Mengunjungi Paciran - Ujung Pangkah

"Kali ini benar-benar jalan-jalan ya bu, bukan praktikum lapang seperti sebelumnya hehe", kataku mengakhiri pertemuan hari ini dengan ibu dosen yang paling baik (menurut aku pribadi - entah yang lain).
"Yaa, anggap saja ini refreshing sebelum kalian semua menghadapi UAS yang mengerikan", jawab bu Gun, panggilan akrab beliau. Kemudian semua mahasiswa saling pandang. Benar juga ya, sebentar lagi UAS dan mata kuliah semester ini mengerikan semua. Ah sudahlah, kalau dianggap susah ya jadinya susah.. Ya tho?
Lalu aku menulis review tentang perjalanan hari ini di agendaku sambil menunggu dijemput bapak tercinta.. Let's take a look ^^

~*~
Mata kuliah pilihan Tehnologi Penangkapan Ikan praktikum lapang ke Gresik. Berangkat pukul 9 (seharusnya pukul 7), karena mesin mobil mbak Desi mendadak mati dan ga bisa jalan. Sekitar 30 orang (27 mahasiswa, 2 dosen dan 1 asdos) berangkat dengan kendaraan 1 mobil pribadi milik mbak Desi (mobil yang lain) dan 1 elf milik fakultas. Sampai di Gresik, di salah satu rumah warga - kenalan bu Gun pukul 11.

Kami disambut ramah oleh pemilik rumah, di minta untuk segera masuk ke rumah sementara hidangan makan siang sedang disiapkan. WOW. Kebetulan ini semua perut sudah pada bunyi hihihi. Dasarr.
Isi amunisi perut terlebih dahulu ^^
Hidangan yang disajikan pun tidak jauh-jauh dari menu seafood, kami sangat bersyukur dan menghabiskannya dengan lahap. Semua masakan enak-enak. Ada salah satu menu masakan yakni kare kepiting yang menjadi rebutan teman-teman. Pikiranku : ambil, tidak, ambil, tidak. Mau ambil karena lihat teman-teman kok pada lahap banget, tidak mau ambil karena takut alergi.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kuahnya dan incip sepotong kaki kepiting punya teman (hihihi), pikirku ya masa' aku kalah karena alergi. Sengaja aku makan kare kepiting itu sambil ketawa-ketiwi sama teman-teman untuk melupakan kalau aku punya alergi terhadap kepiting.

Setelah menghabiskan semua masakan, kami membantu membereskan peralatan makan dan bergantian untuk sholat dhuhur. Dan tiba-tiba badanku merasakan sedikit panas, merinding di leher dan gatal dilipatan tangan dan kaki. Ternyata reaksi alergi mulai menyerang. Oh no... Kan makan cuma dibagian kaki kepiting...

Kemudian ada seorang teman laki-laki pun merasakan alergi yang sama, tapi dia lebih parah dan terlihat sekali ada bercak alergi di kulitnya. Pikiran kami sama : kenapa anak perikanan kok kalah sama alergi seafood, jadi kami menantang diri untuk mengalahkan alergi tersebut. Eh ternyata kami kalah juga. Sama-sama ga bawa obat antihistamin juga.

Aku mensugesti diri agar aku bisa mengalahkan alergi ini, aku segera keluar rumah dan menghirup angin segar laut utara Jawa. Sementara temanku tadi minum air kelapa yang disediakan oleh pemilik rumah. Kami sama-sama mendingan dan melanjutkan kegiatan.

Kegiatan pertama kami adalah ikut nelayan pergi ke laut dan mengamati setiap apa yang mereka lakukan, mencatat apa saja peralatan yang digunakan plus hasil yang mereka dapat. Nelayan-nelayan kenalan bu Gun dan pak Manan ini menyiapkan 2 perahu untuk kami. Satu perahu besar untuk penumpang perempuan dan perahu kecil untuk yang laki-laki.

Berangkat !
Seperti kebanyakan nelayan di Indonesia, nelayan disini pun menggunakan alat dan cara tradional untuk menangkap ikan. Bahkan nelayan tidak takut untuk terjun ke laut langsung, walaupun ketika laut sedang pasang.

Mempersiapkan jaring yang akan dilempar, melempar jaring, menjabarkan jaring agar tidak tersangkut karang, menunggu beberapa menit dan hanya satu ikan yang terjaring.
Nelayan Indonesia memang semuanya pemberani. Kelebihan dari nelayan Indonesia adalah tidak menggunakan alat tangkap modern yang dapat merusak ekosistem laut. Seharusnya kesejahteraan mereka bisa lebih dijamin negara.

Perahu kami (perempuan) sedang tidak beruntung, hanya satu ikan kecil yang tersangkut di jaring. Sementara perahu yang satunya mendapatkan banyak ikan. Baiklah, bu Gun berkata bahwa saatnya kami kembali karena matahari sudah tidak bersahabat. Benar juga, saking asyiknya aku bantu nelayan aku ga merasa kalau disini panasnya minta ampun... Dan pemandangan unik pun terlihat, sayang jika tidak diabadikan hehehe

Waduh, uda kayak TKI illegal kepanasan xixixi *bercanda
Ketika perjalanan kembali, kami melalui jalan yang berbeda dengan jalan ketika berangkat. Semacam jalanan memutar dan itu lebih jauh. Kami melalui tepian hutan mangrove, kemudian sungai yang dipenuhi dengan eceng gondok, kemudian pasar apung hingga bertemu muara laut saat kami berangkat tadi.

Perjalanan pulang
Sesampainya di daratan, kami mahasiswa diarahkan untuk segera masuk ke kendaraan, sementara dosen-dosen dan asdos berpamitan agar bisa kembali ke Surabaya dengan cepat.

Mendadak kendaraan kami tidak mengarah ke timur melainkan berjalan menyusuri jalanan sempit ke arah barat. Bukankah tadi bilangnya mau pulang? Wohoo~ ternyata kami mengunjungi TPI (tempat pelelangan ikan) di barat Ujung Pangkah yang berbatasan dengan Lamongan dulu sebelum pulang.

Sesampainya disini, kami diminta menyebar dan bertanya tentang kegiatan pasar ikan disini dengan penjual setempat.

Suasana Tempat Pelelangan Ikan (abaikan muka Ade hihihi)
Kami sangat kesulitan karena kebanyakan para penjual berbicara menggunakan bahasa Madura yang sedikit kasar. Ada dua orang teman yang mengerti kemudian mencatat keterangan dari penjual itu lalu melaporkannya pada dosen. Susah juga ya kalau tidak bisa berbahasa daerah begini... Bahagia sekali ketika dua orang teman membagi catatannya dan menceritakan apa yang dikatakan penjual, pada kami.

Hari sudah mulai sore dan matahari mulai meredup, kendaraan kami bergegas menuju timur dan pulang ke Surabaya.

~*~

Perjalanan hari ini sangat menyenangkan dan bermanfaat sekali ^^. Terima kasih ibu dan bapak dosen sudah mengajak kami jalan-jalan ^^

2 komentar

  1. Seruuu... saya seneng ngeliat petualangan yg diabadikan dalam foto2 begini XD

    Berkunjung juga ya ke blog saya http://bit.ly/ayomaubertanya dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak/komen di sana ;)

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.