Tanam Mangrove di bumi Madura

Mengikuti kegiatan dan menjadi bagian dari kelompok tani Mangrove Wonorejo Rungkut Surabaya menambah pengalaman tersendiri untuk saya. Mengetahui macam-macam bibit dan daerah penanaman menjadi suatu keharusan sehingga memacu saya untuk banyak membaca dan membandingkan literatur dengan kondisi lapangan. Sangat susah memang karena saya masih terpatok terhadap jurnal bacaan, mohon dimaklumi masih berbau mahasiswa. Tetapi tidak dengan Bapak Soni Mohson. Hanya sekali lihat beliau sudah memiliki bayangan mangrove apa yang cocok ditanam didaerah tersebut.

Tinjau Lapangan
Walau Poktan Mangrove Wonorejo Rungkut telah melakukan penanaman diberbagai pesisir pantai pulau Madura, ini adalah pengalaman pertama untuk saya menjadi bagian dari poktan mengikuti kegiatan penanaman mangrove di pulau Madura, tepatnya di desa Tajungan, Bangkalan. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara HUT Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS). Kurang lebih seminggu setelah rapat di kantor TPS Perak Surabaya, kami (Pak Soni, Pak Toha, Niko dan Lisa) berangkat ke desa Tajungan via kapal guna meninjau lokasi penanaman.


Dari kanan : Pak Soni, Niko dan Pak Toha

Sebagai orang lapangan dan mengerti daerah Surabaya utara hingga pesisir selatan pulau Madura, pak Toha ikut urun rembug pemikiran tentang mekanisme dan proses dari mengambil bibit mangrove hingga penanaman dan perawatan. Pak Toha lahir, tumbuh dan bermain pada masa kecil di desa Tajungan,, tak heran beliau lihai memandu jalan kami hingga ke desa yang notabennya kami belum pernah kesana. Sesampainya disana, ada beberapa orang yang menyapa pak Toha, mereka mengaku kenal dan masih ada hubungan famili dengan beliau. Semakin meyakinkan bahwa pak Toha betul berasal dari desa itu, walau beliau selalu bilang : padahal saya sudah lebih dari tiga puluh tahun ga pernah kesini.

Pak Soni berkeliling meninjau sejauh mana mangrove bisa ditanam

Lokasi tepat penanaman, disuruh pose, yaudah gini ajah

Bincang-bincang dengan klebun desa Tajungan

Sembari menunggu antrian kapal ke Surabaya, Pak Soni menjelaskan mekanisme acara penanaman


Pak Toha dan rekan-rekan Greges memiliki waktu tiga minggu untuk mempersiapkan bibit dan anjir sebelum acara. Selama dua minggu, pak Toha dan rekan-rekan Greges mempersiapkan bibit mangrove yang akan ditanam dan anjir (potongan bambu untuk menegakkan bibit mangrove). Satu minggu setelahnya mereka menanam sebagian besar bibit Rhizophora apiculata sehingga pada saat hari H tanaman tersebut sudah tertanam dan tinggal diresmikan saja.

Penanaman
Sekitar pukul 8 pagi, lima bus besar milik TPS telah bersiap mengantar rombongan menuju desa Tajungan, Madura. Rombongan terdiri dari warga TPS, pasukan pramuka UNAIR, dan beberapa komunitas peduli lingkungan daerah pesisir. Serasa piknik eksklusif, bus kami dikawal oleh moge polisi yang menyalakan sirine yang memekakkan telinga. Teringat kata pak Toha, "Westalah mbak, sampeyan ikut saya aja naik kapal, sama yang lain. Enak lebih dekat, cepet sampainya, gak muter-muter lewat Suramadu". Duuh iya bener, sepertinya lebih enak naik kapal bareng pak Toha. Naik bus baru sampai sekitar 2 jam kemudian.

Sesampainya di lokasi, kami segera menuju tempat penanaman untuk mempersiapkan beberapa tulisan dan mengkondisikan lapangan, sementara tamu yang lain mengikuti acara ceremonial.




Acara ceremonial diakhiri dengan peluncuran paralayang tepat diatas lokasi penanaman. Sekitar 4 penerjun paralayang beraksi tepat diatas kami. Pertanyaan yang melintas dibenakku adalah : Bagaimana bisa mereka meluncurkan paralayang, sementara disekitar tidak ada bukit atau dataran tinggi...?

Aksi salah satu paralayang

Sempat membuat takjub karena selama rapat, Pak Djudjuk (ketua community development TPS) tidak menceritakan detail pelaksanaan acara. Tapi, biarlah, karena cakupan pekerjaan kami adalah terkait dengan mangrove dan pengkondisian lapangan. Mengenai paralayang, ceremony dll tidak menjadi bagian dari teknis pekerjaan kami hihihi. Yuk, lanjut ke acara penanaman.

Ketua COMDEV TPS memandu jajaran pimpinan TPS ke lokasi penanaman

Ibu-ibu warga TPS dan pasukan pramuka UNAIR mengikuti dibelakangnya

Kira-kira mereka bisa melewati pematang kecil nan licin itu ga ya...?


Dan, hiyak, hanya yang berani lah yang mampu melewati selat kecil ini. Perjuangan banget. Mereka lebih memilih melompat daripada melangkah di kayu pematang.

Sementara itu, ketua COMDEV TPS, Pak Djudjuk menanam mangrove secara simbolis



Salut kepada salah satu anggota pramuka UNAIR, dia rela basah-basah menanam mangrove, bukti dia sangat peduli terhadap lingkungan

Lebih salut lagi pada tiga anak kecil ini, entah warga desa Tajungan entah salah satu rekan yang dibawa oleh pak Toha, yang jelas mereka benar-benar totalitas!

Sekitar kurang lebih 1000 bibit mangrove yang dapat ditanam di pesisir desa Tajungan. Arus air yang membentuk gelombang besar akibat dari lalu lintas kapal dan angin yang kencang menjadi hambatan. Luas area yang dapat ditanam pun tidak terlalu besar sehingga mangrove yang ditanam hanya cukup dikisaran 1000 bibit.

Boleh lah ya sesekali narsis seusai acara.. #abaikanyangdibelakang #tabokNiko

Seusai acara simbolis penanaman, kami digiring menuju tempat ceremonial untuk makan siang. Makanan yang lezat ditengah siang yang terik dan puanas. Sayang, ketika kami datang, makanannya banyak yang sudah habis...huhuhu

Setelah acara makan siang, kami bersiap menuju bus dan kembali ke kantor TPS. Kemudian, ya pulang kerumah masing-masing dong...hehe

Tim PokTan Mangrove Wonorejo Rungkut Surabaya. Dari kiri : Reza, Elsa, Pak Soni Mohson, Lisa, Niko


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.