sesuai dengan bidang kita. De' iyee~

Sore itu berita komunitas Marine Buddies yang akan mengadakan acara diedarkan oleh tiga akun top yang saya follow. Tertarik, sudah tentu, itu sesuai bidang dan rasanya lama banget tidak mengikuti acara seperti ini. Ibarat iseng-iseng berhadiah saya buru-buru mencoba untuk daftar ke CP nya.



Kok ya alhamdulillah saya diikutkan mengingat kata CP nya kuota terbatas karena daya tampung ruangan (untuk peserta dan undangan) yang tidak banyak dan saya bukan bagian dari komunitas lingkungan. H-1 saya diingatkan untuk konfirmasi keikutsertaan. Dan yak, saya siap ikut acara ini.

Di hari H pertemuan, saya sempat kesasar karena letak lokasi acara yang tidak pernah saya kunjungi. Alhasil terlambat 7 menit. Saya beruntung masih bisa mengikuti film yang akan diputar karena pada saat saya memasuki ruangan, acara baru menapaki tahap perkenalan. Saya berkenalan dengan seseorang yang duduk tepat disamping kiri saya, seorang mahasiswi dari fakultas kedokteran UNAIR yang tidak sengaja saya melupakan namanya hahahaa (plis jangan dibully). Sedikit tidak nyambung ya, dari bidang kedokteran ikutan acara ini. Tapi kembali lagi, ini soal selera, mungkin adik calon ahli gizi ini menyukai hal-hal mengenai lingkungan. Saya panggil adik ya, karena umurnya jauh dibawah saya, duh berasa tua.

"Nonton bareng" dan "diskusi" bisa dijadikan keyword dalam kegiatan ini. 
Setelah kami dibagi kelompok dan diberikan waktu untuk berkenalan dengan teman-teman baru, kami diputarkan sebuah film berjudul Racing Extinction (2015) yang disutradarai oleh Louie Psihoyos. Semua orang dalam ruangan menjadi hening menyaksikan film tersebut.




Saya hampir mbrebes mili selama film diputar, bagaimana tidak menangis, dari film itu kita diperlihatkan bagaimana sadisnya sekelompok manusia menyakiti hewan-hewan sehingga menyebabkan kepunahan pada spesies hewan untuk kepentingan tertentu. Hal itu tidak hanya terjadi di luar negeri, Indonesia pun juga menjadi sorotan dalam film itu. Sebuah daerah bernama Lamakera (Nusa Tenggara Timur) menjadi sorotan karena setiap harinya para nelayan membunuh ikan Pari Manta untuk diambil insangnya dan diekspor ke China. FYI, ikan Pari Manta adalah raksasa lautan dan merupakan hewan yang terancam punah.

Ternyata tidak hanya saya yang hampir menangis, beberapa orang dalam ruangan (perempuan dan laki-laki) yang pertama kali melihat film tersebut juga sempat menitikkan air mata, tidak habis pikir bahwa manusia sebegitu kejamnya terhadap hewan-hewan demi memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk menceriakan suasana, oleh Beauty D. Sofranita a.k.a Bebe a.k.a fundraiser WWF region Surabaya, kelompok kami diacak kembali. Usai diacak, kami diberi waktu 3 menit untuk berdiskusi mengenai film dan bertukar pengalaman dalam menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi disekitar. Ada banyak komunitas lingkungan disini, ada banyak pula kegiatan yang dibahas, jelas waktu 3 menit ini sangatlah kurang. Ya, mau bagaimana lagi, selanjutnya satu persatu kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 

Berikut beberapa hasil diskusi yang sangat saya garis bawahi :

  1. Hutan lindung di jurang kuping, Benowo - Surabaya Barat, dulunya merupakan hutan lindung yang sangat bagus di Surabaya pada jaman pak Harto menjabat presiden. Hutan lindung tersebut menjadi daerah resapan air dan mencegah banjir serta tempat penghasil oksigen untuk kota Surabaya. Namun kini tempat tersebut beralih fungsi menjadi tempat prostitusi. Faktor perubahan fungsi hutan karena ekonomi masyarakat serta tidak terurusnya hutan lindung tersebut oleh pemerintah.
  2. Jangan menjadi turis dadakan yang sok-sokan mencintai alam, yang pada kenyataanya hanya karena mengikuti tren dan mengabaikan kelestarian lingkungan.
  3. Di Indonesia, dana APBD untuk lingkungan (spesifikasi perbaikan lingkungan dan kelestarian alam/mahluk hidup) adalah paling sedikit kedua setelah bidang riset dan teknologi. Besarnya dana APBD hanya digunakan sepenuhnya untuk infrastruktur.
  4. Tidak perlu menyalahkan pemerintah karena tidak bisa memperbaiki lingkungan yang rusak. Kita harus berkaca pada diri sendiri, sudahkah kita berkontribusi terhadap perbaikan lingkungan?
  5. Media sosial kebanyakan hanya memberikan berita kekecewaan, sehingga kita tumbuh dengan pola pikir yang frontal.
  6. Jangan berfokus pada ketidakmungkinan! Kita harus berhati-hati dengan yang namanya pesimisme. Kita harus bisa mengendalikan sifat pesimis dalam diri, agar kita terhindar dari sifat apatis.
  7. Nomor 4, 5, dan 6 saling berhubungan jika kita dapat resapi.
  8. Jangan pernah menyerah dan kehilangan harapan untuk mengajak orang-orang peduli dengan lingkungan. Jika omongan tidak digubris, maka tunjukkan suri tauladan dengan perilaku nyata.
  9. Bumi kita mengadopsi ajaran Yin Yang, keseimbangan. Jika dari kita tidak melakukan hal yang baik terhadap lingkungan, maka akan timbul masalah dari bumi yang juga akan merugikan kita.
  10. Ada beberapa organisasi di dunia yang memberikan label pada pabrik yang memproduksi produk secara besar-besaran namun tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan serta berkontribusi langsung terhadap perbaikan lingkungan. Contoh organisasi MSC (Marine Stewardship Council) dan FSC (Forest Stewardship Council). Carilah produk yang kemasannya berlogo dan atau bertuliskan MSC dan FSC.

Usai berdiskusi, salah satu panitia menutup acara.

Terima kasih : Marine Buddies, Sea Soldier, Earth Hour, Komunitas Anti Narkoba, dan beberapa peserta Umum.

Walaupun acara telah berakhir, kegiatan untuk melestarikan lingkungan tidak diperbolehkan berakhir. Dengan adanya perkenalan berbagai komunitas disini, kami menjalin kerjasama untuk melestarikan lingkungan dengan cara yang unik, baik dan out of the box. Kami peduli terhadap kelestarian lingkungan dan akan dibuktikan secara nyata, serta dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.

In Ocean We Live! with  dek Bebe.

Saya bersyukur bisa mengikuti acara ini. Acara pertemanan cerdas bersama marine buddies serasa menampar batin, menyadarkan saya bahwa lingkungan kita telah krisis, banyak hewan yang punah dan kitapun sedang mendekati waktu kepunahan massal. Hal yang tidak pernah saya duga akan datang secepat ini.

Mari kita sama-sama peduli terhadap lingkungan. Dalam hati individu tekankan bahwa melakukan hal kecil untuk menyelamatkan lingkungan sangat bermakna, dan jika sedang berkelompok cetuskan ide besar-besaran untuk memperlambat kepunahan massal.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.