Belajar dari Tirta Jaya, Tambak Rumput Laut di Karawang Utara

Sebelumnya dalam artikel Kilas Cerita di kota Karawang, saya bercerita hanya sekilas mengenai tambak rumput laut milik pak Supriyatna. Untuk itu, saya akan mencoba untuk menulis sedikit lebih detail tentang perjalanan saya yang berawal dari perkenalan (tentunya) kemudian menjadi murid eksklusif yang belajar tentang rumput laut langsung dari ahlinya.

Praktek Kerja Lapang saya yang sebenarnya hanya terkonsentrasi pada rumput laut Gracilaria verrucosa yang terdapat pada tambak BPBAPL Karawang. Bangun Subuh cek kualitas air rumput laut, siang yang terik harus cek satu persatu pertumbuhan rumput laut yang saya ikat dan sebar di tambak, sore harinya harus cek satu persatu ikatan dan menghilangkan hama yang tumbuh di rumput laut. Kasarannya setiap hari harus melakukan hal itu-itu saja. Memang kelihatannya sangat membosankan, tapi bagi saya tidak dong, karena saya tertarik mempelajari komoditas non ikan yang satu ini.

Tidak bisa berkata apa-apa tentang suasana saat itu. Selain tambak C5 yang luas, udara yang panas dan kulit yang mulai menghitam.
Pada pertemuan ke 2 yang diadakan rutin satu minggu dua kali untuk evaluasi kinerja SDM balai, Ridho (teman dari Universitas Lampung) dan saya ditunjuk langsung untuk mengutarakan bagaimana kondisi rumput laut di tambak (karena tidak ada teknisi lapangan yang khusus menangani komoditas rumput laut). Saya ingat saat itu saya mengajukan penilaian dan pendapat, namun nampaknya terjadi salah pengertian, sehingga bapak kepala balai memutuskan 3 hal :
1. Belajar rumput laut dialihkan ke Tirta Jaya dengan dipandu oleh teknisi lapangan bapak Supriyatna.
2. Setelah panen rumput laut di Tirta Jaya, kami diberi tugas untuk membawa bibit rumput laut tersebut untuk dibudidayakan di area balai.
3. Budidaya rumput laut di beberapa area tambak balai nantinya merupakan sepenuhnya tanggung jawab kami berdua.

Patuh, saya dan Ridho hanya bisa saling pandang saat itu. Mengapa bisa hal sebesar itu dipercayakan hanya pada kami berdua tanpa ada bantuan dari teknisi lapangan?

Seusai pertemuan, bapak Beni selaku wakil balai yang juga menjadi wali mahasiswa yang belajar di balai, mengenalkan kami pada pak Supriyatna dan memberi akses penuh untuk meminjam dan atau memakai motor milik balai untuk belajar ke Tirta Jaya. Tidak ingin membuang waktu, mengingat waktu praktek kami hanya 4 minggu, kami mengatur waktu berkunjung ke Tirta Jaya dalam waktu yang berdekatan.

Satu minggu sudah saya berada di BPBAPL dan saatnya mengukur pertumbuhan rata-rata dari rumput laut yang saya sebar. Oiya saya lupa bilang, walau saya dan Ridho mengambil spesies yang sama dalam praktek kerja lapang ini, tetapi kami memilih metode yang berbeda. Ridho dengan metode long line nya dan saya memilih metode tebar.

Satu minggu dari pengambilan bibit rumput laut jenis G. verrucosa dari inlet tambak dan menanamnya kembali di area tambak yang masih kosong, pertumbuhan rumput laut mulai terlihat. Di tambak yang sama kami menanam rumput laut yang berbeda kemudian membandingkan hasilnya. Dan ternyata pertumbuhan rumput laut metode long line lebih cepat dibanding pertumbuhan rumput laut metode tebar.


Metode Long Line di Inlet
Hal ini telah membuktikan dari apa yang saya baca sebelum memilih judul teknik budidaya rumput laut metode tebar. Rumput laut yang disebar akan tenggelam dan berada di dasar tambak dimana sedimen, lumpur dan berbagai zat terakumulasi disana. Rumput laut memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai macam zat termasuk zat yang dinilai toksik bagi perairan. Seluruh aktivitas rumput laut terpusat pada kemampuan dalam menyerap zat sehingga memberikan dampak lambatnya laju pertumbuhan. Selain itu, kecerahan perairan juga mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut. Tambak yang memiliki kecerahan rendah (<20cm) tidak terlalu bagus untuk pertumbuhan setiap komoditas budidaya, baik komoditas yang hidupnya didasar perairan sekalipun (misal udang dan kerang), karena sinar matahari tidak dapat menembus hingga dasar perairan.

Berbeda dengan metode long line. Rumput laut yang digantung di permukaan perairan mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk tumbuh serta tidak menyerap terlalu banyak berbagai macam zat dalam perairan. Seluruh aktivitas terkonsentrasi pada pertumbuhan. Oleh sebab itu, pertumbuhan rumput laut dengan metode long line lebih cepat dibanding dengan metode tebar. Kelemahan dari teknik budidaya rumput laut metode long line adalah rumput laut lebih mudah diserang hama (yang sering disebut trintip). Selain itu jika air tambak menjadi surut dan jika intensitas rumput laut terkena air menjadi jarang, maka rumput laut akan mengering dan berkurang kualitasnya.

Rumput laut yang disebar maupun digantung dibiarkan hingga minggu terakhir dan akan diukur pertumbuhan akhir dari rumput laut tersebut.

Perjalanan ke Tirta Jaya part 1
Hari yang telah ditentukan untuk berkunjung ke Tirta Jaya akhirnya datang juga. Pagi-pagi setelah mengikuti apel rutin, kami segera bersiap agar sampai sana tidak kesiangan. Tapi ternyata perjalanannya jauh juga, sekitar 30 km untuk berangkat dan 32 km untuk pulang. Butuh waktu tempuh kurang lebih 2 jam lamanya. Jalanannya pun tidak selalu mulus membuat kami (khususnya Ridho sebagai sang supir hehe) untuk waspada dan berhati-hati. Belum lagi jika kami salah jalan. Yang benar saja, saat itu GPS masih belum berfungsi di area pantai. Semua keluh kesah tidak terasa karena selama perjalanan kami terus bertukar pendapat hahaha, kebanyakan sih Ridho yang curhat hahaha. Lucu ya, cowo macho tapi banyak curhatannya :p.

Sesampainya di rumah pak Supriyatna kami disambut dengan hangat oleh istri, anak bahkan tetangganya. Keramahan warga sunda... Rasa capek perjalanan langsung hilang.

Pak Supriyatna bercerita tentang bisnis yang digelutinya selama kurang lebih 5 tahun belakangan ini, sebuah bisnis rumput laut yang di panen sebagian dan akan dijual kering atau basah. Beliau juga sangat lancar untuk memberikan semua cerita pengalamannya kepada kami dan memberikan kesempatan pada kami untuk bertanya apa saja yang kami perlukan. Tak lama kami berdiskusi, datanglah seorang tamu yang merupakan teman pak Supriyatna. Nama beliau adalah Pak Salahudin pemilik tambak rumput laut dari Bekasi.

Pak Supriyatna mengajak kami untuk meninjau langsung tambak rumput laut di Tirta Jaya. Karena semalam terjadi hujan, pematang jalan pada tambak tidak aman dilewati, jadi beliau menyewa perahu untuk mengantar kami semua menuju tambak. Perjalanan air, yeaiy!!


Saya, pak Supriyatna, pak Salahudin dan penyetir kapal
Selama hampir 2 jam kami berada diatas perahu dan masih belum terlihat area pertambakan. Tiba-tiba, perahu tidak bisa jalan dan hampir kandas karena air surut. Hal ini diluar perkiraan pak Supriyatna. Sambil menghela nafas beliau berkata, "Ya sudah, anggap saja wisata air". Ellho.

Benar, perjalanan ini tidak sia-sia. Karena dari sini kami mendapat pengalaman dari 2 orang pebisnis rumput laut yang terjun langsung kelapangan, dan pengalaman itu didapat dari seumur hidup beliau. Selain itu, mata kami pun dimanjakan dengan keindahan panorama hutan mangrove yang masih asli, tertata dan dilindungi oleh Dinas Kehutanan kota Karawang. Subhanallah...


Saya selalu jatuh cinta terhadap pemandangan mangrove seperti ini
Pak Salahudin berkata bahwa hutan mangrove ikut berperan dalam pertumbuhan rumput laut. Di Bekasi, area tambak rumput laut terlindungi oleh kawasan mangrove sehingga angin yang menghempas dari laut tidak terlalu kencang dan rumput laut tetap pada posisi semula (tidak terombang-ambing karena angin). Pak Supriyatna ikut menambahkan, rumput laut di kawasan Bekasi memiliki kualitas yang sangat baik, batang dan thallus tebal, memiliki kandungan rendemen yang tinggi, namun pertumbuhannya lambat dan waktu panennya lebih lama.

Kami sampai dirumah pak Supriyatna sekitar hampir maghrib. Setelah sholat, kami disuguhi masakan ibu Supriyatna. Nikmat mana yang bisa didustakan... Alhamdulillah.. Menjelang isya, kami segera berpamitan karena hari sudah gelap.

Perjalanan ke Tirta Jaya part 2
Tiga hari kemudian kami kembali berkunjung ke Tirta Jaya dan alhamdulillah kali ini kami sampai ke tambak rumput laut yang dimaksud. Dengan diantar pak Supriyatna, kami naik motor menyusuri jalanan yang benar-benar off road. Dalam hati saya hanya bisa berdoa agar kami bertiga selamat pergi dan pulang. Perjalanan menggunakan motor lebih singkat dan lebih berbahaya dibanding dengan perahu ha ha. Satu jam kemudian kami sampai di lokasi.

Pak Supriyatna langsung mengajak Ridho untuk ikut ambil panen dan nyemplung di tambak. Sementara saya berjaga diatas untuk menjemur rumput laut dan mendokumentasikan kegiatan ini.


Panen sebagian rumput laut
Rumput laut yang dipanen dinamakan panen sebagian karena sebagian saja yang dipanen. Rumput laut jenis G. verrucosa ini dipanen berdasarkan pesanan pembeli. Ada yang ingin membeli rumput laut dalam keadaan kering (dinamakan rula kering) dan ada yang dibeli dalam keadaan basah.


Rumput laut yang diambil adalah yang berwarna hijau kecoklatan karena kadar rendemen sudah dinilai maksimal dan umur rumput laut tidak terlalu tua. Mengapa yang diambil bukan rumput laut yang berwarna hijau? Memang rumput laut yang berwarna hijau lebih tanas matahari dan tumbuh cepat, namun kandungan rendemennya masih sedikit, kebanyakan pembeli tidak mau membeli rumput laut yang masih muda. Oleh sebab itu, rumput laut yang berwarna hijau dijadikan bibit dan dibiarkan berkembang di tambak.


Semoga bisa ketularan jadi juragan rumput laut, aamiin
Pak Supriyatna memberdayakan masyarakat sekitar untuk bekerja di tambak miliknya. Simbiosis mutualisme.

Teknik budidaya yang digunakan pada tambak ini adalah metode tebar, dalam bahasa mereka : metode sebar dasar. Pak Supriyatna menjelaskan bahwa metode tebar ini paling efektif dan ekonomis digunakan pada tambak air payau ini, selain itu hasil yang didapat ketika panen lebih melimpah dibanding dengan metode yang lain. Pak Supriyatna juga menjelaskan bahwa walaupun perbandingan laju pertumbuhan metode tebar lebih lambat daripada metode long line, namun jika dilihat dari segi rendemen yang terkandung, rumput laut yang disebar dan dibiarkan tumbuh didasar perairan memiliki kualitas rendemen yang sangat bagus dibanding dengan metode long line. Hal inilah yang digunakan oleh petani tambak untuk mendulang keuntungan. Semakin tebal thallus rumput laut semakin bagus kualitas rendemen semakin tinggi pula nilai harga jualnya.

Benar juga, saya teringat bahwa bibit rumput laut yang ditanam Ridho dengan metode long line lebih ramping dibanding rumput laut yang saya sebar. Ternyata bentuk rumput laut juga mewakili kualitas rendemen yang terdapat didalamnya.

Setelah dirasa selesai, kami dan pak Supriyatna meninggalkan lokasi tambak. Kami harus kembali keesokan hari untuk mengambil rumput laut yang telah di packing untuk ditebar di tambak balai.

Perjalanan ke Tirta Jaya part 3
Kali ini kami kembali ke Tirta Jaya tidak menggunakan perahu maupun motor, tapi kami naik mobil box. Pak Beni mengijinkan kami menggunakan mobil box terbuka untuk mengambil 5 karung rumput laut untuk ditebar di tambak balai.


Halo pak Sopir #eh pak Ridho huahaha
UNAIR dan UNDIP solid euy ^^
Pak Supriyatna memberi arahan agar menunggu di depan pangkalan perahu yang kami kunjungi dihari pertama dan tidak perlu ke tambak ramai-ramai (hahaha maaf pak..). Pak Supriyatna dan Pak Salahudin yang mengambilkan karung rumput laut dari lokasi tambak ke pangkalan perahu (hatur nuhun pak..)

Setelah mengambil rumput laut, kami berencana jalan-jalan terlebih dulu untuk melepas penat. Dan setelah jalan-jalan (sekitar isya) kami baru sampai di balai.

***

Keesokan paginya, kami (saya, Ridho dan dibantu Pepenk) mengambil karung rumput laut dari atas mobil kemudian menyebarnya di tambak C5, inlet dan kolam biofilter dekat ruang pameran. Jumlah rumput laut yang diberikan Pak Supriyatna lebih dari yang saya bayangkan.



Sebelum ditebar, rumput laut diadaptasikan terlebih dulu dengan cara direndam dengan air tambak selama beberapa menit
Tebar rumput laut pada bagian tengah tambak
Tebar rumput laut pada bagian tepi tambak
Membudidayakan kembali rumput laut di area tambak menggunakan metode tebar sesuai dengan arahan pak Dede dan pak Supriyatna. Rumput laut ditebar dengan jarak 1 meter antar titik tebar dan setiap tebar sebanyak 2-5 kg. Penebaran rumput laut kali ini Kegiatan hari ini baru selesai sekitar pukul 2 siang.

***

Pada minggu terakhir praktek kerja lapang, saya mengamati pertumbuhan rumput laut yang pertama saya sebar di tambak C5 dan rumput laut di tandon inlet (baru disebar), kualitas air dan kondisi sekitar tambak.


Hahahassyemm. Ga bilang-bilang mau nge-moto. Tapi thanks bgt uda moto kegiatanku ya Meg..^^
Pada area tambak yang terdapat rumput laut memiliki kedalaman lebih dibanding area tambak yang tidak ada rumput laut. Mengapa? Karena sedimen dasar perairan telah diserap oleh rumput laut. Hal ini terkait dengan fungsi rumput laut sebagai biofilter. Selain itu area tambak yang terdapat rumput laut memiliki air yang lebih jernih dibanding tambak yang tidak terdapat rumput laut.

Karena dibeberapa titik tebar terdapat rumput laut yang mulai rimbun, tugas saya pada hari itu adalah meratakannya.

Sebagai tambahan informasi, biasanya tambak rumput laut juga diisi dengan budidaya udang atau ikan bandeng, budidaya ini dinamakan polikultur. Sehingga dalam satu tambak, kita bisa memanen 2-3 komoditas yang potensial.

Belajar rumput laut sangat mengasyikkan. Berharap suatu saat saya dapat ikut berkontribusi atau bahkan menjadi salah satu juragan rumput laut di Indonesia dan bisa menambah devisa negara (aamiin ya rabb). Sayang sekali waktu belajar rumput laut di Karawang sangatlah sebentar. Saya tidak bisa melihat perkembangan dari tumbuhnya rumput laut yang kami tanam, apalagi ikut memanen dan memasarkannya. Sempat ada rasa tidak ingin pulang di hari-hari terakhir. Serasa betah tinggal disini dengan teman-teman dari Universitas Diponegoro, Universitas Lampung, pegawai balai yang menghantarkan suasana kekeluargaan. Namun satu persatu mereka meninggalkan balai, kami mahasiswa perwakilan dari Universitas Airlangga pun juga harus pulang. Sudah tentu isak tangis perpisahan mewarnai akhir dari perjumpaan kami.

Saya telah menamatkan tulisan kegiatan praktek ini dalam sebuah laporan praktek kerja yang berisi 70 halaman dan laporan tersebut bisa dibaca di perpustakaan Universitas Airlangga. Semoga bermanfaat ya ^^

3 komentar

  1. Ceritanya keren 'mba Lisa. #JurnalistikArtistik

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum warohmatullah,
    Mba Lisa yg semangat, sekarang apa aktifitasnya? Saya mau kembangin budidaya rumput laut di kerawang. Sudah ada lahan teman 20hektar dan masih bisa nambah untuk dijadikan obyek. Saya sendiri selama ini memproses RL Gracilaria Sp.di daerah lain untuk dikirim ke pabrik yg kebutuhannya sangat banyak. Kira2 mau gak bantuin kelola RL?
    Trims Ivan iphan7770@yahoo.com

    BalasHapus

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.