Heading To Singapura (part 2)



Sembari menunggu MRT sampai di tujuan, beberapa mata penumpang terlihat sedang asyik dengan gadget dan telinga mereka sibuk dengan headset masing-masing. Ada juga yang sedang asyik berenang dalam mimpi, alias tidur. Tidak ada pemandangan dimana satu penumpang berbicara dengan penumpang lainnya. Kebanyakan dari mereka mungkin orang kantoran atau kuliahan yang sedang menghibur diri dari peliknya aktivitas hari Senin seharian ini. Bahkan yang sudah lanjut usia pun asyik konsentrasi dengan smartphone mereka. Hmmm.. Smartphone mengalihkan sosialisasi.

Cavenagh Bridge. Terletak diantara MRT dan Merlion Park.


Walau hanya berupa patung yang tidak pernah berhenti mengeluarkan air dari mulutnya, dan dengan berlatarkan gedung-gedung kokoh nan megah, Patung Merlion ini tidak pernah sepi pengunjung. Dan ini Senin sore, makin sore makin ramai pengunjungnya. Hmmm aneh juga sih kalau dilihat dari kacamata orang Surabaya macam saya ni.

Berfoto-foto dengan berbagai macam pose, menolong turis lain berfoto, piknik ngemper di tepi sambil ndulang biskuit untuk Kia, menikmati sunset yang tidak sepenuhnya bisa dinikmati karena gedung-gedung tinggi menghalangi, mainan hape, posting story biar kawan-kawan ngiler dan semakin banyak pahala karena banyak yang ngerasani (hehehe apasihhh)--niatnya kan memberitahukan keberadaan kami--bukan pamer--jadi ya kami dapat pahala (okestopdebatnya). Adalah beberapa kegiatan kami menghabiskan waktu di Merlion Park.

Bersantai


Jarum pendek jam tangan masih menunjuk pada angka 6, sudah sunset namun disini seperti masih jam 4-5 an. Masih terang benderang. Kami melipir meninggalkan spot patung karena wisatawan semakin banyak berdatangan dan angin malamnya semakin kencang. Kami pergi mencari tempat minum. Maunya ke Starbucks yang lokasinya tak jauh dari Merlion Park, sayangnya Starbucks Card kami tidak bisa digunakan karena beda negara (padahal saldo cardnya masih lumayan, klo di Indonesia bisa dibelanjakan 2 gelas coffee dan 1 food tuuh). Mau keluar uang ya sayang juga. Harga pergelas coffee nya sekitar 10-50 SGD euy, tinggal dikali aja ke kurs rupiah.

Alhasil kami nongkrong di bawah jembatan yang instagramable walau jembatannya tidak colorful, tepat disebelah ada Starbucks Cafe dan SevEl. Jelasss kami pilih SevEl 😂.

Kaki Jembatan.


Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 8 malam. Kami menyegerakan balik ke bandara karena angin malam kian kencang, tidak baik untuk Kia.

Saat akan balik, mata ditarik paksa melihat ke suatu tempat : Souvenir Store. Ohh akhirnya, bisa beli kenang-kenangan dari Singapura. Souvenir Store ini letaknya tepat dibawah Starbucks Cafe yang tadi saya singgung. Mas husband ingin ke toilet sementara saya dan Kia pergi ke toko sovenir. Mata sungguh dimanjakan dengan benda-benda yang berkilauan, benda kuno, benda unik, ahhh.. Pengen tak beli semua. Tapi dilihat juga harganya lis... Harga yang tertera disetiap benda paling murah 18 dolar singapura dan yang paling mahal....Jangan ditanya deh, bikin sakit hati harganya. Saya memilih satu benda tentunya yang paling murah untuk dibawa sebagai kenang-kenangan dari negeri ini. Ditunjukkan ke Kia, rupanya Kia suka. Yasudah langsung cus ke kasir. Eehhh lagi-lagi Kia ada yang suka, kakak kasir nya menggoda Kia. Teteup, Kia yang superduper cuek kayak emaknya, cuma diam aja walau disapa dan digoda.

Kami balik ke Changi. Long march melewati indahnya pemandangan malam dari Singapore River Cruise menuju MRT. Dari MRT langsung cus Terminal 2 Changi Airport.

Singapore River Cruise. Wisata kapal malam hari.

Apakah selesai perjalanan hari ini? Tidak. Mas husband masih ingin menunjukkan eloknya bangunan di Terminal 1 dan Terminal 3, serta mencoba skytrain Changi Airport. Hiyakk, muka kumus-kumus diajak jalan ke Terminal 3 yang katanya terminal paling luas dan bagus karena disini tempat orang-orang dari dan menuju Eropa. Dibuat sedemikian bagus untuk orang yang sudah melakukan perjalanan jauh.

Terminal 1 Changi Airport.

Terminal 3 Changi Airport.

Dari Terminal 2 menuju ke Terminal 1 lalu ke Terminal 3 lalu balik ke Terminal 2 lagi. Rada kurang kerjaan sih ya.. Ya ndak papa deh, biar nambah pengalaman. Kalau ada yang tanya, "Lisa, sudah pernah ke Changi Airport Terminal 1?". Bisa dijawab dengan sombong, "Sudah dongs, Terminal 1 Terminal 2 dan Terminal 3 juga sudah pernah saya kunjungi". Hahaha. Biar dicap jadi Crazy Rich Surabayan.

Turun skytrain Terminal 2, mas husband menunjukkan ada restoran Halal yang masakannya enak nan murah. Benarkaaahhh? Alhamdulillah benaaar. Namanya Resto 1983. Kami memesan dua menu : Curry Chicken with Rice dan Chicken Cutlet Rice with Thai Sauce. Dari dua menu tersebut ditambah satu gelas jeruk hangat dan satu gelas es milo, kami hanya membayar tidak sampai 20 dolar Singapura. Beda jauh harganya waktu makan di foodcourt awal kedatangan kami siang tadi. Fiuh.

Resto 1983.
Berlogo Halal.
Pesanan mas husband. Curry Chicken with Rice dan Jeruk Hangat.
Pesanan saya. Chicken Cutlet Rice with Thai Sauce dan Es milo.

Usai makan, kami mengambil barang ditempat penitipan kemudian segera menuju toilet dan mushola karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Duh ya, ini waktu tidur Kia, sementara Kia tidak bisa tidur dan tidak bisa lepas dari saya. Sekalinya dilepasin agar saya bisa ganti baju dan sholat, tangisannya masya allah... Dari ujung prayer room sampai ujung toilet wanita masih kedengeran tangisannya. Setelah saya rampung, baru Kia bisa mikcu dan langsung terlelap.

Terakhir cek tiket jam 1 malam, tapi belum jam 1 sudah di warning agar segera melakukan cek tiket. Wow, terkesan buru-buru ya, mau ngga mau kami setengah berlarian menuju ke pintu pemeriksaan. Rupanya karena pesawat yang akan kami naiki adalah pesawat Scoot yang jumbo dan memuat banyak penumpang, agar tidak mengulur waktu, waktu terakhir cek tiket dimajukan. Iyaps, wajar...

Masuk pesawat dan kami kebagian di kursi yang paling belakang. Perjalanan jauh lagi hahaha, panjang sih pesawatnya. Kami duduk dan..... Sampai jumpa lagi Singapura !

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.